Festival Tedo Tembu Wesa Wela
Festival Tedo Tembu Wesa Wela Ajang Promosi Wisata Adat dan Budaya, Ada Air Terjun Ae Wa'u Pemo
Masyarakat adat Desa Pemo Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende, FLores, Nusa Tenggara Timur menggelar Festival bertajuk Tedo Tembu Wesa Wela di Pemo Ende
Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
Kaki-kaki mereka tak luput dari duri-duri hingga dedaunan gatal dan berduri.
Kurang lebih 30 menit perjalanan, mereka pun tiba di Ka Are Po'o. Sampai disana mereka langsung membersihkan tempat untuk melakukan ritual hingga membakar nasi bambu.
Seorang pria dengan cepat memotong sebuah bambu, lalu dipotong -potong dijadikan tempat menyimpan beras dan air untuk dimasak.
Sebelum dimasak, para pria lainnya menuju mata air Ae Wa'u untuk membersihkan ruas bambu.
Setelah ruas bambu dibersihkan. Mereka kembali menuju Ka Are Po'o untuk memasak nasi bambu.
Api begitu cepat menyala. Bambu berisi beras dan air pun disimpan persis dekat bara api. Beberapa orang sigap membalik agar tak hangus.
Selang setengah jam kemudian, nasi bambu pun masak. Mereka membela bambu dan langsung mencicipi nasi merah yang sudah masak.
Satu ekor ayam yang sudah dibunuh dimasak menggunakan bambu dan dibakar. Ayam bakar menjadi lauk saat makan bersama di Ka Are Po'o.
Masak nasi bambu merupakan Festival Tedo Tembu Wesa Wela yang digelar oleh masyarakat adat Desa Pemo.
Di Ka Are Po'o tampak sebuah tempat yang disiapkan untuk sesajian pemberian makan kepada leluhur dan tempat penyerahan tolak balak berupa perahu ukuran kecil.
Sekitar pukul 12.00 Wita, mereka bergegas menuju Kampung Pemo. Sementara nasi bambu sebanyak 11 ruas dan daging ayam yang dimasak dalam bambu ditempatkan di Ka Are Po'o.
Baca juga: Warga Pemo Siapkan Persembahan saat Festival Tedo Tembu Wesa Wela di Pemo Ende Flores
Mereka pulang dengan tangan kosong. Mendaki menuju Pemo tak mudah. Mereka harus kuat menaiki tanjakan yang terjal hingga sampai ke Kampung. Bahkan mereka sempat berhenti pada sejumalah pohon untuk berteduh.
Panas mentari menyengat kulit sangat dirasakan disana. Berjalan tanpa alas kaki rupanya menantang mereka menuju Kampung.
Sesampainya di Kampung Pemo mereka makan siang bersama dengan warga yang sudah menunggu.
Ketua 3 Festival Tedo Tembu Wesa Wela, Kristoforus Riwu (25) mengatakan masak nasi bambu bertujuan untuk memberikan makanan kepada leluhur dan para mosalaki Kampung Pemo.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.