Gunung Lewotobi Erupsi

Tunanetra Lansia Sudah 4 Malam Tidur di Kebun Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki

Gunung Lewotobi di Flores Timur Meletus beberapa waktu lalu. Sejumlah warga takut dan mengungsi ke kebun mereka.

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
MENGUNGSI - Albertus Kedang (kiri), pengungsi tunanetra saat ditemui di kebunnya di Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Raut wajah seorang pengungsi tunanetra atau buta mata tampak gusar, Jumat, 29 Desember 2023.

Sudah empat malam pria 73 tahun itu mengungsi di kebunnya di Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur.

Pria bernama lengkap Albertus Ama Kedang itu ditemani istrinya, Maria Mono Ema (67), bersama tiga anak dan cucunya. Ada 20 jiwa tetap bertahan dalam pondok karena situasi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki belum kondusif.

Selain dia, masih ada dua tuna netra lainnya. Dari ketiga kelompok rentan bencana itu, hanya ada satu yang masih bertahan di rumahnya di Dusun Tuakwiki, Desa Dulipali.

Baca juga: Ular Kepala Dua Muncul di Rumah Warga Dulipali, Disebut Tanda Alam Erupsi Gunung Lewotobi

 

Lambertus duduk di atas bale-bale berbahan bambu cincang dengan panjang sekira tiga meter dan lebar dua meter. Tempat itu juga untuk iatirahat malam bersama istri dan 6 cucunya yang masih bocah.

Lambertus menceritakan peristiwa banjir saat hari raya Natal 25 Desember. Ia mengaku fisiknya masih kuat berlari, namun tak didukung pengelihatan.

"Kami takut. Rumah kami tidak jauh dengan Kali (Kali Kukum Beta). Saya masih kuat bekerja hanya mata ini buat sulit," ujarnya.

Anak kandungnya, Andreas Keri Kedang (44), khawatir dengan kondisi ayahnya yang sulit melihat. Itulah alasannya membawa ayahnya bersama sang ibunda ke tempat aman, bersama anak-anaknya.

Saat malam hari, kata Andreas, pondok dan tenda darurat tidak ada penerangan lampu toko. Yang ada adalah pelita sumbu berbahan bakar minyak tanah.

"Pelita dua buah, satu simpan di pondok, satunya lagi di tenda," ungkapnya.

Selama empat malam mereka makan nasi dan ubi yang ditanam di kebun. Beras raskin itu disebutnya bantuan pemerintah sebanyak 10 kilo gram, namun sekarang sudah menipis.

"Beras sisa sedikit, kalau air minum setiap sore saya ambil dari rumah pakai motor. Itu untuk mandi juga," jelasnya.

Baca juga: Gunung Lewotobi Erupsi, Warga Tidak Dievakuasi

Tidur di Keneka

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved