Gunung Lewotobi Erupsi

Kabid Keswan Minta Peternak di Flotim Kandangkan Ternak hingga Cuci Rumput Hindari Abu Vulkanik

Dia meminta perhatian para peternak sapi khususnya di Desa Pululera dan sekitarnya yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
Kabid Keswan pada Dinas Perkebunan dan Peternakan Flores Timur, drh. Vian Kiti Tokan. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan (Keswan) pada Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur, drh. Vian Kiti Tokan, menyebut banyak peternak sapi masih minim kesadaran dalam memperhatikan peliharaan.

Vian menyampaikan hal ini buntut 21 ekor sapi yang mati mendadak di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT selama lima bulan terakhir yaitu Mei sampai Oktober 2024.

Dia meminta perhatian para peternak sapi khususnya di Desa Pululera dan sekitarnya yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

Sumber makanan bagi sapi saat ini sudah terkontaminasi abu vulkanik sehingga perlu menjaga pola makan yang tepat, termasuk kebersihan.

Baca juga: 21 Ekor Sapi di Flores Timur NTT Mati Mendadak, Disebut Makan Rumput Terkontaminasi Abu Vulkanik

 

"Kesadaran untuk mengikuti rekomendasi kita juga kurang. Jadi kita bingung juga, sepertinya mereka tidak terlalu peduli dengan kesehatan sapinya sendiri," katanya, Selasa, 15 Oktober 2024 sore.

Rekomendasi itu, demikian Vian Tokan, adalah mengkandangkan ternak sapi. Sebab banyak ternak sapi di Desa Pululera masih dibiarkan berkeliaran sehingga menkonsumsi rumput bercampur abu vulkanik.

"Kita sarankan untuk kandangkan, lalu jangan lupa cuci rumput atau makanan bagi ternak sapi. Memang sapi-sapi di sana sering lepas, tidak dikandangkan begitu," ucapnya.

Ia mengaku sudah memberikan sosialisasi kepada pemilik ternak soal budidaya rumput dan lamatoro untuk dijadikan fermentasi pakan yang bagus bagi sapi.

Menurutnya, fermentasi pakan sangat bagus bagi kesehatan sapi asalkan selalu disimpan dalam wadah tertutup sehigga tak terpapar abu vulkanik.

"Mereka bisa aplikasikan teknologi untuk pengawetan pakan. Pakannya nanti dibikin fermentasi dalam jumlah banyak. Kemudian kasih vitamin yang kita sudah bagikan graris, tapi ya, mungkin mereka rasa ribet," jelasnya.

Sebelumnya, 21 ekor ternak sapi milik warga Desa Pululera mati mendadak sejak bulan Mei hingga Oktober 2024. Angka ini bertambah 2 ekor usai sebelumnya dilporkan sebanyak 19 ekor.

Informasi lain menyebutkan, saat perut sapi dibedah, banyak sekali kotoran pasir dalam ususnya. 

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved