Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Harian Katolik Rabu 28 Februari 2024, Kita Pergi ke Yerusalem

Mari simak Renungan Harian Katolik Rabu 28 Februari 2024.Judul renungan harian katolik yaitu Kita Pergi ke Yerusalem.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / HO-BRUDER
Br. Pio Hayon, SVD. Mari simak Renungan Harian Katolik Rabu 28 Februari 2024.Judul renungan harian katolik yaitu Kita Pergi ke Yerusalem. 

Tidaklah demikian di antara kamu! Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.

Sama seperti Anak Manusia: Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Katolik

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Yerusalem adalah simbol kemegahan spritual bangsa Israel karena di sanalah kenisah terbesar dan megah pada masa itu. Walaupun semua telah runtuh, tetapi simbol kemegahan dan rasa nasionalisme sebagai bangsa sangat identik dengan keberadaan kenisah itu, tempat mereka menyembah Tuhan Raja semesta alam dan mempersembahkan korban bagi Allah. Yerusalem menjadi simbol kemegahan spiritual tetapi juga simbol kematian iman karena ada kesombongan sebab di sanalah Tuhan menyelesaikan tugasNya di atas Kayu Salib dan menjadi simbol penderitaan dan kesengsaraan serta kematian, simbol ketakutan semu karena dosa sendiri.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Hari ini kembali kita disapa lagi dengan bacaan-bacaan suci yang menghantar kita kepada permenungan dan refleksi kita tentang kerendahan hati. Dalam bacaan pertama, Nabi Yeremia dicerca oleh lawan-lawannya dan mereka berencana untuk membinasakannya. Namun Yeremia hanya datang kepada Tuhan dan memohon belas kasihan Tuhan agar bisa diselamatkan:

“Marilah kita memukul dia dengan bahasanya sendiri dan jangan memperhatikan setiap perkatannya.” Dan Yeremia dengan rendah hati datang kepada Allah memohon perlindungan: “Perhatikanlah aku, ya Tuhan, dan dengarkanlah suara pengaduanku! Akan dibalaskan kebaikan dengan kejahatan?” Yeremia pun harus dengan rendah hati datang kepada Allah dan memohon perlindungan atas perlawanan dan persekongkolan orang-orang yang hendak melawan dan membunuhnya. Dan dia siap menerima situasi batas ini dengan tetap berpegang pada kehendak Tuhan.

Begitu juga dengan Yesus dalam injil hari ini. Yesus dengan tahu dan mau untuk pergi ke Yerusalem walaupun sudah tahu bahwa Dia akan dibunuh di sana: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah supaya diolok-olokkan, disesah dan disalibkan tetapi pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.”

Yesus dengan segala keberanian untuk pergi ke Yerusalem, tempat di mana Dia akan dihukum dan akan disalibkan. Yesus sudah tahu ini sebagai kehendak Bapa atas jalan salibNya dan tak ada keraguan sedikitpun untuk pergi ke sana, ke tempat “pembantaian” itu dan mati di kayu salib. Dan Yesus siap untuk situasi batas ini.

Namun tidak dengan para muridNya, secara khusus kedua saudara, Yohanes dan Yakobus. Ibu mereka dengan penuh percaya diri datang untuk meminta “jatah” bagi anak-anakNya jika Yesus sudah pergi kembali kepada Bapa untuk duduk di sebelah kiri dan kananNya dalam kerajaan surga. Dan bagi Yesus, permintaan seperti ini ditolak karena bagi Yesus, semua harus tunduk pada kehendak Bapa. Yesus mengajarkan untuk tunduk dan rendah hati di hadapan Tuhan sendiri seperti yang ditunjukkannya sendiri:

“Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Bagaimana dengan kita? Dalam banyak aspek kehidupan, kita seperti gampang-gampang saja menghindari kesulitan, tantangan, dan masalah. Dan sesudah itu baru mulai baku cari jatah tapi tidak mau hadapi tantangan atau kesulitan. Mental enak-enak saja tinggal siap minta jatah karena ada orang dalamlah, karena ada kakak adiklah dan seterusnya.

Di sisi lain, jika orang minta korban dalam pekerjaan atau tugas dan lainnya kita kadang atau bahkan lebih tepat menolak semua itu karena berpikir atau bermental “mendapat jatah” tadi. Maka Yesus mengajarkan kita untuk selalu rendah hati seperti yang telah ditunjukkan oleh Yesus sendiri dan selalu siap menghadapi tantangan bahkan itu harus korbankan nyawa kita demi satu kebenaran ilahi yang dikehendaki oleh Tuhan sendiri dan bukan cuma tadah tangan untuk minta jatah bahkan jatah masuk ke surga lagi. Kita butuh kerendahan hati untuk selalu mengedepankan kehendak Tuhan dan bukan kehendak dan kemauan diri kita sendiri.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved