Konflik Lahan di Adonara

Konflik Lahan di Adonara NTT, Maria Jaji Kini Tak Punya Rumah

Massa yang datang dari Desa Ilepati, berjarak tak terlalu jauh dengan Bugalima, membakar 51 rumah termasuk tempat tinggal Maria Jaji.

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
LUDES - Salah satu rumah di Desa Bugaima yang hangus dibakar massa dalam konflik lahan antara Desa Bugalima dan Ilepati, Kecamatan Adonara Barat, Pulau Adonara, Flores Timur, NTT, Rabu, 23 Oktober 2024. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Matahari mulai tenggelam. Seorang perempuan lanjut usia, kira-kira 68 tahun, menyekah peluh pada pipi kirinya di pinggir jalan aspal. Raut wajah yang keriput itu masih memancarkan aura gelisah, Rabu, 23 Oktober 2024.

Bersama anak dan menantunya, perempuan bernama Maria Jaji itu masih mengingat-ingat peristiwa penyerengan massa yang membawa bahan peledak di Desa Bugalima, Kecamatan Adonara Barat, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT, Senin, 21 Oktober 2024.

Peristiwa itu teramat brutal. Warga melakukan penyerangan dipicu konflik tapal batas tanah antara Desa Bugalima dan Ilepati. Bahkan ada beberapa warga desa lain nimbrung dalam kubu tertentu hingga konflik dua kelompok kian meluas.

Massa yang datang dari Desa Ilepati, berjarak tak terlalu jauh dengan Bugalima, membakar 51 rumah termasuk tempat tinggal Maria Jaji.

Baca juga: Konflik Tanah di Adonara, Flores Timur, NTT, Ratusan Siswa Tidak Sekolah 

 

Maria Jaji selamat dalam insiden itu. Namun nyawa salah seorang kakek berinisial SI (70) tak terselamatkan karena terjebak dalam api. Korban yang menderita stroke itu ditemukan terpanggang dengan jarak sekira 1 meter dari pintu rumah.

Kuat dugaan, kakek 70 tahun itu berusaha sekuat tenaga agar keluar dari kepungan api meski anggota tubuhnya sudah tak berfungsi dengan baik.

"Saat itu ada laporan bahwa satu orang warga belum ditemukan. Saya minta mereka tunjuk rumah, pas lihat, ternyata itu korban. Dia tak jauh dari pintu," ungkap salah seorang polisi di lokasi.

Meski nasib Maria Jaji lebih beruntung dari SI, namun duka dan penderitaannya teramat luar biasa. Rumah sederhana yang amat nyaman bak istana itu rata dengan tanah. Yang tersisa hanya abu dan serpihan bara api.

"Kami lari hanya bawa pakaian di badan saja. Sekarang sudah tidak punya apa-apa, rumah sudah hangus," katanya sambil menangis.

Maria bersama 176 warga lainnya mengungsi ke Desa Wureh yang berjarak 1 kilometer dari Bugalima. Mereka disambut dengan hangat lalu diberi beras bantuan program keluarga harapan (PKH) oleh pemerintah desa.

Maria Jaji sangat merindukan rumahnya yang kini hangus bersama kenangan. Dia tak punya daya membangun rumah baru, begitu pula ibu hamil, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya.

"Semoga Pemerintah mengasihani kami yang sudah tidak punya rumah lagi," tutur Maria.

Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto sudah datang mengunjungi warga Bugalima, membawa bantuan makaman, pakaian, dan perlengkapan tidur.

Diwawancara doorstop sejumlah jurnalis soal langkah pemerintah terhadap 51 rumah yang terbakar, Andriko menyebut butuh waktu dan tahapan.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved