Berita NTT

Pemecatan Dirut, Kredit Macet, Kredit Fiktif dan Pembelian Surat Berharga Melilit di Bank NTT

Direktur Utama Bank NTT tiga kali tidak memenuhi undangan rapat dengar pendapat dengan Komisi 3 DPRD NTT membahas berbagai masalah meilit bank Pemda.

Editor: Egy Moa
POS-KUPANG.COM/ELISABETH EKLESIA MEI
Rapat dengar pendapat (RDP) DPRD NTT dengan Bank NTT, Senin 6 Maret 2023 di Kantor DPRD NTT Jalan El Tari Kota Kupang. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eklesia Mei

POS-KUPANG.COM, KUPANG-Berbagai masalah menyebar sampai ke media sosial yakni pemecatan tidak dengan hormat Dirut Bank NTT, kredit macet, kredit fiktif, pembelian MTN atau surat hutang jangka menengah PT. Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP) senilai Rp 50 miliar pada tahun 2018 sedang melilit Bank NTT.

Namun Direktur Utama (Dirut) Bank NTT, Alex Riwu Kaho tiga kali mangkir memenuhi undangan menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi lll DPRD NTT membahas berbagai masalah tersebut. Hari Senin 6 Maret 2023, Dirut kenbaloi mangkir.

Pertemuan ini hanya dihadiri  mantan Dirut Bank NTT, Amos Corputty sebagai pemegang saham Bank NTT, dan juga mantan Dirut Bank NTT, Izhak Eduard Rihi serta Eddy Nganggus mantan Kepala Cabang (Kacab) Bank NTT Kefamenanu.

Ketua Komisi III DPRD NTT, Jonas Salean mengatakan akan memberikan masukan di Komisi lll terkait hal-hal yang menjadi masalah dari Bank NTT. Hasil RDP akan memberikan rekomendasi untuk tindakan selanjutnya.

"Ketidakhadiran Dirut Bank NTT sudah tiga kali dipanggil untuk mengikuti RDP tetapi tidak datang," kata Jonas Salean.

Baca juga: BMKG Imbau Warga NTT Waspada Bencana Hidrometeorologi 

Setelah RDP tersebut, DPRD akan memanggil OJK untuk melakukan RDP. Menurutnya, OJK sudah tahu masalah-masalah terkait MTN Bank NTT di tahun 2017.

"Izhak Eduard Rihi menjabat sebagai Dirut selama 1 tahun 11 bulan saja diturunkan dari jabatannya karena alasan tidak mencapai laba. Sedangkan Alexander Riwu Kaho menjabat sebagai Dirut sudah mencapai 2 tahun lebih, tidak diturunkan walaupun laba selalu turun. Kenapa demikian?" tanya Jonas

Hal ini menurut Jonas terjadi  ada standar ganda yang dipakai pemegang saham sebagai pengendali untuk memecat Dirut.

Amos Corputty  menyatakan memahami perkembangan Bank NTT dari krisis moneter 1998 hingga saat ini.

Baca juga: Wagub NTT Dorong Pemerintah Kabupaten Buat Perda Kekayaan Intelektual

"Semakin berkembang masalah-masalah yang ada di Bank NTT ini, mulai dari pemecatan tidak dengan hormat, kredit tidak beres, kredit fiktif, pembelian MTN. Masalah-masalah itu tersebar di media. Memang sudah da masalah, tetapi kenapa tidak ditindak hal-hal yang merugikan seperti,"kata Amos

Sebagai pemegang saham,  kata Amos, dirinya tidak menerima masalah-masalah yang terjadi seperti itu. Amos meminta agar Bank NTT melakukan audit forensik, karena menurutnya, sistem digital perbankan di Bank NTT kurang bagus.

"Sistem kita ini kurang bagus. Sehingga kalau ditanya laba belum jelas, perlu audit ulang. Harus diaudit ulang barang elektronik, harus ada audit forensik," tegas

Amos menambahkan, masalah lain yang ada di Bank NTT adalah laba dan deviden Bank NTT yang tiga tahun terakhir mengalami penurunan, tapi pengurusnya tetap dipertahankan.

Baca juga: Gubernur NTT Panen Jagung TJPS dan Tinjau Puskesmas Kori di Sumba Barat Daya

"Ini yang saya ribut terus agar semua di-clear-kan. Tujuan bank ini adalah kesejahterakan masyarakat. Tempatkan manusia yang berkarakter dan bermoral di Bank NTT," tegasnya.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved