Berita NTT
Minat Anak Muda Tinggi, Tapi Akses Green Jobs di NTT Masih Minim
Antusiasme anak muda Nusa Tenggara Timur (NTT) terhadap pekerjaan hijau ternyata jauh melampaui tersedianya peluang kerja di lapangan.
Laporan reporter POS-KUPANG.COM, Tari Rahmaniar Ismail
POS-KUPANG.COM, KUPANG — Antusiasme anak muda Nusa Tenggara Timur (NTT) terhadap pekerjaan hijau ternyata jauh melampaui tersedianya peluang kerja di lapangan.
Hasil survei Koaksi Indonesia dan BOI Research tahun 2024 menunjukkan 76 persen responden muda tertarik berkecimpung di sektor ramah lingkungan setelah memahami konsep green jobs.
Namun, tingginya minat ini masih belum berbanding lurus dengan akses, pemahaman, maupun kesiapan ekosistem green jobs di daerah.
Koaksi Indonesia kini berupaya menjembatani kesenjangan tersebut melalui Program “Youth Leaders Green Jobs” yang digelar di NTT dan Sulawesi Tengah.
Manajer Riset dan Pengelolaan Pengetahuan Koaksi Indonesia, Ridwan Arif mengatakan program ini dirancang untuk membentuk motor penggerak green jobs dari kawasan Timur Indonesia, sekaligus memperkuat jejaring kolaboratif hingga ke daerah-daerah yang jauh dari pusat pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Nusa Nipa Podcast: Lois dan Samuel Ceritakan Pengalaman Berkesan 3 Tahun di SMAK Frateran Maumere
“Program ini menjawab peluang besar transisi energi di Indonesia, sekaligus menyiapkan kapasitas dan kepemimpinan anak muda,” ujar Ridwan Arif, Selasa (18/11).
Ia menyebut rangkaian kegiatan seperti Green Jobs Academy, Workshop, Festival, hingga Summit menjadi sarana untuk membekali anak muda dengan keterampilan strategis yang relevan dengan kebutuhan lapangan.
Namun Ridwan menegaskan kampanye publik dan peningkatan literasi saja tidak cukup. Indonesia, termasuk NTT, memerlukan peta jalan green jobs hingga tahun 2045 agar transformasi menuju ekonomi hijau dapat terarah.
“Potensi green jobs sangat besar, tidak hanya di sektor energi terbarukan. Kita butuh strategi komprehensif dan berjangka panjang. Sementara kampanye publik penting untuk menumbuhkan minat dan talenta sejak dini,” ungkapnya.
Pemerintah Provinsi NTT juga melihat peluang besar sektor hijau sejalan dengan agenda adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Kepala Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan Bapperida NTT, Yohanes Paut menjelaskan NTT tengah menyusun Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim yang menyasar enam sektor prioritas seperti pertanian, air, pesisir, serta kesehatan.
“Jika lingkungan dikelola secara berkelanjutan, masyarakat bukan hanya mendapat manfaat ekologis, tetapi juga peluang ekonomi seperti pengelolaan sampah dan tutupan lahan,” ujarnya.
Tahun ini, NTT menerima Rp6,2 miliar untuk sektor kehutanan, termasuk pengendalian karhutla dan pemantauan emisi.
Yohanes menilai, bonus demografi semestinya menjadi momentum bagi daerah untuk menghadirkan ruang kerja hijau bagi tenaga kerja lokal. Namun, tanpa peningkatan kapasitas vokasi dan kesehatan masyarakat, peluang itu sulit dimanfaatkan secara optimal.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/GREEN-JOB.jpg)