Pemakaman Paus Benediktus XIV
Link Siaran Langsung Pemakaman Paus Benediktus XVI di Basilika Santo Petrus Vatikan Hari Ini
Siaran langsung upacara pemakaman Paus Emeritus Benediktus XVI di Basilika Santo Petrus Vatikan, Kamis 5 Januari 2023 pukul 09.30 waktu Vatikan.
TRIBUNFLORES.COM, VATIKAN - Hari ini Paus Emeritus Benediktus XVI dimakamkan.
Saksikan siaran langsung upacara pemakaman Paus Emeritus Benediktus XVI di Basilika Santo Petrus Vatikan, Kamis 5 Januari 2023 pukul 09.30 waktu setempat atau pukul 15.30 WIB atau 16.30 Wita.
Upacara pemakaman Paus Emeritus Benediktus XVI yang meninggal Sabtu 31 Desember 2022, dilaksanakan secara sederhana setelah jenazah paus asal Jerman itu disemayamkan di Basilika Santo Petrus Vatikan dan dibuka untuk para pelayat sejak Senin hingga Rabu (2-4 Januari 2023).
Upacara pemakaman akan dipimpin Paus Fransiskus, dan akan dihadiri ribuan umat, termasuk Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier serta Presiden Italia Sergio Mattarella, dua pemimpin negara yang diundang resmi oleh Vatikan.
Baca juga: Kalender Liturgi Katolik Kamis 5 Januari 2023 Injil Hari Ini dan Renungan Harian Katolik
Berikut link live streaming upacara pemakaman Paus Emeritus Benediktus XVI:
Paus Fransiskus memuji "pemikiran tajam dan lembut" Paus Emeritus Benediktus XVI selama audiensi umum hari Rabu 4 Januari 2023 di Vatikan, ketika puluhan ribu pengagum pensiunan paus melayat jenazahnya yang terbaring dalam kenegaraan di Basilika Santo Petrus di hari terakhir menonton.
Pada saat pintu basilika ditutup untuk umum pada Rabu malam, sekitar 200.000 orang telah memberi penghormatan selama tiga hari menonton.
Setelah penutupan, pejabat Vatikan bersiap untuk menempatkan jenazah paus Jerman berusia 95 tahun itu ke dalam peti mati kayu, menjelang pemakaman Kamis pagi di Lapangan Santo Petrus.
Di antara penonton terakhir adalah pasangan suami istri dari Calabria. Gaspare Guadagnuolo, 73, dan Lina Proto, 62, mengatakan mereka mengingat kunjungan Benediktus ke wilayah selatan itu beberapa tahun lalu.
“Saya terkesan dengan partisipasi masyarakat,” kata Proto. "Ada banyak emosi yang kuat."
Pada audiensi mingguannya yang biasa, Fransiskus disambut oleh masa peziarah yang antusias di auditorium Paulus VI dan teriakan “Viva il papa!” atau "Hidup paus."
“Adalah tugas saya untuk datang,” kata Małgorzata Nowska, seorang warga Polandia di Roma saat dia memberikan penghormatan pada hari Rabu.
Dia berkata dia ingin memberi Benediktus "pelukan terakhir, doa terakhir."
Fransiskus akan memimpin pemakaman Benediktus, sebuah acara yang dihadiri oleh kepala negara dan keluarga kerajaan meskipun Benediktus meminta kesederhanaan dan upaya Vatikan untuk menjaga agar pemakaman pertama paus emeritus di zaman modern tetap sederhana.
Hanya Italia dan Jerman yang diundang untuk mengirimkan delegasi resmi, dan Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier serta Presiden Italia Sergio Mattarella mengonfirmasi partisipasi mereka.
Tetapi kepala negara dan pemerintahan lainnya memutuskan untuk menerima tawaran Vatikan dan datang dalam "kapasitas pribadi" mereka.
Mereka termasuk beberapa kepala negara lainnya, setidaknya empat perdana menteri dan dua delegasi perwakilan kerajaan. Semuanya hadir dalam apa yang Vatikan gambarkan sebagai peran “pribadi”.
Dan sebagai tanda resmi lebih lanjut, pemerintah Italia mengumumkan akan menurunkan semua bendera Italia dan Uni Eropa menjadi setengah tiang di gedung-gedung publik di seluruh negeri pada hari Kamis.
Fransiskus mendapat tepuk tangan ketika dia membuka sambutannya dengan memberikan teriakan kepada semua orang yang berada di luar memberikan penghormatan kepada Benediktus, yang dia sebut sebagai "ahli katekese yang hebat."
“Pemikirannya yang tajam dan lembut tidak merujuk pada diri sendiri, tetapi bersifat gerejawi, karena dia selalu ingin menemani kita dalam perjumpaan dengan Yesus,” kata Fransiskus.
Rabu malam, pejabat Vatikan menempatkan jenazah Benediktus di peti mati cemara - yang pertama dari tiga peti mati - bersama dengan ringkasan tertulis singkat tentang kepausannya yang bersejarah, koin yang dicetak selama masa kepausannya dan pallium stolanya.
Setelah pemakaman di piazza, jenazah akan dibawa kembali ke basilika, di mana peti mati akan ditempatkan di dalam seng, dan akhirnya ke peti lain yang terbuat dari kayu ek.
Sesuai dengan keinginan Benediktus, jenazahnya akan ditempatkan di ruang bawah tanah yang pernah ditempati oleh makam St. Yohanes Paulus II di gua di bawah basilika. Makam Yohanes Paulus dipindahkan ke lantai atas ke basilika utama menjelang beatifikasinya tahun 2011.
Benediktus, yang terpilih menjadi paus pada tahun 2005 setelah kematian Yohanes Paulus II, menjadi paus pertama dalam enam abad yang mengundurkan diri ketika dia mengumumkan pada tahun 2013 bahwa dia tidak lagi memiliki kekuatan untuk memimpin Gereja Katolik.
Setelah Fransiskus terpilih sebagai paus, Benediktus menghabiskan masa pensiunnya selama hampir satu dekade di biara Mater Ecclesiae yang diubah di Taman Vatikan.
“Kita tidak bisa melupakan contoh yang dia berikan dalam pengunduran dirinya, bahwa dia kurang lebih berkata, 'Dengar, saya tidak di sini untuk prestise, kekuatan kantor, saya di dalamnya untuk layanan, sebagai Yesus mengajar,'” kenang Kardinal Timothy Dolan, yang diangkat Benediktus menjadi uskup agung New York pada 2009 dan kardinal pada 2012.
Ritus hari Kamis memperhitungkan situasi yang tidak biasa di mana paus yang berkuasa akan memimpin pemakaman pensiunan, membuat perubahan penting pada ritual pemakaman paus yang sangat terkodifikasi.
Dua doa kunci, dari keuskupan Roma dan gereja-gereja ritus Timur, yang didaraskan selama pemakaman Yohanes Paulus II, misalnya, akan dihilangkan karena Benediktus bukan paus ketika dia meninggal dan karena kedua cabang Gereja Katolik masih memiliki Paus Fransiskus sebagai pemimpin mereka saat ini.
Sementara pemakaman akan baru, itu memang memiliki beberapa preseden: Pada tahun 1802, Paus Pius VII memimpin pemakaman pendahulunya, Pius VI, yang telah meninggal di pengasingan di Perancis pada tahun 1799 sebagai tawanan Napoleon Bonaparte, yang Vatikan mencatat terjadi pada hari Rabu.
Baca juga: Bacaan Injil Katolik Kamis 5 Januari 2023 dan Mazmur Tanggapan
Profil Paus Benediktus XVI
Paus Emeritus Benediktus XVi meninggal dunia dalam masa pensiunnya biara Mater Ecclesia, Vatikan, Sabtu 31 Desember 2022 pukul 09.34 waktu setempat, dalam usia 95 tahun.
Kabar meninggalnya mantan pemimpin Gereja Katolik ini berembus setelah kesehatannya selama beberapa hari belakangan menurun.
Hingga beberapa waktu lalu, Paus Fransiskus sempat mengajak umat Katolik untuk mendoakan Paus Benediktus yang kondisinya makin mengkhawatirkan.
Berikut profil Benediktus, Paus pertama dalam Gereja Katolik yang mengundurkan diri dari Takhta Suci dalam kurun waktu 600 tahun terakhir.
Paus kelahiran Jerman
Paus Benediktus yang bernama asli Joseph Ratzinger ini lahir di Jerman pada 16 April 1927.
Dikutip dari situs resmi Vatikan, ia berasal dari ayah yang berprofesi sebagai polisi dan keluarganya adalah petani tradisional.
Paus Benediktus sempat menghabiskan masa mudanya di sebuah kota kecil yang berada di perbatasan Austria bernama Traunstein.
Perjalanan spiritual Paus yang pernah memimpin lebih dari satu miliar umat Katolik di dunia ini berawal dari getirnya hidup di bawah rezim Nazi.
Ketika Hitler berkuasa, ia pernah melihat pastor di parokinya dipukul oleh pasukan tersebut sebelum Misa Kudus dirayakan.
Perjalanan spiritual
Perjalanan spiritual Paus Benediktus dimulai ketika ia belajar teologi dan filsafat di Universitas Munich dan sekolah tinggi di Freising pada tahun 1946-1951.
Paus Benediktus kemudian ditahbiskan sebagai imam di Katedral Freising pada tanggal 29 Juni 1951.
Penahbisan ini berlanjut dengan peraihan gelar doktor di bidang teologi.
Ia sempat menulis tesis berjudul "The People and House of God in St Augustine's doctrine of the Church".
Empat tahun setelahnya, Paus Benediktus memperoleh gelar sebagai profesor dan ia mulai mengajar teologi fundamental dan dogma.
Tempat mengajarnya berada di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Freising.
Paus Benediktus kemudian pindah ke Bonn pada tahun 1950-1969, Münster tahun 1963-1966, dan Tübingen tahun 1966 dan 1969.
Di Universitas Regensburglah, ia ditempatkan sebagai profesor di bidang teologi dogmatis dan sejarah dogma pada tahun 1969.
Posisinya kemudian berlanjut menjadi kepala penasihat teologis untuk Uskup Agung Cologne, Kardinal Josef Frings.
Posisi itu membuat Paus Benediktus hadir selama empat sesi di Konsili Vatikan II pada tahun 1962-1965.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 5 Januari 2023, Berani Mensharingkan Pengalaman Iman Kita
Perjalanan menjadi Paus
Paus Benediktus kemudian diangkat menjadi Uskup Agung München dan Freising oleh Paus Paulus VI pada 24 Maret 1977.
Ia diangkat dan diperkenalkan sebagai Kardinal oleh Paus Paulus VI dalam Konsistori tanggal 27 Juni 1977.
Paus Yohanes Paulus II lantas mengangkat Paus Benediktus sebagai Prefek Kongregasi Ajaran Iman pada 25 November 1981.
Satu tahun setelahnya, posisi sebagai Uskup Agung Munich dan Freising ditinggalkan olehnya.
Adapun kursi Takhta Suci Vatikan semakin dekat ke Paus Benediktus kala dirinya diangkat sebagai Wakil Dekan dari Kolese Kardinal.
Ia diangkat pada posisi tersebut pada tanggal 30 November 2002 atas perintah Kardinal Uskup sebagai Dekan Dewan Kardinal.
Joseph Ratzinger diangkat menjadi Paus ke-265 pada 19 April 2005.
Setelah konklaf (sidang pemilihan Paus yang baru) digelar, ia memilih nama Benediktus XVI.
Sayangnya, Paus Benediktus memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai pemimpin umat Katolik di dunia.
Ia meninggalkan posisi Paus pada 28 Februari 2013 lantaran kondisi kesehatannya yang terus memburuk.
Dia pun memilih menjalani masa pensiunnya di biara Mater Ecclesiae hingga menghembuskan nafas terakhir Sabtu 31 Desember 2022 pukul 09.34 waktu Vatikan.
Pertahankan nilai-nilai konservatif
Pengunduran diri Paus Benediktus XVI pada 2013, yang segera dijuluki Paus Emeritus, memunculkan pertanyaan. Apa yang telah dia tanamkan dan tinggalkan setelah bertakhta sejak 2005?
Salah satu yang menjadi warna utama Benediktus XVI adalah kehebatannya dalam ilmu teologi dan sikapnya yang sangat konservatif.
Hal lain yang menjadi warna utama Paus ini adalah keberadaan Gereja sebagai pagar moral walau ada ekses-ekses negatif oleh sebagian pengikutnya.
Benediktus sangat keras mempertahankan lembaga perkawinan oleh pria dan wanita serta menolak tuntutan ”perkawinan eksentrik”.
Dia menekankan Gereja agar tetap di akar utama sebagai acuan moral.
Namun, Benediktus bukan tidak suka dengan hal-hal baru dan temuan-temuan baru. Dalam pidatonya pada Rabu di Lapangan Basilika Santo Petrus, dia menekankan kecintaan pada hal-hal yang membumi sekaligus pada pemikiran-pemikiran baru. Dia menekankan bahwa dia juga mendengar dan memahami masalah yang terjadi.
Dalam kekuasaan sejak 2005, Benediktus dikenal hati-hati dan konservatif. Pernah sempat ada kehebohan yang memercikkan kontroversi antar-umat beragama, tetapi Benediktus menegaskan bahwa dia sebenarnya hanya bertujuan untuk menabuh pemikiran.
Teologi pembebasan
Dari sekian banyak pandangan para pakar tentang Paus Benediktus, ada satu warisan yang menjadi warna khas pribadinya. Hal ini terkait dengan kawasan Amerika Latin, penghuni 46 persen umat Katolik sedunia.
Di kawasan ini, teologi konservatif berhasil bertahan dalam arus deras teologi pembebasan yang sempat marak.
Teologi pembebasan ini awalnya berkembang sebagai akibat dari Konsili Vatikan II tahun 1965. Konsili ini melahirkan relaksasi peraturan Gereja, salah satunya soal aturan liturgi yang selama ratusan tahun memaksakan penggunaan bahasa Latin.
Seusai konsili ini, beberapa pastor dan teolog di Amerika Latin menginterpretasikan konsili itu serta menerjemahkannya ke dalam teologi pembebasan.
Salah satu misi teologi pembebasan ini adalah penekanan keadilan dan tindakan langsung terkait pembelaan terhadap kaum papa.
Leonardo Boff dan Helder Camara dari Brasil, Oscar Romero dari El Salvador, dan Ernesto Cardenal dari Nikaragua adalah beberapa nama yang terkenal sebagai pendukung teologi pembebasan.
Tokoh lain adalah Camilo Torres Restrepo, yang melepas jubah sebagai pastor demi berjuang bersama gerilyawan Kolombia.
Selama 24 tahun (sejak 1978) hingga termasuk selama delapan tahun menjabat Paus, Benediktus berhasil menegakkan kembali keunggulan asas konservatisme atas teologi pembebasan.
”Paus adalah ahli teori di balik semua ini,” kata Luis Pasara, pakar soal Katolik dari Universidad de Salamanca, Spanyol.
Benediktus telah mengunjungi kawasan ini dua kali, ke Brasil (2007) serta Meksiko dan Kuba (2012).
Benediktus menekankan bahwa teologi pembebasan sarat bermuatan asas Marxisme. Gereja bertindak keras terhadap para pastor yang mendukung teologi ini, antara lain dengan sanksi ekskomunikasi.
Di Amerika Latin, warisan Benediktus diukur dari tindakannya lewat pengangkatan para uskup.
Jeffrey Klaiber, profesor agama dari Universidad Catolica, Lima, Peru, mengatakan, para uskup yang dia angkat berkarakter amat konservatif hingga ultrakonservatif.
Benediktus tergambar dari pilihannya soal para uskup. Apakah Katolik ditinggalkan karena sikap konservatif itu?
”Tidak, doktrin tidak menyebabkan orang meninggalkan Gereja,” kata Klaiber.
Sumber: pbs.org/kompas.com/Pos Kupang.Com
Tunjangan Rp 500 Dihapus, Puluhan Kades di Kecamatan Ende Mengadu ke DPRD |
![]() |
---|
Forum Masyarakat Alor Demo di DPRD Alor, Tuntut Proses Tersangka Kasus Korupsi |
![]() |
---|
Tak Satupun Lampu Penerangan Umum Menyala di Kota Larantuka |
![]() |
---|
Kalender Liturgi Katolik Kamis 5 Januari 2023 Injil Hari Ini dan Renungan Harian Katolik |
![]() |
---|
Berlaku 1 Januari 2024 NIK Jadi Pengganti NPWP |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.