Liputan Khusus Pos Kupang
Mengenal Penganut Jingitiu di Sabu Raijua NTT
Penganut Jingitiu yang ada di Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi NTT, mendapat perlindungan dari Negara. Sekda minta setop diskriminasi terhadap mereka.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
"Kita berharap juga lewat momen hari ini pemerintah yang sebelumnya mendukung kegiatan ini melalui SK kepada 50 Mone Ama yang nanti akan direstrukturisasi," ujar CEO Marungga Foundation, Desinta Way Futboe.
TRIBUNFLORES.COM, SABU RAIJUA - Penganut Jingitiu yang ada di Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi NTT, mendapat perlindungan dari Negara.
Pemerhati Budaya Sabu Raijua sekaligus Pendiri Yayasan Generasi Peduli Sesama (GPS) Sabu Raijua, Jefrison Harianto Fernando menuturkan, sebagai putra Sabu asli, tentu ia mendukung semua hal baik yang mendukung kebudayaan di Sabu Raiju.
Salah satu bentuk dukungan nyatanya yakni telah dilakukannya kolaborasi dengan semua Yayasan pemerhati budaya atau adat seperti Yayasan Marungga dan Yayasan Ammu Hawu Mandiri yang telah melakukan dokumentasi tulisan dan video.
Feranando mengatakan, Yayasan GPS membuka kesempatan bagi anak-anak Jingitiu di Sabu Raijua agar bisa mendapatkan akses pendidikan dengan mendaftarkan diri mereka untuk berkuliah yang didanai Kemendikbud RI melalui beasiswa. Anak-anak Jingitiu yang dinyatakan lolos beasiswa akan didaftarkan pada Fakultas Ilmu Budaya jurusan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
Baca juga: Perjuangan Pengakuan Negara, Penghayat Marapu Akhirnya Cantumkan Kepercayaan di e-KTP dan KK
Nantinya ketika sudah menamatkan studi, mereka kemudian direkrut Kemendikbudristek untuk menjadi penyuluh Jingitiu dan juga bisa bekerja pada Pemda untuk dijadikan pengajar bagi siswa Jingitiu di semua sekolah yang ada di Sabu Raijua apalagi ke depannya budaya Jingitiu akan dijadikan mata pelajaran Mulok yang akan diuji dan soal-soalnya dikirim langsung dari Kemendikbudristek RI.
Oleh karena itu, Fernando mengajak dan menguatkan anak-anak Jingitiu untuk mendaftarkan diri mereka meraih kesempatan yang diberikan karena Penganut Jingitiu kini dilindungi negara.
Website Jingitiu
Yayasan Marungga telah meluncurkan Karya Dokumentasi dan Website Jingitiu. Karya dokumentasi Jingitiu ini dirangkum dalam audio visual dan Buku Teks Pendampingnya Bagi Pendidik Kepercayaan dan Kebudayaan Jingitiu di Kabupaten Sabu Raijua. Yayasan Marungga melakukan dokumentasi baik secara teks maupun audio-visual mengenai kepercayaan Jingitiu yang merupakan akar dari perkembangan seni dan budaya tradisional di Kabupaten Sabu Raijua.
Pendokumentasian ini didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan melalui Program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan.
Bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sabu Raijua dan Organisasi Penghayat Kepercayaan Jingitiu, hasil dokumentasi ini disarikan menjadi Buku Teks Pendamping Kepercayaan dan Kebudayaan Jingitiu. Dokumentasi ini yang dapat digunakan sebagai bahan ajar bagi penyuluh Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan para pendidik di tingkat satuan pendidikan, dari mulai Sekolah Dasar sampai sekolah Menengah Atas dan yang sederajat di Kabupaten Sabu Raijua.
CEO Marungga Foundation, Desinta Way Futboe mengatakan, peluncuran Karya Dokumentasi dan Website Jingitiu di Sabu Raijua bertujuan untuk mendorong menggerakkan pemerintah daerah untuk semakin mendukung masyarakat kepercayaan Jingitiu.
"Kita berharap juga lewat momen hari ini pemerintah yang sebelumnya mendukung kegiatan ini melalui SK kepada 50 Mone Ama yang nanti akan direstrukturisasi akan ada dokumentasi yang bisa menjadi berita acara yang bisa menguatkan keberadaan dari organisasi masyarakat Kepercayaan Jingitiu," jelas Desinta, Sabtu (28/9).
Peluncuran Karya Dokumentasi dan Website Jingitiu ini juga dikemas dalam talkshow yang menghadirkan pembicara Rika Setiawati sebagai Ketua Pembina dan Penyusun Buku Dokumentasi Jingitiu, Joseph Lamont yang berkebangsaan Australia sebagai penyusun dokumen foto dan audio visual, Yanus Pulu Ratu Jawa selaku Mauratung dari Sumba Timur. Hadir juga pemerhati Budaya Sabu Raijua sekaligus Pendiri Yayasan Generasi Peduli Sesama (GPS) Sabu Raijua, Jefrison Harianto Fernando.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.