Berita Nasional

Demi Danau Toba yang Lestari, Forkoma PMKRI Bertekad Laksanakan Laudato Si

Oleh karena itu, Ketua Forkoma PMKRI Samosir Filipi Simarmata menegaskan, pihaknya dalam waktu dekat akan

Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/HO-FORKOMA PMKRI
FORKOMA PMKRI - Ancaman UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB) akan mencabut status geopark Danau Toba harus dipandang sebagai cemeti bagi bangsa Indonesia khususnya masyarakat di sekitar Danau Toba. Cemeti itu bertujuan untuk untuk berbenah diri, dan berpartisipasi secara lebih aktif untuk menyelamatkan Danau Toba dari kehancuran yang akan membawa petaka tidak hanya masyarakat sekitar tetapi juga bagi Indonesia dan dunia. 

Untuk itulah, Forkoma PMKRI Samosir akan merumuskan program kerja yang berpusat pada implementasi Ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si demi menjaga kelestarian kawasan Danau Toba.

Laudato Si' buah pikiran Paus Fransiskus terinspirasi dari Santo Fransiskus Assisi yang bermakna “Terpujilah Engkau, Tuhanku”. Ensiklik itu dikeluarkan pada 24 Mei 2015. Seruan Santo Fransiskus Assisi ini, mengingatkan manusia bahwa alam semesta merupakan Rumah Bersama. Alam adalah Ibu Pertiwi, yang memberi kehidupan, menopang dan mengasuh manusia. 

Karena kehidupan yang dipelihara, alam akan memberi berbagai buah-buah kehidupan kepada manusia. Hasil yang diberikan alam karena manusia memelihara adalah kehidupan itu sendiri yang dibutuhkan oleh umat manusia. Tidak hanya secara fisik tetapi juga secara spiritual.

Melihat kerusakan alam di berbagai belahan dunia akibat dari ketamakan manusia, Paus Fransiskus mengeluarkan Ensiklik (surat terbuka) Laudato Si. Ensiklik ini mengajak  dan mendorong setiap manusia untuk membangun kembai alam dan berbagai kehidupannya. Karena alam dan berbagai kehidupannya adalah rumah  bersama bagi umat manusia tanpa terkecuali.  

Oleh karena itu untuk mengataski kerusakan yang  semua keluarga manusia harus bahu membahu untuk membangun alam kembali secara berkelanjutan dan terintegrasi. Paus Fransiskus optimistis bahwa manusia masih memiliki potensi dan daya untuk bekerja sama dalam membangun rumah kita bersama. 

Paus Fransiskus pun mengingatkan kaum muda untuk berani melakukan perubahan gaya hidup karena mereka merupakan agen perubahan untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Laudato Si dapat dikatakan sebagai gerakan pertobatan ekologis yang mengajak umat manusia untuk mengubah pola pikir dan tindakan yang merusak lingkungan. Pertobatan ekologis ini menekankan bahwa bumi adalah rumah bersama yang harus dijaga dan dirawat oleh semua orang.  

Jika bumi atau alam tidak dipelihara dan dijaga, yang akan muncul kemudian adalah krisis ekologis seperti yang terjadi sekarang ini. Krisis ekologis meliputi, polusi, perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan ketidakadilan lingkungan, yang semuanya saling terkait dan membutuhkan perhatian. 

Jika manusia ingin hidup di atas bumi yang dipijak, manusia harus melakukan gerakan  ekologi Integral yakni menyadari pentingnya hubungan timbal balik antara manusia dan alam serta antara manusia dengan sesama manusia. 

Oleh karena itu itu ekologi integral menuntut tanggung jawab moral menjaga alam sebagai ciptaan Tuhan, bukan sebagai penguasa mutlak atas alam. 

Sebagai konsekuensinya adalah,  Laudato Si mendorong mendorong aksi nyata dalam menjaga lingkungan, seperti perubahan gaya hidup, kebijakan yang berkelanjutan, dan pendidikan ekologis. 

Dalam konteks ini manusia diminta untuk mewujudkan keadilan lingkungan yakni mewujudkan kesejahteraan bagi manusia melalui pengembalian bumi sebagai rumah bersama. 

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved