Hari Guru Nasional

Cerita Guru Pedalaman NTT 10 Tahun Mengabdi Tak Digaji, Kini Tinggal di Perpus Sekolah

Seorang guru SMP di NTT berjuang selama 10 tahun tapi tak pernah terima gaji. Guru NTT kini berharap pemerintah memperhatikan nasib mereka.

|
Editor: Gordy Donovan
Kompas.com/Baharudin Al Faris
CERITA - Tiga guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Wini, Aryance Paulina Thake Kolo (tengah), Lukas Kolo (kanan) dan Frederikus Tnepu Bana (kiri) saat bercerita tentang nasib mereka beberapa waktu lalu di TTU. NTT. 

TRIBUNFLORES.COM, KEFAMENANU - Menjadi guru disebutkan sebagai profesi yang mulia. Guru dinobatkan sebagai pahlawan tanpa jasa.

Perjuangan seorang guru untuk mendidik siswa memang tak semudah membalik telapak tangan, pasalnya banyak tantangan yang harus dilewati.

Seorang guru butuh kesabaran, butuh tenaga hingga pasrah dengan keadaan demi melahirkan generasi penerus bangsa yang cerdas.

Berikut ini adalah kisah haru sejumlah guru di pedalaman Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mengabdikan diri tanpa harus menuntut upah.

Baca juga: Hari Guru Nasional dan HUT PGRI Ke-78, SMKN 1 Borong Gelar Talkshow Merdeka Belajar

 

Tidak mudah, mungkin itu yang menggambarkan kondisi guru di perbatasan negara yang sering kali serba terbatas.

Bukan saja sulitnya fasilitas mengajar, tapi gaji yang sering telat.

Hal ini seperti yang dialami para guru di SMP Negeri Wini. SMP ini terletak di Humusu C, Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sekolah ini berada di perbatasan Indonesia-Timor Leste.

Ada sebanyak 235 siswa yang bersekolah di SMP Negeri Wini pada tahun ajaran 2023/2024. Sementara, total tenaga pengajar berjumlah 31 guru yang terdiri dari 14 guru PPPK dan 17 tenaga honorer.

Guru di SMP Negeri Wini dituntut kreatif dalam melakukan kegiatan belajar mengajar karena keterbatasan fasilitas. Misalnya, Guru Bahasa Inggris, Frederikus Tnepu Bana (34).

Dia mengaku harus membuat alat peraga karena tak memiliki lab bahasa.

“Sejauh ini, kami hanya bisa pakai alat peraga. Kami kreatif sendiri untuk membuat gambar atau poster. Kami sediakan dan kami paparkan agar mereka tahu tentang apa,” tuturnya.

Saat praktik listening atau praktik mendengarkan percakapan Bahasa Inggris, Frederikus menggunakan speaker atau pengeras suara kecil yang disambungkan ke ponsel.

Baca juga: Lakalantas di Belu, Pelajar SMP Meninggal Dunia 2 Orang Terluka 

Frederikus mengungkapkan bahwa SMP Negeri Wini tak memiliki proyektor untuk mengajar. Bahkan terkadang dirinya meminjam proyektor ke SD Katolik Wini yang tak jauh dari sekolahnya.

“Kami kadang kalau mau pakai Infocus (merek proyektor) harus pinjam dari SD Katolik Wini. Karena kan mereka ada. Kalau ada pertemuan orangtua dan urgent, ya harus pinjam,” ujar Frederikus.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved