Berita Flores Timur

Makna Tujuh Tiang Penyangga Rumah Adat Lewokluok di Flores Timur

Tujuh tiang menyangga rumah adat Lewokluok di Desa Demon Pagong Kabupaten Flores Timur memiliki makna terhadap tujuh suku yang menetap di wilayah itu.

Editor: Egy Moa
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
Koke Bale (rumah adat) di Desa Lewokluok, Kecamatan Demon Pagong, Kabupaten Flores Timur, Rabu 14 Juni 2023. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Sebuah rumah panggung setinggi hampir tiga meter berdiri tegak di atas lahan bebatuan. Warga menamainya 'Koke Bale' yang berarti rumah adat bagi belasan suku di Desa Lewokluok, Kecamatan Demon Pagong, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT.

Konstruksi Koke Bale memiliki enam tiang induk yang berfungsi menopang bangunan, dan satunya lagi tiang nok bubungan atap. Tujuh tiang ini merupakan simbol dari tujuh suku di kampung yang kini mekar menjadi tiga desa, Lewokluok, Bama, dan Blepanawa.

Ketua Lembaga Pemangku Adat Lewokluok, Petrus Kerewo Lein (68), memandu wartawan masuk dalam bangunan tanpa dinding dan berlantai bambu cincang itu.

Persis di tengah-tengah Koke Bale, ada enam tiang kayu berukuran lebih besar dari tiang lainnya. Enam tiang itu simbol suku Kabelen, Nedabang, Lewo Kung, Lewati Kumanireng, Lein, dan Lubur.

Baca juga: Warga Boru Kedang di Flores Timur Minta Julie Laiskodat Panen Perdana Ikan Ikan Lele

Petrus menerangkan, Koke Bale menghimpun 13 suku, namun tujuh suku diantaranya menyimpan cikal bakal sejarah yang panjang, dan berjasa bagi kampung Lewokluok Demon Pagong.

Salah satunya suku Beribe ditempatkan pada tiang nok karena berhasil menemukan orang pintar untuk mengusir musibah yang mengancam warga kampung. Orang pintar itu suku Lein, salah satu yang menempati enam tiang besar Koke Bale.

"Waktu itu keadaan di kampung tidak aman, jadi suku Beribe punya kewajiban cari orang pintar, akhirnya dapat suku Lein. Mereka punya jasa besar," katanya, Rabu 14 Juni 2023.

Koke Bale sebagai pusat pertemuan semua suku berada di lahan milik suku Nedabang. Bangunan berdiameter sekira 7x4 meter persegi dikelilingi sejumlah rumah suku yang radiusnya tidak sampai belasan meter.

Baca juga: Kelompok Tani di Desa Boru Kedang Flores Timur Panen Ribuan Ekor Lele Jumbo

Suku Nedabang, ungkapnya, menjadi salah satu penghuni paling utama. Nedabang menempati tiang sisi selatan, berdampingan dengan suku Kabelen, penguasa kampung yang memimpin ritual adat bersama suku Lein.

Dalam ritual Koke Bale, suku Kabelen paling banyak membawa hewan babi dan kambing yaitu 5 ekor, disusul suku Lein 4 ekor, kemudian lima suku lainnya 1 ekor.

"Suku-suku yang ada dalam tiang induk dan tiang nok bubungan wajib tanggung hewan kurban babi atau kambing," ungkapnya.

Petrus berujar, meski lebih ditanggung tujuh suku, namun enam suku lainnya selalu berkontribusi memberikan sumbangan bagi suku yang lebih banyak menanggung kurban.

Baca juga: Proyek Jalan Tuakepa-Tenawahang Flores Timur Belum Rampung Diberi Adendum 4

Untuk tahun 2023, ritualnya dimulai pada tanggal 5 Juli. Semua suku akan saling berjibaku membersihkan lingkungan Koke Bale atau biasa disebut ritual 'Tawi Nama'.

Aktivitas selama satu minggu ini dipimpin oleh Uo Mata yang adalah suku Kabelen dan Lein. Kemudian pada tanggal 12 Juli, ada ritual 'Take Bale' yaitu pengatapan namun bubungannya masih dibiarkan terbuka.

"Tanggal 12 pengatapan namun bubungannya belum ditutup. Tunggu keputusan Uo Mata dulu baru tutup seluruhnya," katanya.

Setelah Uo Mata mengeluarkan keputusan, semua suku akan melanjutkan acara pembantaian hewan kurban atau biasa disebut ritual 'Belo Howek'.

Baca juga: Ismail Menghilang Setelah Terima Transfer Rp 7Juta dari Keluarga Korban TPPO di Flores Timur

"Atap semua tutup tanggal 19 Juli, dan selanjutnya tanggal 21 Juli itu acaranya resepsi adat. Semua suku duduk dalam masing-masing tiang," tutur Petrus.

Kepala Desa Lewokluok, Yosep Ike Goran, mengatakan selain ritual Koke Bale, pihaknya juga kembali menggelar festival Lewokluok.

Festival kedua kalinya ini diyakini membawa dampak positif bagi masyarakat yang saat ini konsen dengan menenun, membuat pelbagai souvenir anyaman dan kuliner lokal.

"Ritual ini setiap tahun, jadi kita pancing dengan festival supaya makin dikenal banyak orang, juga menggugah anak-anak agar kembali pulang membangun kampung," katanya.

Baca juga: Ratusan Warga Flores Timur Nikmati Lagi Penglihatan Berkat Operasi Gratis

Hal ini tak terlepas dari prestasi Desa Lewokluok yang meraih juara 1 kategori kampung adat terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) Award 2021.

Ritual Koke Bale dan Festival Lewokluok mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Flores Timur. *

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved