Warga Tenggelam di Napun Gete Sikka
Istri dan 2 Putri Korban Tenggelam di Napun Gete Menangis Histeris, Tak Ada Pesan Terakhir dari Ayah
Kepergian Gervasius gedo sungguh menyayat hati istri dan dua putrinya yang belum dewasa. Kini, mereka harus belajar hidup tanpa kehadiran sesosok ayah
Maria Goreti tampak gelisah. Sudah puluhan kali dirinya ulak-alik dari rumah menuju Bendungan Napun Gete yang berjarak sekitar 100 meter.
Satu-satunya kekuatan yang membuatnya mampu tegar yaitu dua putrinya, Martha Kasiana dan Margarita Ignasia Kasiana.
Ia juga mendapat peneguhan dari sanak keluarga dan sejumlah suster CIJ yang turut menemaninya di tepi bendungan.
Maria Goreti terus memandang hamparan bendungan dengan tatapan kosong. Gurat wajahnya kian murung saat Tim Basarnas menghentikan proses pencarian hari pertama.
Persis di samping tenda darurat tempat ia duduk, air matanya kembali berlinang. Maria Goreti seolah enggan berdamai dengan kenyataan. Ia menyeka air mata menggunakan sarung tenun motif Sikka.
Ia masih menghafal derap langkah Gervasisus Gedo yang menapaki jalanan tanah berwarna cokelat dari rumah menuju bibir bendungan. Jaraknya kurang lebih 100 meter.
Baca juga: Korban Tenggelam di Bendungan Napun Gete Sikka Flores Ditemukan, Keluarga Gelar Upacara Adat
"Tidak bilang apa-apa," ucap Maria Goreti yang belum bisa berbicara banyak kata. Ia hanya manggut dan menggeleng saat ditanya ucapan suami sebelum nyebrang.
Martha Kasiana, putri sulung korban mengatakan, sang ayah pergi ke Desa Werang untuk mengikuti acara adat pada Senin 29 Agustus 2022.
"Bapa kemungkinan jalan siang. Saya pulang sekolah lihat bapa sudah tidak ada. Waktu mau berangkat sekolah, bapa masih di rumah," katanya.
Martha mengaku sang ayah tidak menyampaikan sepata kata kepada dirinya. Ia hanya pamit ke sekolah seperti hari-hari biasa.
"Bapa tidak bilang apa-apa kaka," ucap Martha.
Namun besoknya, semua keluarga dan warga terkejut bahwa Gervasisus Gedo menghilang karena diduga terjatuh dari rakit bambu.
Musibah itu diketahui saat Bernadus Guling (69), ipar kandung korban, berteriak dari tepi bendungan. Bernadus dikabarkan membantu menyeberangi korban dari Desa Werang Menuju Ilinmedo.
Bernadus yang menarik rakit korban tidak mendengar suara orang terjatuh selama perjalanan. Ia terus mendayung rakit dengan posisi membelakangi korban.
"Saya tahu dia hilang pas sampai di darat. Dari sana kami tidak ngobrol. Saya juga tidak dengar suara orang jatuh atau bunyi-bunyi lain," katanya.
Sementara Nikolaus Lai, yang juga ipar korban, mengaku pihak keluarga sudah ikhlas menerima korban dalam keadaan apa pun.
"Kami berharap secepatnya ditemukan. Kami pasrahkan jika keadaannya sudah tak bernyawa," ungkapnya.
Sementara Penjabat Kepala Desa Ilinmedo, Yoseph Uje menuturkan, belum ada tanda-tanda meski proses pencarian sudah berlangsung selama hampir satu hari penuh.
"Warga sudah cari dari tadi malam tapi belum ada hasil. Hari ini sudah hadir tim SAR juga belum ada tanda-tanda," jelasnya.
Yoseph mengenal korban sebagai sosok yang ramah dan murah senyum. Korban juga dipercayakan menjadi pengurus RT setempat.
Baca juga: Pengelola Bendungan Napun Gete Sikka Flores Larang Warga Pakai Rakitan, Darsono: Seringkali Imbau
"Orangnya baik sekali. Beliau dipercayakan menjadi Ketua RT dan pengurus tim pengawas keuangan desa," tutur Yoseph.
Memasuki sore hari, Tim SAR terpaksa menghentikan upaya pencarian lantaran jarak pandang semakin gelap. Para penyelam juga mengalami kesulitan karena banyak ranting kayu dan bambu di dasar bendungan.
Informasi yang dihimpun, tim Basarnas, Polisi, TNI dan warga setempat akan melakukan pencarian korban hilang selama tujuh hari yaitu 31 Agustus sampai 6 September 2022.
Pakai Rakit Bambu
Sebeleumnya, Rakit yang dipakai Gervasius Gedo, korban yang diduga tenggelam di Bendungan Napun Gete ternyata masih tradisional.
Rakit yang dibuat seperti sampan itu berasal dari kayu bambu.

Yang mana bambu disatukan lalu dijadikan sarana untuk menye-brang di Bendungan Napun Gete.
Tim TribunFlores.Com, Rabu, 31 Agustus 2022 siang masih melihat sampan rakitan dari bambu yang dipakai korban Gervasius pada malam kejadian.
Rakit berada di pinggir bendungan. Ada dua rakit yang malam kejadian dipakai korban bersama rekannya menyebrang usai pulang pesta adat di Desa Werang.
Rakit yang berukuran 1x2 meter itu menurut keterangan menjadi sarana transportasi warga ketika mau ke kebun setiap pagi dan pulang ke rumah.
Bahkan rakit yang dibuat sangat sederhana menjadi alat warga bepergian ke pasar dan kota. Pasalnya, sampai saat ini ada be-beberapa warga yang masih menetap di pinggir bendungan.
Warga sesuai penuturan ke TribunFlores.Com merancang bambu menjadi sampan guna mempermudah akses mereka ke kebun dan ke pasar.
Namun dibalik itu, rakit tersebut kini telah menyebabkan Gerva-sius Gedo, salah satu warga diduga tenggelam saat memakai rakit melintas ke rumahnya.
Untuk diketahui, sampai saat ini warga yang berdiam di pinggiran Bendungan Napun Gete masih melintas karena tidak ada akses jalan yang dibangun.
Menurut warga ada akses jalan tapi terlalu jauh sehingga warga sering jalan pintas melalui bendungan.
Baca juga: BREAKING NEWS: Gervasius Gedo Korban Tenggelam di Bendungan Napun Gete Sikka Flores Ditemukan
Siswa SMPN 2 Talibura Berdoa di Rumah Korban
Sementara itu, Pelajar siswa dan siswi SMP Negeri 2 Talibura mendoakan Gervaisius Gedo (49), korban yang diduga tenggelam di Bendungan Napun Gete, Rabu 31 Agustus 2022.
Kedatangan mereka untuk memberikan kekuatan bagi Martha Kasiana (14), putri kandung Gervasius yang sudah belasan jam menghilang di bendungan dengan kedalaman puluhan meter itu.
Martha Kasiana duduk di bangku kelas VIII C pada SMPN 2 Talibura. Ia merupakan anak sulung korban yang tinggal bersama sang ibunda, Maria Goreti, dan adiknya Margarita Ignasia.
Persis di ruangan tamu, terdapat Salib Yesus Kristus dan sebagang lilin sedang. Para siswa memanjatkan doa rosario, memohon petunjuk Tuhan agar korban segera ditemukan.
Maria Avelina Nofianti (12), Ketua Osis SMPN 2 Talibura menuturkan, pihaknya berinisiatif mendatangi rumah korban untuk memberikan kekuatan bagi pihak keluarga.
"Kami semua berjumlah 23 orang. Kami menyanpaikan niat ke para guru bahwa kami mau mengunjungi rumah teman yang saat ini terkena musibah," ujarnya.
Setelah membawakan doa, lanjut Nofianti, mereka juga berniat menghibur Martha Kasiana bersama keluarga agar tidak larut dalam kesedihan.
"Mewakili teman-teman, kami mau menghibur teman Martha agar jangan bersedih dan tetap semangat sekolah," katanya.
Sementara Martha Kasiana, anak sulung korban, mengaku sang ayah meninggalkan rumah sejak hari Senin 29 Agustus 2022.
"Bapa jalan itu saya lagi di sekolah. Saya pulang sekolah siang lihat bapa sudah tidak ada," katanya.
Saat ke sekolah, Martha mengaku sang ayah tidak mengucapkan sesuatu untuknya. Ia hanya berpamit seperti hari-hari biasanya.

"Bapa tidak bilang apa-apa kaka," kata Martha.
Namun besoknya, Selasa 30 Agustus 2022 sektar pukul 20.00 malam Wita, tedengar kabar bahwa sang ayah menghilang saat menyeberangi perairan bendungan menggunakan rakit bambu.
Kepala Desa Ilenmedo, Yoseph Uje menuturkan, belum ada tanda-tanda meski proses pencarian sudah berlangsung sepanjang malam.
"Warga sudah cari dari tadi malam, dan hari ini sudah hadir tim Basarnas Maumere. Tetapi belum ada tanda-tanda positif," ujar Yoseph di rumah korban.
Sementara Nikolaus Lai (49), ipar kandung korban, mengaku pihak keluarga sudah ikhlas menerima korban dalam keadaan apa pun.
"Kami keluarga berharap bisa ditemukan. Kami pasrahkan jika memang keadaannya sudab tak bernyawa," katanya.
Maria Goreti, istri korban, hanya bisa menangis bersama dua putrinya. Ia bahkan tak bisa mengeluarkan sepatah kata.
Sang istri sudah puluhan kali ulak-alik dari rumah menuju tepi bendungan. Ia menanti kedatangan suami dengan gelimang air mata.
Berita Bendungan Napun Gete lainnya