Opini Paskah 2023

Paskah Kristus Menjadi Paskah Kita

“Kebangkitan memberi arti dan arah dalam hidup saya dan kesempatan untuk memulai kembali apa pun keadaan saya." - Robert Flatt

Editor: Hilarius Ninu
TRIBUN FLORES.COM/TOMMY MBENU NULANGI
Frater Kepala SMPK Ndao Ende, Fr Yohanes Berchmans, BHK, M.Pd 

Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK
Kepala Sekolah  SMPK Frateran Ndao Ende

“Kebangkitan memberi arti dan arah dalam hidup saya dan kesempatan untuk memulai kembali apa pun keadaan saya." - Robert Flatt


"Tuhan telah membuat saya berlutut dan membuat saya mengakui ketiadaan saya sendiri, dan dari pengetahuan itu saya telah dilahirkan kembali. Saya tidak lagi menjadi pusat hidup saya dan oleh karena itu saya dapat melihat Tuhan dalam segala hal." - Bede Griffiths

Etimologi Dan Makna PASKAH

Kata "Paskah" berasal dari bahasa Yunani, "Paskha", yang berasal dari bahasa Aram untuk istilah dalam bahasa Ibrani "Pesach" (bahasa Inggrisnya: "Passover") yang kita sebut dengan Paskah Yahudi. Namun, arti hari raya paskah dapat dimaknai oleh banyak orang kristiani sebagai hari kebangkitan Yesus Kristus, atau hari kemenangan Yesus Kristus atas maut. Kita tahu bahwa Yesus datang ke dunia dan rela menderita sengsara, wafat di kayu salib, hanya untuk menebus dosa dosa kita manusia.

Hal itu dilakukanNya, karena Ia sungguh sangat mengasihi kita manusia. Dia berkata: “ tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat sahabatnya” (Yoh. 15: 13). Dan yang perlu dicatat bahwa Yesus tidak berhenti wafat di kayu salib, melainkan di makamkan layaknya manusia pada umumnya. Artinya sebagai manusia, Ia mengalami kegelapan makam. Namun karena Dia adalah Allah, maka pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati. Kebangkitan Yesus Kristus membawa HARAPAN bagi kita yang PERCAYA dan BERIMAN kepada Nya. HARAPAN itu adalah bahwa KEMATIAN bukanlah akhir dari kehidupan, melainkan awal dari KEHIDUPAN yang baru BERKAT KEBANGKITAN Yesus dari alam maut.

 

Baca juga: Pesan Paskah 2023, Romo Bernadus : Mari Dan Wartakan Terang Yesus Yang Hidup

 

 

 

Dan jika Yesus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah iman dan kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang orang yang mati dalam Kristus” (1 Kor. 15: 17 - 18). Oleh karena itu, sesungguhnya dosa-dosa manusia lama kita telah turut mati dan dikuburkan bersama Yesus, agar saat Yesus bangkit dari kuburNya, kitapun ikut bangkit bersama Dia sebagai manusia baru, yang memiliki HATI dan BUDI yang baru.

Inilah yang disebut sebagai manusia paskah. Artinya paskah Kristus menjadi paskah kita juga, sebab kita telah menanggalkan dan menguburkan cara hidup manusia lama kita dengan segala sifat yang lama, dan kita mulai mengenakan manusia baru kita, dengan cara hidup dengan segala sifat yang baru. Jika itu yang terjadi, maka paskah bermakna bagi kita. Dan sebaliknya, bisa jadi Yesus sudah BANGKIT dari kubur Nya, TETAPI kita masih tidur di dalam ZONA KENYAMANAN kuburan.

Itu bisa saja terjadi manakala hidup kita tidak berubah atau tidak bertobat, dan tetap hidup dalam manusia lama, maka kita merayakan PASKAH tanpa MAKNA, hanya sekedar ritus tahunan tanpa makna. Dengan demikian, kita bukanlah MANUSIA PASKAH. Mengapa?Sebab, MANUSIA PASKAH yang dimaksudkan disini adalah MANUSIA yang telah mengalami PERUBAHAN dan PEMBARUAN diri, baik dalam cara hidup, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata dan cara bertindak, atau juga MANUSIA yang telah mengalami METANOIA atau PERTOBATAN, sehingga kita TAMPIL BEDA sebagai MANUSIA BARU yang memiliki HATI dan MINDSET yang baru, sebagai buah dari PASKAH kebangkitan Yesus Kristus. Dengan demikian PASKAH Kristus menjadi PASKAH kita.

Dan itulah MANUSIA PASKAH. Dan yang perlu digarisbawahi, adalah MANUSIA PASKAH, tidak hanya dalam arti hubungan secara vertikal antara saya, anda dan kita dengan Tuhan, melainkan juga MANUSIA PASKAH dalam arti hubungan horizontal dengan sesama manusia sebagai makhluk sosial atau zoon politikon. Artinya MANUSIA PASKAH hanya akan bermakna, jika dalam hidup sebagai makhluk sosial, kita memperlakukan sesama sebagai teman, sahabat, saudara atau “homo homini socius” , dan bukan sebagai musuh, lawan, yang harus di “mangsa” karakternya: dibenci, direndahkan, dilecehkan, di fitnah, disingkirkan, bila perlu dihabisi atau “homo homini lupus”. Oleh karena itu, sebagai MANUSIA PASKAH, sesungguhnya martabat kita manusia telah ditinggikan dan dimuliakan berkat wafat Yesus di kayu Salib serta kebangkitanNya menjadi nyata bahwa kita adalah Citra Allah.

Dengan demikian, MANUSIA PASKAH harus hidup dalam saling mengasihi, saling mengampuni, saling take and give dalam hidup, saling mengorangkan, saling memberdayakan, dan BUKAN saling memperdaya. Lebih dari itu, manusia paskah berarti manusia yang telah mengenakan CINTA dan KASIH KRISTUS, yang HARUS kita wartakan dimanapun kita hidup dan berada. Dengan demikian, buah paskah dapat dirasakan dan dialami oleh orang-orang disekitar kita. “UBI CARITAS ET AMOR, DEUS IBI EST”: di mana ada kasih dan cinta, disanalah Allah hadir. Oleh karena itu, manusia paskah bahasanya adalah bahasa kasih, bahasa cinta dan bukan bahasa sarkasme, bahasa yang merendahkan, yang melecehkan, yang menghina, yang menghujat, yang memfitnah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved