Berita NTT

Kisah Guru Berhati 'Muder Teresa' Melayani Anak-anak Berkebutuhan Khusus di Kupang, NTT

Elisabeth Paledan, S.Pd, MM rupanya menjadi sosok inspiratif bagi semua orang. Ia dengan penuh kasih melayani anak-anak berkebutuhan khusus di Kupang.

Editor: Gordy Donovan
POS KUPANG.COM/ HO-SLBN Pembina
RANGKUL - Elisabeth Paledan, Pimpinan SLBN Pembina Kota Kupang saat bersama salah satu siswa di lembaga itu, November 2023, 

TRIBUNFLORES.COM, KUPANG - Sosok Elisabeth Paledan, S.Pd, MM rupanya menjadi sosok inspiratif bagi semua orang.

Pasalnya, perempuan kelahiran Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, 2 Oktober 1967 itu masih setia mengurus anak-anak berkebutuhan khusus.

Elisabeth menginjakkan kaki pertama kali di Kupang, Ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) putri dari Pulau Celebes- sebutan lain buat Pulau Sulawesi memiliki cita-cita luhur mengurus anak-anak berkebutuhan khusus.

Maklum, istri dari Markus Sampe ini memiliki spesialisasi bidang keilmuan mengurus anak-anak Tuna Netra. Ia menamatkan studinya di D2 Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) Makassar tahun 1989 lalu menjadi tenaga honorer di SLB Makassar sampai 1992 memutuskan hijrah mengikuti suami di Kota Kupang.

Baca juga: Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan di NTT, Psikis 339 Kasus, Fisik 411 dan Kekerasan Seksusal 348 

 

Mengurus anak berkebutuhan khusus bagi elisabeth-demikian disapa merupakan panggilan hati. Itulah sebabnya ketika menginjakan kaki di Kota Kupang ia mengabdikan jiwa raganya dengan mencurahkan perhatian pada anak-anak di SLB Asuhan Kasih Kota Baru Kupang.

"Ada kepuasan hati dan jiwa. Saya kira ini rencana Tuhan untuk saya datang jauh-jauh dari Sulawesi untuk memberikan sentuhan buat anak-anak berkebutuhan khusus di NTT," tutur ibu lima orang anak ini.

Sosok Elisabeth sangat low profile. Tidak terkesan kaku dan sangat ramah ketika menerima POS-KUPANG.COM yang menyambangi lembaga yang dipimpinnya SLBN Pembina pada Selasa 14 November 2023 siang.

Ketika memasuki pintu gerbang SLBN Pembina kesan sejuk, indah, bersih sudah terlihat. Kiri kanan kawasan itu ditumbuhi pohon tinggi menjulang. Panas mentari tepat di ubun-ubun terasa dingin karena dijemput dengan sapaan angin sepoi-sepoi.

Mengobrol dengan wanita yang memiliki keahlian menulis huruf brile ini tidak membosankan. Alur bicaranya runut dan menegaskan bahwa sosok ini sangat memahami kondisi yang ada di SLBN Pembina Kota Kupang.

Sebagai pucuk pimpinan, Elisabeth memotivasi 120 siswa dan 69 para staf pengajar dengan pola : Senyum, Sapa, Salam atau S3. Tak heran ketika tetamu yang datang
dengan ramah mereka menerima dan mengantar ke tujuan.

Elisabeth berkisah bahwa mengurus siswa berkebutuhan khusus tidak semua orang mampu. Butuh keahlian khusus dan harus melayani dengan hati.

Baca juga: Pj. Gubernur NTT hadiri Penandatanganan Naskah Perjanjian Hibah Daerah Pemilukada Serentak 2024

"Gunakan ilmu yang kita pelajari di bangku kuliah tidak cukup. Harus dengan hari. Karena anak-anak butuh kasih sayang. Saya melakukan itu sejak saya mengabdi di SLBN Pembina sejak 1 Januari 2011 sampai sekarang," tutur Elisabeth.

Sosok yang berhati mulia seperti Muder Teresa dari Calcuta, India ini memang tidak pernah kenal yang namanya risih, jijik bahkan memarahi siswa di SLB tersebut. Ia harus memposisikan diri tidak sebagai pimpinan tapi sebagai layaknya orangtua kandung mereka.

"Saking dekatnya saya dengan anak-anak mereka peluk, cium saya seperti halnya ibu kandung. Tidak ada sekat perbedaan sehingga saya mengganggap mereka semua adalah keluarga kandung saya sendiri," jelas lulusan Sarjana Biologi di Universitas Muhammadiyah Kupang ini.

Ditanya apa yang memotivasinya untuk bergelut mengurusi anak-anak berkebutuhan khusus, lulusan S2 Universitas Mahardika Surabaya ini menegaskan bahwa karena panggilan jiwa.

Iapun berkisah bahwa sebelum ke NTT terdorong rasa iba dengan salah satu anggota keluarganya yang terlahir berkebutuhan khusus. Namun, fasilitas yang terbatas kala itu akhirnya saudaranya meninggal ketika menginjak usia 17 tahun.

Itulah sebabnya ada motivasi untuk berbuat untuk sosok-sosok ini yang mungkin memiliki talenta untuk membahagiakan keluarga juga kelak bisa mandiri. Dan terbukti selama 12 tahun berada bersama siswa di SLBN Pembina banyak prestasi gemilang yang diukir anak-anak bukan level daerah saja tetapi malah level internasional.

"Saya turut bangga bahwa anak-anak saya walaupun berkekurangan dalam fisik terapi mereka miliki bakat dan talenta dari Tuhan. Anak dari NTT khusus Tuna Rungu bisa juara
tingkat nasional lomba olympiade sains dan kini jadi guru di sekolah ini," kata Elisabeth sambil menahan rasa haru.

Bahkan, lanjutnya, ada yang menjadi pendeta di Rote Ndao, ada yang membuka usaha sendiri dan tidak merasa minder dengan kekurangan fisik yang mereka alami.

Ada juga yang memiliki bakat di bidang olahraga lari, lompat dan menjuarai kejuaraan tingkat internasional di Amerika, Australia, Jerman, Timor Leste meraih medali emas dan mendapat hadiah rumah dari Pemerintah NTT.

Ini merupakan suatu kebanggaan buat anak berkebutuhan khusus bahwa dari kekurangan ternyata ada talenta yang bisa dikembangkan di SLBN Pembina Kupang.

Untuk diketahui, SLBN Pembina dibangun 2005 dan saat ini menampung siswa berkebutuhan khusus Tuna Rungu Wicara, Tuna Grahita, Tuna Daksa dan Autis.

Mengenai pola pendekatan ke keluarga yang anaknya berkebutuhan khusus, Elisabeth menuturkan hal itu gampang-gampang susah. Pasalnya, para orangtua merasa minder, malu dengan tetangga bahkan menyembunyikan di kamar.

Namun, pola pendekatan dari hati ke hati dengan mendatangi rumah ke rumah dan memperkenalkan prestasi yang diraih senior-seniornya maka para orangtuapun tergerak.

Baca juga: Siswa SDN Munegajut di Riit, Sikka, dapat PMT dari Ibu Maruli Panjaitan bersama Kodam IX Udayana

"Bagi saya ini sebuah tantangan dan ujian dari Tuhan buat kami. Mereka ini anak Tuhan dan anak bangsa yang wajib kita selamatkan. Mereka punya potensi untuk dilatih. Bakat tersembunyi yang perlu kita angkat agar kelak mereka tidak jadi beban orangtuanya tapi bisa mandiri," tandas Elisabeth yang sejak kecil bercita-cita jadi Perawat ini.

Menyinggung soal fasilitas Ia mengakui masih terbatas karena yang ada pengadaan sejak 2005 sehingga banyak yang rusak. Seperti belum ruang Tata Boga, Tata Busana, ruang Akupresur pijat refleksi.

Termasuk fasilitas ruang kecantikan, pertukangan untuk pembuatan meja, lemari, kursi, sablon, pot bunga, guci, wadah air mancur mini.

Iapun berharap ada para pihak apakah itu pemerintah, kalangan legislatif ataupun warga yang peduli kaum yang berkebutuhan khusus di daerah ini untuk tidak memandang sebelah mata. Anak-anak berkebutuhan khusus adalah aset bangsa dan daerah ini yang mampu mengangkat nama daerah di level nasional maupun internasional.(yon).

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved