Erupsi Gunung Lewotobi Laki laki
Penyintas Erupsi Lewotobi Ikrarkan Janji Suci di Pengungsian
Gereja St. Mater Dolorosa Stasi Konga, Jumat (25/07/97), menjadi tempat 9 pasangan pengantin
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Ricko Wawo
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Gereja St. Mater Dolorosa Stasi Konga, Jumat (25/07/97), menjadi tempat 9 pasangan pengantin penyintas korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki mengikrarkan pernikahan suci.
Setelan jas bagi mempelai laki-laki serta gaun putih yang menjuntai menambah keanggunan pengantin perempuan. Mereka lalu berbaris di tangga gereja. Pater Maksimus, SVD memerciki 9 pengantin dengan air berkat.
Pelataran Gereja di Desa Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, NTT itu juga ramai dengan kehadiran orangtua saksi serta anggota keluarga masing-masing pengantin.
Suasana sakramen pernikahan katolik terasa haru. Di samping gereja itu, berdiri tenda-tenda pengungsian, tempat tinggal penyintas saat ini, termasuk 9 pengantin. Perayaan misa berjalan dalam situasi kebatinan bencana.
Baca juga: Keceriaan Petani Kampung Saat Panen Padi di Flores Timur NTT
Para pengantin adalah umat Paroki Maria Ratu Semensta Alam Hokeng, yaitu satu pasang dari Desa Hokeng Jaya, dan delapan pasang dari Desa Nawokote. Paroki di wilayah Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT itu ditinggalkan umatnya ke pengungsian.
Peristiwa erupsi berkepanjangan yang masih berpotensi terjadi letusan eksposif susulan itu membuat perayaan berlangsung di tempat lain. Sebab, tempat tinggal, fasilitas sosial, fasilitas umum, semuanya rusak berat akibat material vulkanik.
Sakramen pernikahan mengambil injil Yohanes, yang menceritakan Yesus merubah air menjadi anggur saat pesta perkawinan di Kana. Dalam injil itu, pasangan suami istri diajak untuk tidak cemas memikirkan hal-hal duniawi, tetapi soal meneladani Yesus sebagai pelayan sesama.
Dalam khotbanya, Pater Maksimus berpesan agar suami dan istri rajin berdoa rosario dan membaca kitab suci. Menjadi umat bukan soal menghafal injil, tetapi membaca dan mampu mengalirkan ajaran-ajaran bernas itu ke dalam kehidupan sehari-hari.
Pastor Paroki Maria Ratu Semesta Alam Hokeng itu menasehati umatnya untuk setia terhadap pasangan. Menurutnya, umat jaman ini banyak yang menciptakan persoalan. Misal perselingkuhan karena faktor merantau.
"Sebagai keluarga katolik, kita menjadikan Yesus Kristus sebagai pusat keluarga. Jadikan doa sebagai kekuatan buat semua keluarga katolik kita," katanya.
Usai perayaan, para pengantin didampingi orang tua saksi dan keluarga berkumpul di posko pengungsian, tepatnya di depan Kantor Desa Konga. Mereka berbagi kebersamaan sebelum pulang ke posko masing-masing.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.