Berita Nagekeo

Cerita Aparat Desa di Nagekeo Tanam Cabai saat Musim Kemarau, Tak Sekedar Cari Untung

Cabai Asal Nagekeo kini diincar banyak pihak. Cabai Nagekeo sangat mudah didapati dan memang kini menjadi primadona banyak orang.

|
Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / HO-MARTEN
BERSIHKAN RUMPUT - Martinus Beu Tawa, seorang aparat Desa Natatoto Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo sedang membersihkan rumput pada tanaman Cabainya, Kamis 2 November 2023. 

Pada kesempatan itu, segala rahasia budidaya cabai dibongkar tuntas kepada para tetamu yang jauh-jauh datang dari Pulau Sumba. Mulai dari pengolahan tanah, pembibitan, pemeliharaan, pemanenan sampai pada pemasaran hasil, tuntas tidak berbekas. Tak lupa tips meracik pestisida dari buah dan tumbuhan lokal.

Maklum, selain karena pengalaman nyatanya, selama ini Pihak Pemerintah Daerah melalui dinas terkait, PPL maupun LSM yang bergerak di bidang pertanian memang sering datang berkunjung untuk memberikan pendampingan. Betul-betul kebun Marten sudah bisa dijadikan kelas belajar.

Kini, belum genap tiga bulan, buah-buah cabai mulai berangsur memerah. Empat hingga lima kilogram sudah bisa diantar sekali seminggu ke pelanggan lamanya. Ketika puncak panen tiba nanti, maka diperkirakan panenan akan meningkat menjadi paling kurang 30 kg per minggu.

Meskipun hati tergoda gejolak roket kenaikan harga di berbagai Pasar Besar seantero Tanah Air, mereka masih dapat menahan pada angka Rp25.000/kg. Marten memilih tidak menaikkan harga dan tetap setia merawat jaringan pasar yang sudah lama terbangun.

Toh, asal selalu ada yang membeli, maka dengan masing-masing minimal 2 kg dari 2000 pohon yang ditanam saat ini, mereka berhak memimpikan terbayarnya iuran Komite Sekolah maupun beban pesta dan adat-istiadat.

Sebagian lagi untuk membiayai anak angkat di sebuah Panti Asuhan, seorang putera yang sedang beranjak remaja dan sudah dijadikan saudara sulung bagi kedua puteri cantik mereka. Jika masih ada sisa, barangkali bisa disisipkan untuk mengganti roda motor matic Is, yang juga dipakai pergi-pulang mengajar di Taman Kanak Kanak di desa.

Marten menutup perbincangan dengan penggalan kata bijak bahwa harga sesungguhnya tidak hanya dibentuk oleh faktor produksi, tetapi juga oleh akses informasi dan distribusi yang konon katanya rawan dimainkan oleh oligarki. Maka sebagai petani gurem, hanyalah nilai dan etika yang dapat diandalkan dalam menghadapi krisis.

Marten tidak sekedar sedang berjuang membela perut, tetapi lebih dari itu, punya misi mendorong masyarakat desa meningkatkan perekonomian keluarga melalui perubahan pola pikir, tinggalkan kebiasaan lama, mampu menangkap peluang dan memiliki ketahanan menghadapi skenario terburuk di masa depan.

Sementara itu, Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do mengapresiasi usaha pertanian hortikultura milik Marten.

Bupati Don menyebutkan kreatifitas saat musim kemarau sangat dibutuhkan guna menopang hidup keluarga.

Apa yang dilakukan oleh Marten dan sang istri menjadi contoh untuk petani lain agar membaca peluang. Sebab bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Bupati Don mendorong semua kepala Desa untuk memberdayakan masyarakat lewat dana yang ada. Anggarkan dana untuk program pemberdayaan sehingga petani bisa memiliki modal untuk mengolah lahan hingga mendapatkan bibit tanaman hortikultura.

Pasca panen, Cabai atau tanaman hortikultura lainnya bisa masuk pasaran dan menekan harga sehingga tidak ada gejolak harga bahan pangan di tengah masyarakat.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved