Berita Nagekeo

Cerita Aparat Desa di Nagekeo Tanam Cabai saat Musim Kemarau, Tak Sekedar Cari Untung

Cabai Asal Nagekeo kini diincar banyak pihak. Cabai Nagekeo sangat mudah didapati dan memang kini menjadi primadona banyak orang.

|
Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / HO-MARTEN
BERSIHKAN RUMPUT - Martinus Beu Tawa, seorang aparat Desa Natatoto Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo sedang membersihkan rumput pada tanaman Cabainya, Kamis 2 November 2023. 

Menurutnya, nasib para petani akan bisa diperbaiki salah satunya jika tanah yang subur tidak dibiarkan tidur panjang tanpa diolah.

"Berkat dorongan pak Ferdinandus Teme, penyuluh waktu itu, Pemda membantu waterpump dan toren untuk menyedot air dari kali,"tambahnya.

Namun Marten tidak mau berpanjang-panjang mengenang. Pahit rasanya karena waktu itu panenan tidak sepenuhnya menjadi milik mereka.

Pagar dari bilah bambu dan barisan gamal begitu mudah diterobos gerombolan kerbau-kerbau musim kemarau.

Dia mengisahkan bahwa ternak-ternak itu akan berubah jadi setan alas jika mencium aroma hijauan.

Untung tak dapat diraih, usaha bertahan hanya kurang dari semusim. Bertahun-tahun sejak saat itu, ia menarik pulang ujung jemari tangan Is, kembali jatuh-bangun di lahan sawah tadah hujan.

Disadari bahwa sia-sialah budidaya tanaman di daerah yang sedang beralih dari tradisi beternak menuju bercocok tanam intensif. Selama ternak masih dibiar berkeliaran, maka betapapun suburnya tanah, sulit rasanya bisa bercocok-tanam.

Kepala Desa yang diam-diam menaruh perhatian memahami frustrasi panjang stafnya. Idepun muncul untuk memagari kawasan pertanian masyarakat dengan kawat berduri dari dana desa. Tidak tanggung-tanggung luasnya 25 hektare.

Pikirnya, mungkin dengan begitu akan lebih mudah mengajak sebanyak-banyaknya warga untuk mengurangi aktivitas-aktivitas konsumtif di saat tidak turun hujan.

Marten yang adalah Kepala Seksi Perencanaan di Kantor Desa memotori pembangunan. Bagaimanapun juga dia tidak menyangkal bahwa Isterinya sempat merasakan sensasi berbelanja jutaan rupiah dari hasil kebun tersebut, walau harga cabai belum semahal sekarang.

Melihat ancaman ternak boleh dikatakan teratasi, gantian Is yang menarik pergelangan tangan Marten kembali ke kebun cabai yang lama ditelantarkan.

Kali ini para pemuda sekitar juga meniru. Untuk sementara total lahan hortikultura warga yang telah diolah kurang lebih mendekati 5 ha. Tidak melulu ditanami cabai, tapi juga ada bawang merah, tomat, kacang, dan lainnya.

"Meskipun masih sebagian kecil saja yang diolah, tetapi sekali lagi ini soal merubah kebiasaan bertani. Saat ini di desa kita sudah ada stok sayuran yang sebelumnya biasa kita beli dari pasar. Hebatnya lagi malahan ada juga yang sudah bisa menjual ke luar,"ujar Marten.

Marten yakin, pengalaman baik dan berharga akan menular dengan cepat kepada semakin banyak orang di desa. Asal bukti nyata yang berbicara, bukan cuma sebatas kata tanpa makna.

Ada lagi yang penting untuk diceritakan. Beberapa bulan lalu, mereka menerima kunjungan dari Kelompok Study Tour Aparatur Desa.

Baca juga: Cerita Polisi di NTT, Manfaatkan Waktu Luang Bertani Cabai, Raup Untung Jutaan Rupiah Usai Panen

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved