Cerpen Terbaru

Cerpen Romantika Bangku Tua: Di Pantai yang Bisu Part 1, Ending Bikin Ngakak

Bagian berikut dari cerpen ini akan menyusul pada esok mendatang. Tema yang diambil pada part 1 adalah 'Ending bikin ngakak'.

Penulis: Nofri Fuka | Editor: Nofri Fuka
zoom-inlihat foto Cerpen Romantika Bangku Tua: Di Pantai yang Bisu Part 1, Ending Bikin Ngakak
TRIBUNFLORES.COM/NOFRI FUKA
CERPEN - Romantika Bangku Tua: Di pantai yang bisu Part 1, Ending Bikin Ngakak.

"Kenapa secepat ini? Bukankah kemarin ada janji yang belum tergarap? Bukankah ada kata yang harus dijaga yakni setia? Bukankah ada hati yang harus dihargai yakni kita? Kenapa secepat lekas dan tiada pamit? Why?," tanya Lar dalam hati penuh kejut tak percaya pun tak rela saat baca pesan WA itu.

Kalau hanya selekas ini jangan cepat tertambat. Kalau hanya sesingkat ini jangan terlampau nyaman. Ini bukan sandiwara.

Kita memang pintar merangkai kata dan mengatakan itu. Namun, bukan tentang itu. Ini tentang sikap rasa percaya yang diberi dan diterima. Ini tentang kesepakatan dan saling menghargai antar pribadi. Ini soal tanggung jawab kemanusiaan. Saling menjaga sebagai sebagai insan yang menghargai moral tertinggi yakni keadilan dan kedamaian hati. Kata itu, harus dipertanggung jawabkan dengan sikap.

Lar meraung dan merapal akan perpisahan pertama yang tak disangka.

Ceritanya, pertemuan pertama keduanya terjadi pada 1 Januari 2023 lalu. Di pesta dansa perkawinan salah satu sanak keluarga, Lar kepincut oleh goyangan Si dia yang penuh eksotik yang ikut berpesta. Pinggul yang lentur dan lemparan senyum tipis yang selalu tepat sasar mengenai bola mata Lar, membuat Lar tak berkutik.

Hingga yang ada itu pesona. Yang ada itu ingin dekat. Yang ada itu tak boleh lolos.

Untuk itu, Lar pun mendekat meminta berdansa ala portugis dengan si dia. Goyangan dengan irama 1 1 bukan hal yang sulit. Tergantung komunikasi yang baik bisa menghasilkan tarian yang indah dengan posisi badan yang rapat. Tapi jangan terlalu rapat, tinggalkan sisa celah sempit 5 cm untuk meloloskan angin. Agar gerah bisa terbayar oleh sejuk walau sedikit. Namun pastinya, gairah rasa suka pastilah tetap membara.

Saat berdansa, keduanya berputar riang dengan sesekali tatapan yang tepat menghasilkan kejut pada jiwa yang resah. Udara cukup panas, disebabkan kedekatan tubuh keduanya dan tarian yang menghasilkan energi.

Komunikasi pertama singkat saja, "asal darimana ade?," tanya Lar dalam dialek kekinian di Mamumere.

"Sa dari kampung sebelah kaka. Rumah paling ujung, kalau kaka ke sana lihat rumah warna pink, itu sa punya rumah sudah," jawab si dia lanjut menjelaskan letak rumahnya sambil menyesuaikan irama dansa dengan si Lar.

"Oh iya ade..baik sudah. Sekali-sekali baru kaka pesiar kesana," balas Lar menawarkan bertamu walau tak diminta.

"Ok kaka ditunggu kaka," jawab Si Dia seakan tak sabar lagi.

Kedua insan yang lagi membara soal hati itu (dalam tanya), mengakhiri dansa dengan bertukar nomor WA.

"Ketik ade pu no do," pinta Lar. "Ok kaka. Jangan lupa ping e," kata Si Dia.

"Pasti ade," jawab Lar tegas.

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved