Masa Prapaskah 2025

Homili Paus Fransiskus Saat Misa Rabu Abu Dibacakan Kardinal Angel De Donatis di Basilika St Sabina

Homili Bapa Suci Paus Fransiskus dibacakan Kardinal Angel De Donatis di Basilika Santa Sabina dalam Misa Kudus Hari Rabu Abu, 5 Maret 2025.

Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/HO-VATIKAN NEWS
MISA RABU ABU- Kardinal De Donatis menyampaikan homili Paus Fransiskus untuk Misa Rabu Abu 

Ini, saudara dan saudari, adalah pengharapan yang memulihkan “abu” kehidupan kita. Tanpa pengharapan seperti itu, kita ditakdirkan secara pasif untuk menanggung kerapuhan kondisi manusiawi kita. Terutama ketika dihadapkan pada pengalaman kematian, kurangnya pengharapan dapat membuat kita jatuh ke dalam kesedihan dan kesunyian, dan kita akhirnya berpikir seperti orang bodoh: “Hidup kita ini singkat dan penuh dukacita, dan tidak ada obatnya, apabila hidup ini sampai pada akhirnya [...] tubuh akan menjadi abu dan roh akan lenyap seperti angin hampa” (Wis. 2:1-3). 

Namun, pengharapan Paskah yang kita jalani meyakinkan kita akan pengampunan Tuhan. Bahkan ketika tenggelam dalam abu dosa, pengharapan membuka kita pada pengakuan yang penuh sukacita akan kehidupan: “Sebab aku tahu, bahwa Penebusku hidup, dan bahwa pada akhirnya Ia akan berdiri di atas bumi” (Ayb. 19:25). Marilah kita mengingat hal ini: “Manusia adalah debu dan kepada debu ia akan kembali, tetapi debu sangat berharga di mata Allah karena Allah menciptakan manusia dan menetapkannya untuk kekekalan” (Benediktus XVI, Audiensi Umum, 17 Februari 2010).

Saudara dan saudari, setelah menerima abu, kita berjalan menuju pengharapan Paskah. Marilah kita kembali kepada Allah. Marilah kita kembali kepada-Nya dengan segenap hati kita (bdk. Yoel 2:12). Marilah kita menempatkan Dia di pusat kehidupan kita, sehingga ingatan akan siapa diri kita - yang rapuh dan fana seperti abu yang diterbangkan angin - pada akhirnya dapat dipenuhi dengan pengharapan akan Tuhan yang telah Bangkit. 

Marilah kita mengarahkan hidup kita kepada-Nya, menjadi tanda pengharapan bagi dunia. Marilah kita belajar dari sedekah untuk melampaui diri kita sendiri, saling berbagi kebutuhan satu sama lain dan memelihara harapan akan dunia yang lebih adil. Marilah kita belajar dari doa untuk menemukan kebutuhan kita akan Tuhan atau, seperti yang dikatakan Jacques Maritain, bahwa kita adalah “pengemis surga”, dan dengan demikian menumbuhkan harapan bahwa di balik kelemahan kita, ada Bapa yang menanti kita dengan tangan terbuka di akhir perjalanan kita di dunia ini.  

Akhirnya, marilah kita belajar dari puasa bahwa kita tidak hidup hanya untuk memenuhi kebutuhan kita, tetapi bahwa, dengan rasa lapar akan kasih dan kebenaran, hanya kasih Allah dan kasih satu sama lain yang dapat benar-benar memuaskan kita dan memberi kita harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Marilah kita bertekun dalam kepastian bahwa sejak Tuhan menanggung abu kemanusiaan, “sejarah bumi adalah sejarah surga.  Allah dan manusia terikat bersama dalam satu takdir” (C. Carretto, Il deserto nella città, Roma 1986, 55), dan Ia akan selamanya menyapu abu kematian dan membuat kita bersinar dengan kehidupan yang baru.

Dengan harapan ini di dalam hati kita, marilah kita memulai perjalanan kita.  Marilah kita berdamai dengan Allah.

Sumber: vatican.va

Berita TribunFlores.Com Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved