Berita Flores Timur

Mengenal Ritual Adat Penjemputan Tamu di Desa Waibao, Tanjung Bunga Flores Timur

Penerimaan secara adat ini, hanya bisa dilakukan oleh salah satu suku di desa tersebut yakni Suku Maran. Nama ritual itu Kehirin.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GORDI DONOFAN
TERIMA TAMU - Masyarakat di Waibao khususnya Suku Maran sedang melakukan upacara penerimaan tamu di depan Rumah adat Suku Waibao, Desa Waibao, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Minggu 26 Juni 2022. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Nofri Fuka

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Desa Waibao terletak di Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur.

Desa ini memiliki cara yang unik dalam menerima tamu atau pengunjung baru yakni menggunakan tata cara adat.

Penerimaan secara adat ini, hanya bisa dilakukan oleh salah satu suku di desa tersebut yakni Suku Maran. Nama ritual itu Kehirin.

Pantauan TribunFlores.com, pada Minggu 26 Juni 2022, sejumlah tamu dari kota Larantuka dan Maumere berkesempatan mengunjungi desa tersebut.

Baca juga: Jalan-jalan ke Danau Asmara, Tempat Wisata Unik dan Menarik di Flores Timur

 

Setibanya mereka di depan sebuah rumah tradisional (rumah adat) milik Suku Maran, rombongan disambut beberapa orang dari Suku Maran.

Ada yang menggenggam sebuah wadah yang berisi sirih dan pinang, ada yang mengenakan topi tradisional berbahan dasar daun lontar, ada yang memegang selendang khas daerah tersebut ada juga yang memegang sebotol berisi minuman tradisional dan gelas dari tempurung kelapa, khusus juga seorang lainnya dipercayakan melantunkan sapaan adat.

Berdiri berhadapan, sapaan adat dalam bahasa Lamaholot dilantunkan oleh seorang warga yang bernama Yohanes Nara Nitit.

Usai sapaan adat, rombongan dipakaikan topi tradisional dan dikalungkan selendang.

Mereka juga disuguhkan minuman tradsional (moke). Setelah itu, rombongan dipersilahkan masuk ke dalam rumah adat.

Baca juga: Lakalantas di Manggarai, Isak Tangis Keluarga Masih Terdengar, 2 Korban Ditempatkan di Teras Rumah

Miliki Makna

Anggota Suku, Kanis Maran mengungkapkan semua hal yang dilakukan terkait penerimaan tamu tersimpul makna yang mendalam.

"Untuk sapaan adat itu sendiri artinya bahwa setiap tamu siapa saja yang datang pasti pertama-tama melalui komunikasi untuk saling mengenal. Sapaan adat yang tadi sebenarnya adalah semacam doa atau mantra. Kita menerima tamu menyapanya dengan doa dan mengungkapkan sikap kita bahwa kita terbuka menerima tamu itu," kata Kanis.

Sedangkan, untuk atribut-atribut lainnya seperti topi merupakan bentuk penghargaan terhadap tamu, juga menandakan bahwa tamu dilindungi.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved