Berita NTT
Cerita Polisi di NTT, Manfaatkan Waktu Luang Bertani Cabai, Raup Untung Jutaan Rupiah Usai Panen
Ia melanjutkan, usahanya ini merupakan salah satu program ketahanan pangan dan juga menjadi insprirasi bagi kaum milenial untuk bertani.
Di akhir bulan Juli 2022, hasil panenan telah dijual ke pasar lokal di Rote Ndao dengan harga sangat terjangkau per kilogramnya. Bahkan, disebutkannya, banyak tengkulak (pedagang perantara) yang beli dan menjual ke pasar lokal.
"Setiap tiga hari dipanen, dengan sekali panen bisa 100 Kilo, perkilo dipatok Rp.35.000. Kebanyakan yang beli adalah para tengkulak dan dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi," kata Aipda Elimanafe.
“Banyak peminat dari Jakarta, namun kendala biaya cargo pesawat mahal, sehingga tidak bisa kirim. Ini bukti bahwa hasil pertanian Rote ndao bisa bersaing dengan hasil daerah lain,” sambungnya.
Baca juga: BREAKING NEWS: Pergi Mancing, Remaja 13 Tahun di Manggarai Barat Tenggelam di Waduk Pantoara Lembor
Ia melanjutkan, usahanya ini merupakan salah satu program ketahanan pangan dan juga menjadi insprirasi bagi kaum milenial untuk bertani.
"Intinya berani untuk memulai bertani, bisa kerjasama dengan saya, karena kebetulan memiliki mesin sumur BOR, bisa disepekati model kerjasamanya," kata Aipda Elimanafe memotivasi.
Dirinya juga mengajak kepada kaum milenial Rote Ndao, yang hendak bercocok tanam bisa bekerjasama dengan dirinya. (*).