Berita Flores Timur

Ama Boro, Peternak Babi Flores Timur Trauma Demam Babi Afrika

Penyakit demam babi Afrika munculnya hampir bersamaan dengan pandemi virus Corona dua tahun lalu masih menghadirkan trauma bagi peternak di Flotim.

Editor: Egy Moa
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
Boro Yakobus, peternak asal Desa Nobo, Kecamatan Ile Boleng, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA-Wabah virus African Swine Faver (ASF) atau Demam Babi Afrika terus menghantui sanubari Boro Yakobus, peternak asal Desa Nobo, Kecamatan Ile Boleng, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur.

Puluhan tahun berkecimpung di usaha ternak babi, pria usia 61 tahun yang kerap disapa Ama Boro ini belum pernah merasakan wabah mematikan seperti ASF. Sekitar 350 ekor babi mati terbunuh virus yang mewabah akhir tahun 2021 itu.

Padahal, pasaran babi sebelum ASF sangat membantu membiayai kebutuhan ekonomi keluarga. Hajatan pesta, urusan adat, hingga bibit anak babi dengan harga jutaan menjadi ladang strategis buatnya dan masyarakat Flores Timur umumnya.

Trauma ASF yang disebutnya membunuh pelaku usaha itu rupanya berkitan dengan Covid-19. Wabah global yang mengharuskan pemerintah mengeluarkan kebijakan PSBB dan PPKM berpengaruh pada omset pendapatan.

Baca juga: Jadwal Kapal Ferry yang Beroperasi di Flores Timur pada 23 Februari 2023

"Bukan hanya ASF saja, tapi waktu Covid-19 kan dilarang soal kerumunan massa, tidak ada pesta dan lain sebagainya jadi babi mulai kurang laku," katanya usai mengikuti pelatihan penangkaran bibit babi yang diselenggarakan Dinas Perkebunan dan Peternakan Flores Timur, Rabu 22 Februari 2023.

Ama Boro awalnya mendatangkan 20 babi betina dan 2 jantan dari Kupang pada bulan Desember 1988. Bibit babi yang ia kembangkan dengan sungguh membuatnya dinobatkan menjadi salah satu peternak cukup sukses di Flores Timur.

Di kandang ternak yang jaraknya cukup jauh dari pemukiman, Ama Boro memelihara ratusan ekor anak babi, induk, dan jantan dengan panjang kandang sekira 27 meter.

Kemelut ASF membuat pria kelahiran 28 Agustus 1962 ini nyaris stres. Ia pasrah sembari meratap dalam diam saat babinya dikubur secara massal. Sementara sejumlah ternak lainnya diberikan kepada warga.

Baca juga: Peternak Babi di Flores Timur Diminta Hindari Perkawinan Ternak Sedarah

"Harga satu anak babi Rp 1 juta, yang besar bisa Rp 7 juta. Kalau hitung semua peternak dan kelompok disana maka bisa Rp 1 miliar lebih," ucap pria berambut uban itu.

Setahun lebih dihantui ASF, Ama Boro masih bertekad melanjutkan usaha ternak. Sempetmber 2022 lalu, pria berambut uban ini membeli tiga ekor babi dan sampai sekarang semakin banyak dan sehat.

"Sekarang ini ada 10 babi betina, 3 ekor jantan produktif, 1 sudah kebiri, dan calon induk 5 ekor," paparnya.

Meski perlahan bangkit, namun ia masih trauma lantaran baru-baru ini ASF kembali terdeteksi melalui 50 ternak babi hasil bantuan Pemerintah Pusat. Hasil tes laboratorium dua sampel darah babi yang positif membuat peternak khawatir. 

Dengan nada sedikit lantang, ia meminta Dinas Perkebunan dan Peternakan Flores Timur mengambil sikap agar ternak luar tidak membawa musibah baru atau menggores luka lama yang disebutnya belum sembuh total.

Baca juga: Warga Serbu Kantor Camat Wulanggitang di Flores Timur

"Saya tahu ini daerah tertutup, tapi kenapa ada bantuan babi dari luar? Apa lagi luar provinsi? Padahal mereka bilang mau tutup dan pantau setiap pintu masuk, harusnya kita juga disampaikan sebelumnya," tegasnya.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Flores Timur, Sebas Sina Kleden, mengatakan akan mengontrol setiap pintu masuk agar ternak dan daging tidak sembarangan masuk Flores Timur.

"Kita akan pantau wilayah Boru, Adabang, Pelabuhan laut, di Pulau Solor dan Adonara. Tetapi pengalamannya begini, kita jaga di pintu masuk di Boru tapi masih tembus," katanya.

Ia menanggapi 50 bantuan ternak babi pemerintah pusat telah melewati tes PCR sebelum dikirim ke Flores Timur. Namun beberapa hari setelah tiba, tujuh ekor babi mati mendadak sehingga pihaknya mengirim sampel darah ke Laboratorium Penguji Veteriner Bali dan hasilnya positif.

Baca juga: Orang Muda Flores Timur dan Sikka Suarakan Stop Kekerasan Terhadap Anak

Pihaknya telah mengerahkan tenaga medik atau kesehatan hewan di setiap wilayah kecamatan usai mendapat laporan ternak babi bantuan mati mendadak diduga terjangkit demam babi afrika.

Sebastianus menerangkan, petugas juga gencar memberikan sosialisasi tentang pentingnya tindakan biosecurity, pemberian vitamin, dan menyuntik babi guna mencegah hog cholera. *

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved