Prakiraan Cuaca
Masih Peralihan Musim, Waspada Angin Kencang dan Hujan Lebat Sepekan ke Depan di NTT
Kombinasi MJO memicu peningkatan kecepatan angin serta kenaikan tinggi gelombang di Samudra Hindia selatan NTT, Laut Timor, dan Laut Arafuru.
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- BMKG mengungkapkan memasuki minggu terakhir Mei 2025, dinamika cuaca di sebagian wilayah Indonesia masih menunjukkan pola peralihan musim.
Meskipun sebagian wilayah sudah memasuki musim kemarau, curah hujan yang terindikasi signifikan masih kerap terjadi, terutama pada sore hingga malam hari. Di sisi lain, suhu udara yang menyengat pada siang hari terasa relatif lebih hangat akibat kelembaban udara yang lembab.
BMKG dalam rilis resminya, menjelaskan saat ini MJO terpantau aktif berada di Fase 5 (Benua Maritim) dan diprediksi konsisten
berada di wilayah Indonesia untuk sepekan ke depan. Selain itu, gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial juga cenderung persisten berpropagasi di sebagian wilayah Indonesia.
Fenomena-fenomena tersebut berpotensi memberikan pengaruh signifikan dalam memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan, khususnya di bagian barat dan tengah Indonesia.
Baca juga: BMKG Ungkap Fenomena Cuaca Sepekan Terakhir, Cuaca Panas Siang Hari Disertai Hujan Sore Hari
Meskipun lebih banyak wilayah terindikasi memasuki awal musim kemarau pada akhir bulan Mei akibat Monsun Australia yang diprakirakan menguat, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat masih berpotensi terjadi akibat aktivitas MJO dan gelombang atmosfer tersebut.
Kombinasi antara MJO, gelombang Kelvin, gelombang Rossby Ekuator, dan gelombang Low Frequency pada wilayah dan periode yang sama terpantau aktif di Jawa Timur, Bali, Laut Jawa bagian timur, Laut Flores, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Laut Banda, sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.
Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan peningkatan curah hujan sebagai salah satu indikator terjadinya cuaca ekstrem, meskipun dengan cakupan area hujan yang tidak sebesar yang biasa terjadi pada periode musim hujan.
Meskipun demikian, pergerakan massa udara kering dari benua Australia tetap mengindikasikan penurunan curah hujan di sebagian wilayah, seiring dengan masuknya musim kemarau.
Kondisi ini juga memicu peningkatan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian selatan, serta kenaikan tinggi gelombang di Samudra Hindia Barat Daya Lampung hingga selatan NTT, Laut Timor, dan Laut Arafuru.
Baca juga: Waspada Gelombang Tinggi, Kapal Wisata Diminta Hindari Perairan Selatan Pulau Komodo-Padar
Periode 20 – 22 Mei 2025
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.