Flores Bicara
Kisah Liskar, Anak Nelayan Pulau Palue Gapai Mimpi Jadi Dokter
Fabianus Liskar Kose, dokter asal Pulau Palue, Kabupaten Sikka. Perjalanan hidupnya sangat unik.
Penulis: Cristin Adal | Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Fabianus Liskar Kose (38) tak pernah membayangkan jika ia akan menjadi seorang dokter.
Ia hanyalah seorang anak nelayan dari Pulau Palue yang terkenal dengan kehidupan yang keras. Keterbatasan ekonomi dan merasa tak begitu cerdas untuk menjadi seorang dokter.
Perjalanan hidup anak PulauN Palue, di Kabupaten Sikka, NTT ini tak seberuntung anak lainnya. Ia kehilangan kedua orang tuanya saat masih kecil. Kondisi ini membuatnya tak pernah berpikir kelak menjadi dokter.
"Saya berasal dari Pulau Palue, saat kita masih SD mandi di pantai dan setelah itu berangkat ke sekolah yang berada di gunung,"kata pria yang akrab disapa Liskar ini dalam Flores Bicara, Rabu, 19 Juni 2024.
Baca juga: Tak Ada Dokter, Warga Palue Rujuk Pasien ke Maumere Pakai Perahu Terjangi Laut Flores
Liskar mengisahkan bahwa ia tinggal bersama kakek dan neneknya setelah kedua orang tuanya meninggal. Rumah mereka berada di tepi pantai, membuatnya akrab dengan laut dan kehidupan nelayan.
"Dari SD hingga SMP saya tinggal dengan kakek dan nenek. Tamat SD saya jadi nelayan dulu, ikut bom ikan bersama paman, adik dari ayah dan saya sudah bisa bom ikan itu saat kelas 2 SD,"ujar Liskar.
Bahaya dari bom ikan diakui Liskar hamper merengut nyawanya saat melaut. Bagian wajah tepatnya di mata terkena serpihan botol kaca yang meledak di atas perahu.
"Akibat bom ikan itu bagian depan wajah saya ada bekasnya dan mata saya terkena serpihan waktu itu harus berobat keluar karena berobat di rumah sakit di Maumere takut ditangkap polisi,"ungkapnya.
Setelah musibah itu berlalu, Liskar melanjutkan pendidikan di SMP Katolik Rokatenda Palue. Saat kelas II SMP, Liskar tersentuh dan mulai tekun berdoa Novena.
Baca juga: Cerita Warga Palue Sikka Saat Gempa : Listrik Padam, Kepanikan Mencekam di Kegelapan
"Sejak SMP kelas II saya selalu Novena. Karena guru agama kami membiasakan kami untuk Novena. Doa itu tidak pernah hilang. Setiap hari saya berdoa Tuhan, panggillah saya menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara,"ucapnya.
Usai menyelesaikan pendidikan menengah pertama di Palue, Liskar ke Maumere untuk melanjutkan pendidikannya di SMA Katolik Yohanes Paulus II (sekarang Jhon Paul II Maumere).
"Saya melanjutkan sekolah di SMA Jhon Paul II. Dulu sekolah ini dikenal dengan sekolah yang menampung anak-anak nakal. Rasanya tidak mungkin jika bisa jadi dokter seperti sekarang,"lanjutnya.
Perjalanan pendidikan anak pulau ini tak berhenti di Maumere. Ia merantau ke Tanjung Pinang mengikuti salah satu pamannya yang kerja di sana.
Sebelum kuliah, kurang lebih selama dua tahun ia bekerja membantu sang paman menjaga kios, merawat anjing, dan kadang menjadi tukang ojek.
"Di sana saya hampir 2 tahun kerja. Ketika lihat anjing liar kita bawa ke rumah dan saya tugasnya untuk rawat, jaga kios dan sambal ojek,"tutur Liskar yang saat ini menjabat Kepala Klinik St Elisabeth Nita.
Kemudiam Liskar memutuskan untuk kuliah di UMRAH Tanjung Pinang dengan jurusan pilihannya yaitu Akuntasi. Ia berkuliah selama satu semester.
Hingga sebuah kejadian yang tak mengenakan menimpah dirinya, jatuh dari motor membawanya berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Batam pada Oktober 2008.
"Saya pernah jatuh dari motor dan tangan saya diperban karena terluka. Kemudian saat mau ganti perban itu, saya buka sendiri dan om saya lihat. Om saya berceletuk mengatakan saya cocok jadi dokter,"kata Liskar.
Berawal dari celutuk sang paman membawanya melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Batam.
Meskipun sebelumnya ia melamar dan tes pada salah satu kampus di Bandung, namun ia tak lolos. Liskar kemudian kembali ke Tanjung Pinang dan kebetulan Universitas Batam baru dibuka dan ia diterima.
Liskar menjadi angkatan pertama dari Fakultas Kedokteran Universitas Batam. Pendidikan dokternya selesai pada tahun 2015.
" Saya dan teman-teman jadi angkatan pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Batam. Ini sebuah kebetulan, karena jika kampus lama tidak mungkin saya lolos dan saya pikirkan waktu itu,"cerita Liskar mengingat awal masuk Universitas Batam.
Setelah menyelesaikan pendidikan dokter, dr Liskar bekerja di RS Angkatan Laut Tanjung Pinang sebagai dokter intership sejak tahun 2015 hingga 2016.
Selain itu, dokter Liskar pernah bekerja di perusahaan tambang. Lalu ia kembali ke tanah kelahirannya di Pulau Palue pada tahun 2022 karena sang nenek jatuh sakit.
Ia pun kini bekerja di Klinik Pratama St Elisabeth Nita dan menjabat kepala klinik. Dokter Liskar juga menjadi dosen di Akademii Keperawatan St Elisabeth Lela-Maumere.
Perjalanan panjang dr Liskar menjadi dokter tak pernah lepas dari ketekunan doa dan afirmasi positif yang tertanam dalam dirinya.
"Saya percaya dengan kekuatan doa itu membentuk dan membawa saya pada titik ini. Saya selalu tanamkan afirmasi positif dalam diri karena itu mengubah hidup saya,"pungkasnya.
Bagi Liskar, keterbatasan ekonomi tak mampu membendung dan membatasi mimpi. Ia mengajak anak-anak muda untuk menggapai mimpi dan tidak takut mewujudkannya.
Berita TribunFlores.Com lainnya di Google News
kisah hidup dr Liskar
Anak Pulau Palue jadi dokter
Mimpi Jadi Dokter
Fabianus Liskar Kose
Palue di Sikka
Kabupaten Sikka
Flores Bicara
TribunFlores.com
Antisipasi Krisis Pangan, Distan Sikka Bersama Petani dan TNI-POLRI Tanam Padi |
![]() |
---|
Menulis Cara Hitung Hasil Panen Budaya Palue, Mahasiswa Unipa, Damian Raih Hibah Kemenristekdikti RI |
![]() |
---|
Mengenal Ritual Pu'a Karapau, Proses Muat Kerbau Adat di Palue |
![]() |
---|
Cerita Warga Palue Sikka Saat Gempa : Listrik Padam, Kepanikan Mencekam di Kegelapan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.