Kasus ASF di Flores Timur

148 Babi Mati Mendadak di Flores Timur, Doter Hewan: Bahaya Virus ASF

Sebanyak 148 babi di Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dilaporkan mati mendadak.

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/HO-DISBUNTER FLOTIM
TERNAK MATI-Petugas Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunter) Flores Timur memotret ternak babi yang mati mendadak di Larantuka, Flores Timur. Hingga 13 Maret 2025, sebanyak 148 babi dilaporkan mati. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Sebanyak 148 babi di Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dilaporkan mati mendadak.

Kuat dugaan, babi mati akibat terpapar virus African Swine Faver (ASF) atau demam babi afrika.

Angka kematian ternak bertambah 102 ekor hanya dalam waktu tujuh hari. Pada 6 Maret 2025 kemarin, tercatat baru 46 ekor babi mati akibat serangan virus. Sampel darah babi telah diuji sebelumnya dan dinyatakan positif ASF.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunter) Flores Timur, drh. Vian Kiti Tokan, dalam datanya menunjukkan angka kematian babi terbanyak ada di Kelurahan Sarotari Tengah yaitu 45 ekor. 

Baca juga: Bangkai Babi Dibuang di Pinggir Pantai Flores Timur, Khawatir Tularkan ASF

 

"Petugas lapangan kita melakukan pendataan, jumlah kematian naik drastis. Bahaya virus ASF," kata dia, Jumat 14 Maret 2025.

Ketika didata petugas, jelasnya, badan ternak tampak kemerahan. Peternak mengaku bahwa peliharaan mereka sudah tak nafsu makan hingga mati secara mendadak. 

"Tanda-tanda ASF seperti itu, babi malas makan, demam, hingga kulit kemerahan," sebut Vian Tokan.

Peningkatan kasus ini disebabkan beberapa hal, salah satunya rendahnya kesadaran warga khususnya peternak. Masih banyak warga yang memotong babi sakit untuk diedarkan, padahal cara itu akan menularkan virus secara luas.

Vian khawatir kasus awal Juni 2021 terulang kembali di tahun 2025. Waktu itu, lebih dari 60 ribu ternak mati terpapar ASF. Kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah.

"Kita edukasi tapi orang-orang berpendidikan juga ikut potong babi sakit, jadi bingung juga," ungkapnya.

Berikut data jumlah kematian babi berdasarkan wilayah. Pertama Kelurahan Sarotari Tengah ada 45 ekor, Puken Tobi Wangi Bao 25 ekor, Sarotari 21 ekor, Sarotari Timur 13 ekor, Pohon Sirih 4 ekor, dan Balela 5 ekor.

Di Kelurahan Lewolere 2 ekor, Waibakun 5 ekor, Lohayong 5 ekor, Lokea 3 ekor, Pohon Bao 2 ekor, Weri 2 ekor, Amagarapati 7 ekor, Waihali 6 ekor, Pantai Besar 6 ekor, dan Postoh 1 ekor.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved