Konflik Lahan di Adonara

Anak-anak di Adonara Flotim Alami Trauma Pasca Konflik 

Anak-anak di Desa Bugalima, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT masih trauma pasca konflik yang terjadi pada Senin 21 Oktober 2024 la

Penulis: Arnol Welianto | Editor: Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM/ARNOLD WELIANTO 
Aparat Gabungan TNI-POLRI mengamankan senjata tajam dan dua bom pipa saat melakukan penyisiran di sepanjang jalan di Desa Kimakamak, Kecamatan Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT, Selasa 21 Oktober 2024 petang.   

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Arnold Welianto 

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA- Anak-anak di Desa Bugalima, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT masih trauma pasca konflik yang terjadi pada Senin 21 Oktober 2024 lalu.

Seperti yang dialami oleh anak dari Natalia Leni( 44) warga RT 007 RW 004 Dusun 2 Desa Bugalima, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT.

Natalia menuturkan, saat kejadian tersebut, Ia mendengar ledakan bom di sekitar kampung sehingga mereka langsung membangunkan lima orang anaknya dan kemudian berlari melewati kebun menuju Desa Wureh sejuah 1 Kilometer.

Usai tiba di Desa Wureh, Natalia bersama suami dan anak-anak langsung menyebrang ke Kota Larantuka untuk mengungsi di Kos-kosan yang yang disewa untuk anak kedua yang masih duduk di bangku SMA di Kota Larantuka.

Baca juga: Profil Dewi Leba, Moderator Debat Terbuka Antar Paslon Bupati dan Wakil Bupati Sikka 2024

 

 

"Pas ledakan itu, kami lari lewat kebun ke Desa Wureh untuk mengungsi di Wure sementara, malam jam 7, kami mengungsi ke Larantuka di anak nomor dua punya kos,"ujarnya, Rabu 23 Oktober 2024.

Dikatakannya, saat berlari ke Desa Wureh, mereka tidak membawa apa dan tanpa alas kaki.

"Waktu lari kami  tidak bawa apa-apa, tidak pake sendal ke Desa Wureh,"katanya.

Ia menyebutkan, akibat peristiwa itu, Satu unit bangunan Kios, Rumah, kulkas, laptop satu unit, Gading dan motor ludes terbakar.

Ia mengaku, Hingga saat ini, Anak ke-enamnya yang masih duduk di bangku TK A Santa Elisabeth Bugalima masih mengalami trauma.

"Tadi malam kami nginap di Wureh, dia menangis terus tidak mau tidur, sebelum dia tidur, dia tanya ke saya, mama mereka ikut lagi kita tidak, mereka bawa lagi bom kah tidak, saya jawab bilang tidak lagi nona,"ujarnya.

Hingga saat ini, anak-anak sekolah di Desa Bugalima tidak masuk sekolah karena tidak ada seragam sekolah karena terbakar saat peristiwa tersebut.

"Semua seragam sekolah terbakar semua, ijasah anak empat orang juga terbakar, dengan surat penting lainnya,"jelasnya.

Ia mengaku anak-anak masih mengalami trauma untuk kembali ke Desa Bugalima pasca konflik tersebut.

Ia hanya berharap kepada pemerintah untuk memberikan trauma healing kepada anak mereka agar mereka bisa membantu mengatasi berbagai gangguan emosi lainnya yang disebabkan oleh konflik tersebut.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved