Pater Jhon Prior Tutup Usia

Pater Jhon Prior Meninggal Dunia, Berikut Profil dan Riwayat Hidup Pater Jhon Prior, SVD

Pater Jhon Prior SVD Meninngal dunia, Sabtu 2 Juli 2022. Baca profil dan riwayat hidup pater Jhon Prior SVD. Pater Jhon asal dari Inggris.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / HO-IFTK LEDALERO
TUTUP USIA - Pater Jhon Prior, SVD meninggal dunia, Sabtu 2 Juli 2022 pukul 06.30 Wita di Seminari Tinggi Ledalero, Maumere, Sikka. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Kabar duka datang dari keluarga besar seminari tinggi Ledalero, Maumere, Sikka, Flores.

Pater Jhon Prior, SVD, dikabarkan meninggal dunia.

Pater Jhon Prior, SVD, meninggal di Seminari Tinggi Ledalero.

Pater Jhon Prior, SVD, meninggal dunia pada usia 76 tahun, Sabtu 2 Juli 2022 sekitar pukul 06.30 Wita.

Baca juga: Pater Jhon Prior SVD Meninggal Dunia, Jenazah akan Dikuburkan Esok

 

Berikut ini profil dan riwayat hidup Pater Jhon Prior SVD yang dikutip dari Opini Kris Ibu yang pernah ditayang pada Pos Kupang.Com dengan judul Teologi Sosial John Prior Senandung 75 Tahun pada tanggal 12 Oktober 2021.

Riwayat Hidup

Riwayat hidup dan karya John Prior disarikan dari buku "Merambah ke Segala Arah" (Maumere: Penerbit Ledalero, 2020) editortnya Hsu Monica dan buku "Menerobos Batas-Merobohkan Prasangka", Jilid I dan II (Maumere: Penerbit Ledalero, 2011) editornya Paul Budi Kleden dan Robert Mirsel.

John Mansford Prior lahir dari pasangan Vincent Thomas Prior dan Kathleen Mary Mansford di Ipswich, Inggris, pada 14 Oktober 1946.

Anak laki-laki kelima dalam keluarga ini menempuh studi Filsafat dan Sosiologi di Donamon Castle, Irlandia (1965-1968).

Teologi dan Antropologi Sosial di Missionary Institute London, Inggris (1968-1972).

Meraih gelar Graduate Diploma in Religius Education dari Universitas Cambridge, Inggris (1973), lalu PhD dalam Teologi Interkultural dari Universitas Birmingham, Inggris (1987).

Baca juga: Hasil Jual Sayur di Pasar Bertingkat Maumere, Alexander Alex Sekolahkan 2 Anaknya

Pemakalah dalam lebih dari 165 Simposium, Konferensi dan Lokakarya ini pernah menjabat sebagai Pontifical Council for Colture-PCC (Penasihat Dewan Kepausan untuk Kebudayaan) selama 15 tahun (1993-2008).

Adapun PCC ini didirikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1982.

Beliau juga mendampingi Musyawarah Umum (Kapitel) beberapa Tarekat Biarawan/wati di kawasan Asia, dan ret-ret bagi Imam, Religius, dan Awam.

Selain menjadi Anggota Dewan Penyunting Asians Horizons (Bangalore, India) sejak 2014 hingga kini dan Anggota Dewan Penyunting Asians Chsristians Studies (Chennai, India) sejak 2016 hingga kini, Pastor dan Biarawan Societas Verbi Divini-Serikat Sabda Allah (SVD) ini juga menjadi Dosen di ST Atma Reksa, Ende (1990-1997), Dosen tamu di Yarra Theological Union Melbourne, Australia (1990-2009), Dosen tamu di STKIP St. Paulus Ruteng (1993), Dosen tamu di STFT Fajar Timur, Abepura (1996), Tamu Akademik di Melbourne Univercity, Australia (1997-2009), Dosen tamu di Catholic Theological Union, Chicago (1998), Asosiat Peneli Monash University, Australia (2007-2009), Peneliti Kehormatan Melbourne University of Divinity, Australia (2011-kini), Dosen tamu Program Pascasarjana Universitas Kristen Maluku (2014), Staf Pengajar dalam Forum Teologi Asia, Manila (2015), dan Staf Pengajar dalam Kursus Pembaruan di EAPI, Manilsa (2020).

Hingga tahun 2020, John adalah penulis tujuh buku, 145 artikel dalam jurnal (44 artikel diterbitkan dalam dua hingga enam bahasa), 79 bab dalam buku bunga rampai (ditambah 28 bab yang pernah terbit sebagai artikel dalam jurnal -total 104 bab dalam bunga rampai), peyunting 47 buku (38 dalam bahasa Indonesia, delapan dalam bahasa Inggris, dan dua dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Masing-masing dari enam buku tersebut terbit dalam dua atau lebih jilid).

Sejak tahun 1987 hingga kini, John Prior adalah Dosen di STFK Ledalero dan tinggal di Pusat Penelitian Candraditya, Maumere.

Teologi Sosial John Prior

John adalah seorang teolog sosial Katolik. Refleksi iman yang ia hasilkan selalu dituangkan dalam bentuk keterlibatan kepada mereka yang rentan yang lemah.

Hal itu ia buktikan lewat pendampingan bagi kaum ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di Maumere dan syering Kitab Suci yang rutin dengan para tahanan di Rutan Maumere.

Dalam salah satu kesempatan lokakarya bertema "Mendengar untuk Menjernihkan Keputusan" pada Jumat (26/2/21) di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, John memberikan sebuah horizon baru bagaimana daya dalam diri setiap orang mesti diimplementasikan dalam bentuk mendengar dengan seksama keluh kesah sesama yang menderita.

Dimensi reflektif-kontemplatif seseorang sejatinya merupakan sebauh upaya terus-menerus untuk mencari kehendak Allah dalam cita-cita misioner.

Baca juga: BREAKING NEWS: Pater Jhon Prior SVD Tutup Usia di Ledalero

Dalam perkataan lain, refleksi mesti membuahkan aksi, dan sebaliknya. John melukis dengan sangat indah bahwasanya seorang beriman kristiani sepatutnya mengendus-endus jejak Allah dalam kehidupan masyarakat.

Setiap orang beriman hendaknya menjadi "pemikir, serentak pencetus kiblat baru dalam karya kerasulan-misioner."

Ia tidak melihat gelar akademik sebagai sebuah status yang patut dibanggakan. Justru, gelar akademik tersebut mesti diabdikan bagi masyarakat.

Tidak hanya sampai di situ. Dalam kuliah Teologi Sosial, John mengajak para mahasiswanya untuk terlibat dalam kehidupan konkrit masyarakat.

Teologi Sosial dalam pandangan John, mesti mengantar mahasiswa untuk mengesampingkan keegoisan diri, serentak membangun relasi sosial yang adil antarmanusia.

Mengenai hal ini, Alexander Dancar dalam artikelnya berjudul "Teologi Sosial dan Provokasi Melawan Penjinakan", menulis:

"Kuliah Teologi Sosial tidak diperlakukannya hanya sebagai media sosialisasi ajaran sosial Gereja (Katolik).

Ia justru `memprovokasi' para mahasiswa untuk menggunakan ajaran sosial Gereja sebagai spirit untuk terlibat dalam kehidupan konkret manusia (para mahasiswa dibagi dalam kelompok berdasarkan `opsi keterlibatan' sesuai kategori kehidupan yang dijalani umat di sekitar STFK Ledalero dan kota Maumere); terlibat dalam mengkritisi (mendiskusikan) konsep-konsep teologis yang pernah tampil dalam sejarah Kristianisme, terutama gagasan-gagasan yang memuat penjinakan bagi umat Kristen khususnya dan umat manusia pada umumnya" (Menerobos Batas-Merobohkan Prasangka: Penerbit Ledalero, 2020, jilid II: hlm. 321).

Ini tentu menarik. John mencoba menarik simpul antara teori dan praksis.

Teologi sebagai sebuah refleksi iman mesti diimplementasikan dalam kehidupan. Teologi tidak ditangguhkan menjadi sebuah dogma yang abstrak, melainkan dihidupi dan diresapkan dalam konteks dan situasi masyarakat.

Teologi yang sejatinya sepatutnya mendorong setiap orang untuk membuka ruang dialog yang membebaskan manusia.

Teologi Sosial John ini, seperti ditandaskan Alexander Dancar, memiliki dua makna sekaligus. Pertama, kognitif-deliberatif. Itu artinya, teologi sosial mesti membebaskan manusia dari keterbelengguan hidupnya.

Untuk mencapai itu, setiap orang tidak hanya tinggal dalam menara gading teologis, tetapi juga terlibat dalam situasi masyarakat dengan seluruh kemampuan diri dengan cara melihat, mendengar dan merasakannya.

Dengan lain perkataan, "meditasi dan kontemplasi teologis harus dibangun dibangun di atas pengalaman keterlibatan itu sendiri." Kedua, profetis-provokatif. Teologi sosial yang dianut John memberikan sebuah optio fundamentalis kepada mereka yang rentan dan menderita.

Baca juga: Empat Unit Bangunan di Kampung Ujung Labuan Bajo Dimakan Api

Ia selalu berada pada posisi orang kecil dan lemah untuk membantu mereka mengkritisi segala kebijakan pastoral yang acapkali menjinakkan bahkan membelenggu umat.

Tidak sampai di situ, John menggunakan analisis sosial untuk melihat sebuah persoalan yang terjadi, membuka tabir persoalan itu secara efektif agar semua orang dalam lingkup tertentu mengenal dan menyadari persoalan tersebut, menyuarakannya secara profetis dan bertindak provokatif, seperti memanggil massa untuk terlibat dalam praksis pembebasan manusia melalui aksi demonstrasi.

Harapan paling penting dari suara profetis ini adalah pihak yang bertanggung jawab merasa terdesak untuk mempertanggungjawabkan persoalan yang terjadi dalam masyarakat (Alexander Dancar, ibid., hlm. 322-323).

Di sini dapat dilihat bahwa John menyadari pentingnya option for the poor.

Pilihan ini menjadikannya sebagai pribadi yang bebas dari kecenderungan untuk dijinakkan oleh teologi itu sendiri.

Singkatnya, John menolak tunduk pada dogma teologis yang kaku, serentak menjadi subjek teologi yang bebas.

Hal ini dapat kita temui dalam artikel yang ditulis oleh Mgr. Edwaldus Martinus Sedu berjudul "Sejarah, Jejak Langkah dan Jembatan Kemanusiaan: Teladan `Tolak Tunduk' Pastor John Mansford Prior, SVD".

Edwaldus menulis dengan sangat indah, sebagai berikut: "John adalah seorang misionaris dan ilmuwan yang berani dan mengagumkan, yang tidak saja hebat secara teoretis, yang tidak sekedar terpaku pada status gelar akademik yang mentereng dengan segala karyanya, melainkan lebih dari itu, menjadikan kontemplasi `tolak tunduk' untuk terus mencari makna kebenaran yang sesungguhnya dalam pengalaman hidup setiap hari" (Merambah Ke Segala Arah, op.cit., hlm. 6).

Baca juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini Sabtu 2 Juli 2022 di Sikka

Pesan bagi Kita

Teologi Sosial yang dianut dan dikembangkan oleh John Prior ini hendaknya menggugat, merangsang hati nurani kita untuk terlibat dengan orang yang miskin dan menderita. Pilihan untuk terlibat ini merupakan panggilan kemendesakan akan pentingnya kemanusiaan.

Apalagi saat ini kita masih berada dalam pusaran pandemi Covid-19. Setiap orang diharapkan untuk menempatkan opsi bagi mereka yang menderita karena terdampak pandemi. Mereka yang menderita selalu menanti uluran kemanusiaan dari setiap kita.

John Prior mengajak kita semua untuk melihat secara jernih dan kritis setiap persoalan yang terjadi dalam masyarakat setiap hari, serentak mengambil sikap untuk menolong mereka yang rentan dieksploitasi karena pelbagai kebijakan yang diciptakan acapkali membelenggu mereka.

Selamat memasuki usia yang ke-75 untuk John Prior. Panjang umur perjuangan kemanusiaan. *

Demikian ulasan opini Kris Ibu saat momen HUT Pater Jhon Prior SVD ke 75 tahun 2021 lalu.


Jenazah Dikuburkan Esok

Sebelumnya, kabar duka menyayat hati keluarga besar Seminari Tinggi Ledalero dan umat Keuskupan Maumere, Kabupaten Sikka.

Pasalnya Pater Jhon Prior, SVD, meninggal dunia Sabtu 03 Juli 2022.

Misionaris asal Inggris yang selama hidupnya mendedikasikan diri sebagai penggarap ladang Tuhan itu menghembuskan nafas terakhir di Seminari Tinggi Ledalero pada pukul 06.30 wita.

Informasi yang dihimpun TRIBUNFLORES.COM, Pater Jhon Prior SVD akan dikebumikan besok hari, Minggu 3 Juli 2022 di perkuburan imam Serikat Sabda Allah.

"Penguburan besok pukul 15.00 Wita," ujar salah satu karyawan saat bersama rekan-rekannya mempersiapkan tempat peristirahatan terakhir Pater Jhon Prior SVD.

Hingga saat ini, keluarga besar Seminari Tinggi Ledalero sudah melangsungkan ibadah penyambutan jenazah di Kapela Santu Paulus Ledalero.

Baca juga: Renungan Katolik Hari Ini, Sang Mempelai Yaitu Kristus Ada Bersama Mereka

Puluhan umat juga hadir untuk memberikan penghormatan terakhir atas jasa memasa hidup Pater Jhon Prior SVD

Selain itu, pesan duka cita juga beredar di bergagai platform media sosial seperti facebook, whatsapp, dan instagram.

Mereka merasakan kehilangan mendalam lantaran sosok gembala umat dan pengajar pendidikan formal telah berpulang untuk selamanya.

Pater Jhon Tutup Usia

Sebelumnya, kabar duka datang dari Seminari Tinggi Ledalero, Maumere, Sikka.

Pater Jhon Prior, SVD, dikabarkan tutup usia.

Pater Jhon Prior,SVD, disebutkan meninggal dunia, Sabtu 2 Juli 2022 sekitar pukul 07.30 Wita.

Pater Jhon Prior, SVD, meninggal dunia di Seminari Tinggi Ledalero.


Pesan duka atau kabar duka cita tentang meninggalnya Pater Jhon Prior, SVD beredar di berbagai platfom media sosial.

"Requiescat In Pace (RIP) telah meninggal dunia dengan tenang pada pukul 06.30 pagi ini di Seminari Tinggi Ledalero, Imam, Misionaris, dosen, pemerhati sosial, P. JHON PRIOR, SVD. Selamat jalan pater, terima kasih banyak untuk semua jasa pengabdianmu untuk Flores, NTT dan Indonesia. Terima kasih untuk semua ilmu yang telah pater berikan untuk pendidikan para calon imam dan Misionaris. Terima kasih untuk cintamu yang luar biasa bagi segenap orang kecil, yang sakit, yang terpinggirkan, yang dikucilkan. Terima kasih untuk semuanya pater. Selamat jalan imam Tuhan," demikian bunyi pesan yang diterima TRIBUNFLORES.COM dari Seminari Ledalero, Sabtu pagi.

Ucapan dukapun mengalir diberbagai lini masa Medsos dan mereka menyampaikan kesedihan mereka karena sosok yang mengispirasi banyak orang itu pergi selamanya. Selama jalan Pater Jhon Prior,SVD. Bahagia dikeabadian. (*).

Berita Pater Jhon lainnya

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved