Berita NTT
Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan di NTT, Psikis 339 Kasus, Fisik 411 dan Kekerasan Seksusal 348
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi NTT, Iien Adriany menyampaikan, usai bencana dibutuhkan perhatian khusus.
"Kami dari Kementerian juga telah fokus melihat kebutuhan yang lebih spesifik ketika bencana, yakni ketersediaan pembalut bagi perempuan," ungkapnya.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT, Ambrosius Kodo mengatakan NTT berada dalam daerah rawan bencana.
Yang mana, berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, NTT memiliki 25 gunung api. Data tersebut berbeda dengan yang dimiliki BPBD NTT, yaitu 15 gunung berapi.
"Di catatan kita 15 gunung api, berarti data kita harus diupdate," kata Ambros.
Ambros menyampaikan, gunung api tersebar dari Alor hingga Flores, yang suatu waktu dapat erupsi dan mengancam kehidupan di NTT.
Menurutnya, meskipun di Timor dan Sumba tidak ada gunung api, namun Ambros menegaskan bahwa dampak erupsi juga dapat dirasakan.
Baca juga: Pj. Gubernur NTT hadiri Penandatanganan Naskah Perjanjian Hibah Daerah Pemilukada Serentak 2024
"Timor dan Sumba walaupun tidak ada gunung api, tapi tidak aman karena apabila erupsi kuat, maka bisa terdampak abu vulkanik juga," katanya.
Ambros pun meminta agar seluruh masyarakat dapat selalu waspada, sebab erupsi gunung berapi sulit diprediksi.
Disamping itu, kata dia, NTT juga diapit oleh dua zona penyebab gempa besar, yakni di utara dan selatan. Di bagian utara, yakni Flores ada potensi gempa 7,5 SR. Sementara di selatan, Sumba ada potensi 8,5 SR.
"Gempa tersebut tidak dapat diprediksi, namun berpotensi memicu tsunami. Apabila di Flores kekuatannya kecil, namun episentrumnya dekat dengan darat sehingga jauh beresiko. Sedangkan, di Sumba sendiri episentrumnya jauh ke laut, karena itu berpotensi tsunami," ungkapnya.
"Rawan lainnya adalah kita di ekuator, jadi NTT juga rawan bencana hidrometeorologi," tambahnya.
Dia menjelaskan, bencana hidrometeorologi sendiri adalah bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembaban. Bahkan, sesuai data tahun 2022, terdapat 176 kejadian bencana, dimana diantaranya hidrometeorologi, berupa banjir sebanyak 59 kali, tanah longsor 45, cuaca ekstrem 21 kali dan kejadian lainnya.
"Di tahun 2023 sampai Oktober ini ada 117 kejadian dan bencana hidrometeorologis dominan 75 persen," sebutnya.
Selain itu, lanjutnya, ada pula bencana kekeringan yang mengancam NTT yang menimbulkan kerugian tidak kecil.
"Bencana yang paling berdampak merusak lingkungan adalah banjir, sedangkan yang memakan korban jiwa terbanyak ada gempa bumi dan tsunami," sebutnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.