Jenazah Korban KKB Asal Flores Timur
Cerita Kadis PKO Yahukimo Papua Antar Jenazah Korban KKB Sampai di Rumah Duka Rosalia Rerek Sogen
Jenazah Rosalia Rerek Sogen disambut tangis ribuan manusia di pintu Bandara Gewayantana Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Selasa 25 Maret 2025 sore.
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Gordy Donovan
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Jenazah Rosalia Rerek Sogen disambut tangis ribuan manusia di pintu Bandara Gewayantana Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Selasa 25 Maret 2025 sore.
Guru-guru berseragam PGRI mengusap air mata dengan tangan saat keluarga menangis histeris sambil memeluk peti.
Jenazah diantar dengan pesawat kecil warna putih. Nama dan jenisnya tidak sempat ditanya. Terbang dari Papua ke Ambon kurang lebih 3,5 jam lalu lanjut ke Flores Timur selama 4 jam lamanya.
Rosalia Rerek Sogen adalah guru di pedalaman Papua. Dia dikontrak Yayasan Serafi selama 4 tahun, namun sebelum kontraknya selesai, dia tewas dibunuh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, Kamis, 20 Maret 2025.
Baca juga: Ribuan Warga Flores Timur Jemput Jenazah Korban KKB Papua, Dikuburkan Hari Ini di Desa Bantala
Dalam penyerangan brutal dan tak manusiawi itu, ada enam korban lain mengalami luka-luka. Semuanya berasal dari NTT dan Rosalia adalah satu-satunya korban tewas. Hati terasa sesak saat meliput kedatangannya.
Jenazah diantar Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (PKO) Kabupaten Yahukimo, Aqso Balingga, Ketua Yayasan Serafi, Nehes Jhon Fallo, dan utusan keluarga di Papua.
Kepada Aqso, pilot pesawat menyebutkan mereka terbang selama delapan jam untuk bisa tiba ke Flores Timur. Perjalanan memakan waktu cukup lama dengan pesawat yang dirental alias carter itu.
"Total tadi pilot bilang delapan jam. Kalau dari Tual ke Larantuka empat jam," katanya kepada awak media di rumah duka di Desa Bantala, Kecamatan Lewolema, Flores Timur, Selasa, 25 Maret 2025.
Sebenarnya, ujar Aqso, Gubernur NTT, Emanuel Melkianes Laka Lena telah menunggu jenazah di Kupang, Ibu Kota Provinsi NTT. Namun takut waktu penerbangan akan lebih lama.
"Pak Gubernur sudah tunggu dengan krans bunga di Kupang, tapi kalau kita kesana nanti besok baru tiba (di Flores Timur)," ujarnya.
Aqso dan pengantar jenazah memilih untuk tak singgah, karena jenazah harus segera dibawa ke rumah duka untuk dimakamkan.
Terhadap penyerangan di Distrik Anggruk, tempat korban bekerja, Aqso mengaku bahwa baru pertama terjadi. Selama ini tidak pernah ada penyerangan. Peristiwa dimaksud akan menjadi perhatian khusus Pemerintah Daerah Yahukimo.
"Untuk urusan pendidikan, kami akan lakukan evaluasi selama satu tahun ini,"ungkapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.