Semana Santa 2023
Devosi Semana Santa di Jumat Agung, Kota Larantuka Jadi Lautan Manusia
Nyala lilin dari tangan ribuan peziarah menerangi wajah Reinha Rosari, julukan bagi Kota Larantuka, Ibu Kota Kabupaten Flores Timur
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Seluruh rangkaian Semana Santa Larantuka, devosi agama katolik sakral bercampur adat yang puncaknya terjadi pada Jumat Agung selalu menghadirkan ribuan peziarah.
Kota Kerajaan Katolik pertama dan tertua di Indonesia ini selalu berubah menjadi lautan manusia saat matahari meninggalkan alam jagat, pertanda dua patung sakral segera diarak malam harinya.
Nyala lilin dari tangan ribuan peziarah menerangi wajah Reinha Rosari, julukan bagi Kota Larantuka, Ibu Kota Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, Provinsi NTT.
Perayaan Jumat Agung 2023 diawali dengan misa penutupan adorasi sakramen mahakudus di Gereja Katedral Larantuka dipimpin Yang Mulia Uskup Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr, Jumat 7 April 2023 pukul 06.00 Wita.
Baca juga: Ribuan Peziarah Hantar Tuan Ma dan Tuan Ana Ke Gereja Katedral Larantuka
Usai tokoh agama katolik terkemuka di Flores Timur dan Lembata memimpin perayaan ekaristi, rangkaian dilanjutkan dengan mengantar Tuan Menino melalui jalur laut. Salah satu devosi sakral yang paling dinantikan ini dibanjiri peziarah yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Peziarah berbusana serba hitam larut dalam duka saat seorang pria berjubah hitam menjinjing peti berisi patung Yesus Tersalib dari Kapela Tuan Meninu menuju perahu tanpa mesin atau biasa disebut 'berok'.
Pria itu bernama Yosep Fernandez, adik Ketua Suku Qinta Besa, Anton Thomas Fernandez melangkah pelan diiringi nyanyian rapatan dari puluhan anggota Confreria dan ibu-ibu Santa Ana.
Petrus Musu Fernandez, satu garis keturunan Qinta Besa (Fernandez), mengatakan prosesi laut bukan perarakan patung bayi Yesus (Tuan Menino) tetapi patung Yesus Tersalib dalam peti berbalut kain hitam.
Baca juga: Basarnas Maumere Siaga Prosesi Semana Santa 2023 di Larantuka
Devosi sakral membawa patung hasil wasiat bangsa Portugis sejak tahun 1600-an itu menjadi daya tarik tersendiri. Pengarak membawa sang penebus dosa dari pantai depan Taman Doa Tuan Meninu, Kelurahan Sarotari menuju Pantai Kuce, Kelurahan Pohon Siri.
"Jaraknya kurang lebih empat kilo meter. Kalau star dari sini dan arusnya cukup kuat maka bisa makan waktu 45 menit sampai 1 jam," katanya usai doa rosario di Kapela Tuan Meninu.
Tiba di Pantai Kuce, peti mesias anak Allah kemudian diletakan di Armida Pohon Asam untuk disinggahi rombongan prosesi Jumat Agung yang mengitari jantung Kota Larantuka.
Berdasarkan jadwal Semana Santa yang diberikan pihak panitia, peziarah dan umat katolik kembali mengikuti misa kebaktian wafat Tuhan. Misa mengenang yesus wafat di kayu salib selalu dibanjiri umat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.