Gunung Lewotobi Meletus
Pengungsi Lewotobi di Posko Hikong Diserang Penyakit ISPA, Ada yang Muntah-muntah
Meletusnya Gunung Lewotobi Laki-laki pada 3 November 2024 lalu membawa duka bagi ribuan warga Flores Timur. Kini warga mulai menderita penyakit ISPA.
Penulis: Cristin Adal | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES. COM, MAUMERE - Pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang tinggal di Posko Pengungsi di SDK Hikong, Desa Hikong, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, mulai terserang penyakit.
Perawat Puskesmas Boganatar, Lusia Eritha Thebu yang menjadi relawan kesehatan di posko itu menyebutkan, sebagian besar pengungsi diserang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), muntah-muntah dan hipertensi.
"Hari pertama saja yang sakit itu ada 120 orang, paling banyak kena ISPA, kemudian ada yang sudah muntah-muntah, hipertensi itu pada lansia,"kata Lusia kepada TribunFlores. Com, Jumat (8/11/2024).
Lusia merincikan jumlah kasus tiap penyakit y5 didata didata sejak Rabu, 6 November 2024 yaitu ISPA sebanyak 63 kasus, myalgia 15 kasus, hipertensi5 10, dispesia 5 dan dermatitis 4.
Baca juga: Cerita Tim SAR Terjebak saat Evakuasi Warga Ditengah Hujan Abu, Pasir dan Kerikil Gunung Lewotobi
Lusia juga mengatakan untuk memastikan semua pengungsi mendapat layanan kesehatan, para tenaga kesehatan (nakes) dari Puskesmas Boganatar berada di posko selama 24 jam.
"Kami berada di sini 24 jam, ganti-gantian berjaga untuk pelayanan kesehatan pengungsi. Untuk obat-obatan di sini masih aman. Harapan kami, pengungsi tetap memakai masker dan memperhatikan pola makan,"ungkapnya.
Rindu Kembali ke Sekolah
Meletusnya Gunung Lewotobi Laki-laki pada 3 November 2024 lalu membawa duka bagi ribuan warga Flores Timur.
Tangisan dan air mata mengucur deras dari warga terdampak erupsi entah untuk melepas pergikan sanak keluarga yang meninggal maupun meratapi harta benda yang hangus ditelan badai letusan merapi Lewotobi.
Penderitaan itu ternyata juga dirasakan oleh anak-anak sekolah yang turut diungsikan akibat badai letusan yang dahsyat itu. Beberapa kelompok mengungsi di Flores Timur beberapa kelompok lainnya mengungsi di Wilayah Kabupaten Sikka, termasuk di Posko Boganatar.
Jumlah anak-anak sekolah yang mengungsi di Posko Boganatar cukup banyak.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti kepada Tribunews.com beberapa waktu lalu mengungkapkan secara keseluruhan, terdapat 63 fasilitas sekolah terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Data yang diperoleh, di Kecamatan Wulanggitang, ada sebanyak total 41 fasilitas pendidikan bangunan sekolah, yang terdampak.
"Itu TK 20 unit, SD 15 unit, SMP 3 unit, SMK dan SMA 3 unit. Kemudian totalnya itu siswanya ada 3.117 siswa dengan rincian 490 siswa taman kanak-kanak, 1.717 siswa SD, 910 siswa SMP dan untuk SMA dan SMK belum diketahui,” ujar Abdul Mu’ti di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Selasa 5 November 2024 lalu.
Kami Rindu ke Sekolah
Bencana yang tak terduga ini memupuskan harapan para siswa terkhusus didaerah terdampak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Para siswa terpaksa berhenti bersekolah dan diliburkan dikarenakan situasi yang tak menentu dan setiap waktu mengancam nyawa.
Para siswa yang diungsikan mulai diliputi rasa gundah gulana lantaran tak kunjung mendapatkan pendidikan seperti biasanya. Para siswa mulai dilanda kerinduan akan suasana sekolah seperti dulu.
"Kami kami rindu ke sekolah untuk bertemu dengan teman-teman karena di sini sepi, " ungkap Chen, Siswi SMPK Sanctissima Trinitas bersama teman-temannya saat disambangi TRIBUNFLORES.COM, Jumat 8 November 2024.
Chen bersama anak-anak yang lain merasa hampa karena merasakan suasana yang sangat berbeda pasca letusan gunung api Lewotobi.
"Disini kami hanya diberi tugas, lalu untuk keseharian kami hanya duduk dengan teman-teman saja," ucapnya.
Menjalani aktivitas di tempat pengungsian, bagi Chen sangat membosankan, seiring rasa bosan yang makin menguat kerinduan akan suasana sekolah pun makin membuncah.
Chen pun tak ragu mengatakan ingin secepatnya kembali berjumpa dengan teman-teman di sekolah.
Dia juga merindukan suasana di dalam ruangan kelas seperti dulu dimana ia bersama teman-teman dapat mengikuti pembelajaran secara baik dan lancar. "Kalau di posko ini kita hanya duduk-duduk saja, dikasih tugas saja, " jelasnya lagi.
Gedung sekolah SMPK Sanctissima Trinitas Hokeng tempat Chen bersekolah pun rusak berat, tak dapat ditempati akibat Erupsi Gunung Lewotobi.
Senada dengan Chen, Ovi, Siswi SDN Bawalatang juga merasa rindu ingin kembali ke sekolah.
Menjalani keseharian di tempat pengungsian, menurut Ovi, tak ada banyak hal yang dilakukan bahkan untuk belajar pun ia mengaku kesulitan lantaran tempat dimana ia menginap tidak cukup kondusif.
"Kalau di sini kami tinggal gabung jadi tidak nyaman untuk belajar, " ungkapnya.
Ia juga mengaku jika beberapa hari terakhir ia bersama teman-temannya dikunjungi mahasiswa dan aktivis di bidang literasi untuk melakukan pembelajaran secara darurat.
"Kami juga ada ketemu kakak-kakak yang datang, kami ada nyanyi-nyanyi, " ungkapnya.
Meski demikian ia dan teman-temannya merasa bahwa suasana di sekolah lebih nyaman ketimbang di tempat pengungsian.
"Hanya mau bagaimana lagi kaka, Gunung masih meletus ini, " ujarnya.
Penerapan Sekolah Gabung
Pemerintah Kabupaten Flores Timur dan Pemerintah Kabupaten Sikka, Provinsi NTT maupun pemerintahan pusat rupanya tidak tinggal diam.
Hingga saat ini berbagai upaya terus dilakukan untuk memfasilitasi akses pendidikan bagi anak-anak sekolah di tempat pengungsian.
Terkhusus untuk para siswa yang mengungsi di Sikka, Pj Bupati Sikka, Adrianus Firminus Parera menginstruksikan agar anak-anak penyintas Erupsi Lewotobi dapat mengikuti KBM di sekolah-sekolah terdekat.
"Nanti anak-anak bisa sekolah gabung dengan siswa yang di beberapa sekolah di Boganatar ini, " ungkapnya.
Ia juga mengatakan akan meminta Kepala Dinas PKO Sikka untuk mengatur hal ini agar semua siswa di pengungsian dapat mengakses pendidikan di sekolah-sekolah yang berdekatan dengan Posko.
Sementara itu, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Brigadir Jenderal TNI Lukmansyah, saat meninjau posko pengungsi yang berada di SDK Hikong, Desa Hikong dan Aula Gereja Santo Yohanes Pembabtis Boganatar, Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Kamis 7 November 2024, mengatakan, BNPB akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (PPO) Flores Timur untuk merencanakan strategi pembelajaran.
"Saya minta Kepala Dinas Pendidikan segera membuat rencana pembelajaran, apakah mengikuti kelas di sekolah yang terdekat atau membentuk kelas tersendiri," ungkapnya.
Tim SAR Terjebak
Sebelumnya, Tim SAR gabungan yang sedang melakukan evakuasi warga di Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores terjebak pasca hujan abu dan pasir mengguyur wilayah itu, Kamis 7 November 2024.
Kepala Seksi Ops Basarnas Maumere Suryaman, S. Si. T, mengatakan personil Basarnas Maumere terjebak sekitar setengah jam saat mengevakuasi seorang lansia yang sementara sakit stroke.
"Mereka terjebak lebih kurang setengah jam, memang pada saat itu erupsinya besar sekali, awan hitam mengepul sehingga rekan-rekan tidak bisa keluar dari Desa Nawokote tidak bisa keluar sambil menunggu aktivitas erupsi berkurang,"ujarnya.
Kata dia, jenis material vulkanik gunung Lewotobi Laki-laki berupa abu tebal menggangu jarak pandang lebih kurang hanya 1 meter.
"Selain Debu memang ada batu-batu kecil dan kerikil namun teman-teman menggunakan peralatan safety,"jelasnya.
Dijelaskannya, Evakuasi warga pasca erupsi dahsyat gunung Lewotobi Laki-laki dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 8 ribu meter sangat dramatis. Pasalnya, para petugas berada pada zona merah dan harus bertaruh nyawa untuk mengevakuasi warga.
Warga yang berhasil dievakuasi tim SAR gabungan langsung dibawah ke posko-posko pengungsian di kecamatan Titehena, Flores Timur.
Hingga saat ini, Tim SAR gabungan masih melakukan evakuasi warga di Wilayah Tabana, Desa Nawokote, Kecamatan Ile Bura, diprediksi Jumah pengungsi akan terus bertambah pasca peningkatan aktivitas vulkanik gunung Lewotobi Laki-laki.
Minta Maaf
Sebelumnya, Penjabat Bupati Flores Timur, Sulastri Rasyid,S.Pi,M.Si menyampaikan permohonan maaf kepada warga terdampak erupsi Lewotobi Flores Timur yang mengungsi ke Kabupaten Sikka.
Hal ini dia sampaikan saat melakukan kunjungan ke posko pengungsian di Paroki Boganatar, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Jumat 7 November 2024 kemarin.
"Saya menyampaikan permohonan maaf untuk bapa mama semua," ucapnya.
Sulastri menjelaskan alasan dirinya baru mengunjungi para pengungsi di Sikka pada 7 November 2024 kemarin adalah perlunya persiapan terlebih dahulu.
"Kita tidak mungkin datang hanya dengan tangan kosong, sehingga hari pertama, kedua dan ketiga itu kita masih mendata dan akhirnya kita tahu bahwa ada yang mengungsi ke sini (Boganatar). Maka kita kesini bawa dengan logistik," ucapnya.
Ia juga mengatakan Pemerintah Kabupaten Flores Timur mengurusi banyak hal.
"Kita mengurus banyak hal sehingga kita harus siapkan secara baik," ungkapnya.
Pemerintah Kabupaten Flores Timur, menurut Sulastri, juga menjalin kemitraan dan kolaborasi dengan pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat dalam penanganan bencana ini.
Ia menegaskan Pemerintah Kabupaten Flores Timur selalu hadir bersama para pengungsi memenuhi apa yang dibutuhkan masyarakat.
Tak lupa, Sulastri juga mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Sikka yang selama ini proaktif membantu masyarakat Flores Timur terdampak Erupsi Lewotobi yang mengungsi di Kabupaten Sikka.
"Tentunya kita bersama-sama Pemerintah Kabupaten Sikka proaktif membantu masyarakat di sini, " jelasnya.
Ia menyebutkan Pemda Flotim telah melakukan rapat untuk merelokasi warganya ke tempat yang aman.
"Kita sudah melakukan rapat siang dan malam untuk memastikan masyarakat yang tinggal dalam radius 7 KM dapat terelokasi, " ucapnya.
Sulastri mengatakan ada 8 desa di Flores Timur yang terdampak Erupsi Gunung Lewotobi dengan jumlah jiwa sekitar 13.000 orang.
"Sampai saat ini yang baru terdata sekitar 6000-7000 orang termasuk di sini sedangkan yang sisanya masih di dalam (area erupsi),"terangnya.
Untuk membawa para pengungsi yang tersisa ke tempat yang aman, Sulastri telah berkoordinasi dengan TNI, Polri, Basarnas dan pihak terkait lainnya untuk melakukan evakuasi.
"Jadi untuk masyarakat yang masih di dalam dan mengeluh tidak dapat bantuan yah SOP-nya memang begitu, mereka harus keluar dari sana dulu, " tegasnya.
Ia berpesan agar para pengungsi tetap bersemangat dan selalu menjaga kesehatan selama di tempat pengungsian, Pemerintah Flotim akan mencarikan solusi yang baik hingga para warga dapat kembali menetap di tempat yang aman.
Adapun Pj Bupati Sikka, Adrianus Firminus Parera, yang turut hadir dalam kunjungan itu, menyebutkan Pemerintah Kabupaten Sikka juga selalu hadir membantu memastikan kebutuhan warga yang terdampak erupsi terpenuhi.
Terhadap beberapa persoalan yang sempat dikeluhkan oleh para pengungsi, Pj Adrianus pun sudah berkolaborasi dengan staf untuk penanganan lanjutan.
Untuk bantuan akses pendidikan bagi pengungsi Flores Timur di Sikka, Adrianus mengatakan akan berkoordinasi dengan Dinas PKO Sikka agar membantu menyediakan fasilitas yang dapat digunakan oleh guru dan anak-anak sekolah yang mengungsi ke Kabupaten Sikka untuk melaksanakan KBM di sini.
Sebelumnya, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Brigadir Jenderal TNI Lukmansyah, juga hadir meninjau posko pengungsi yang berada di SDK Hikong, Desa Hikong dan Aula Gereja Santo Yohanes Pembabtis Boganatar, Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Kamis 7 November 2024.
Brigjen Jenderal TNI Lukmansyah hadir bersama Kepala BPBD NTT, Kepala Dinas Sosial NTT, Pj Bupati Flores Timur, Pj Bupati Sikka, dan Danlanal Maumere. Lokasi pertama yang mereka ditinjau yakni Posko Hikong dan kemudian Posko Boganatar.
Dalam kunjungan itu, Brigjen Jenderal TNI Lukmansyah mengatakan, kehadiran ini atas perintah Kepala BNPB dan Presiden Prabowo untuk mengecek penanganan pengungsi pasca erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Hal ini untuk memastikan kebutuhan dasar terpenuhi.
"Saya harus mengecek semua pengungsi yang pertama jumlahnya, laki-laki, perempuan, anak, remaja, ibu hamil, lansia dan mungkin disabilitas yang membutuhkan penanganan khusus. Kemudian, tempat tidur, MCK, listrik, makan, " kata Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB ini di Aula Gereja Santo Yohanes Pembabtis Boganatar.
Terkait pendidikan anak-anak korban erupsi gunung api ini, Lukmansyah mengatakan BNPB berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (PPO) Flores Timur untuk merencanakan strategi pembelajaran.
"Saya minta Kepala Dinas Pendidikan segera membuat rencana pembelajaran, apakah mengikuti kelas di sekolah yang terdekat atau membentuk kelas tersendiri," ungkapnya.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.