TRIBUNFLORES.COM - Pengamat Politik UNS Agus Riwanto menanggapi kemunculan koalisi politik di Indonesia jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Agus mengatakan bahwa koalisi politik yang terbentuk di Indonesia adalah koalisi cair dan tidak ada yang mapan.
Karena koalisi yang terbentuk di Indonesia basisnya hanya untuk mencari kuasa bukan berbasis ideologi.
Agus pun menilai bahwa koalisi dengan mekanisme tersebut tidak akan bertahan lama.
Baca juga: Kemenkes Sebut Empat Pasien Gejala Hepatitis Akut Sembuh
Pasalnya koalisi tersebut dibentuk hanya untuk mencapai kemenangan saja.
"Koalisi Indonesia kan koalisi yang sangat unik ya, karena merupakan koalisi yang basisnya mencari kuasa bukan berbasis ideologi. Nah mekanisme koalisi yang semacam itu, adalah koalisi yang tidak bertahan lama."
"Jadi hanya untuk mencapai kemenangan. Itu sebabnya menurut saya, koalisi yang akan dibangun di Indonesia itu dalam Pilpres adalah koalisi yang sangat cair, tidak dalam konteks koalisi yang ideologi itu," kata Agus dalam Program Panggung Demokrasi yang ditayangkan di kanal YouTube Tribunnews.com, Rabu (18/5/2022).
Lebih lanjut Agus pun mengomentari munculnya Koalisi Indonesia Bersatu yang dibentuk oleh Partai Golkar, PAN, dan PPP.
Baca juga: Tak Terima Diputus Pacar, Polisi di Sikka Diduga Aniaya Seorang Wanita di Kafe
Agus menilai Koalisi Indonesia Bersatu ini tidaklah cocok, karena ketiga partai di dalamnya memiliki basis atau latar belakang yang berbeda.
Misalnya Golkar dengan basis nasionalisnya, PAN dengan basis Muhammadiyah urban yang biasanya diikuti oleh masyarakat kota.
Serta PPP yang berbasis NU yang mayoritas pengikutnya adalah orang desa.
"Misalnya koalisi yang sudah terbentuk antara Golkar, PAN, PPP ya. Dia menyebut sebagai Koalisi Indonesia Bersatu, itu enggak cocok juga."
"Golkar itu nasionalis, PAN itu basisnya Muhammadiyah urban, masyarakat kota, PPP itu NU, kebanyakan orang desa. Jadi enggak nyambung, basisnya sangat cair, bukan basisnya ideologi," terang Agus.
Tokoh Jadi Kunci Pilpres, Bukan Partai
Menurut Agus, basis pencalonan presiden sangat mirip dengan pencalonan daerah, yakni berbasis tokoh, bukan berbasis partai.
Agus juga menyebut bahwa tokoh akan menjadi kata kunci dalam Pilpres maupun Pilkada, bukan lagi partai.
Karena tokoh bisa diambil darimana saja, sementara latar belakang partai bukanlah hal penting.
"Pemilu presiden di Indonesia itu koalisinya adalah koalisi cair, tidak ada koalisi yang absolut atau mapan. Dan problematik sistem kepartaian yang kita bangun selama ini."
"Karena seolah-olah memang pencalonan presiden mirip dengan pencalonan daerah. Basisnya tokoh, bukan partai. Partainya enggak penting, yang penting tokoh. Tokoh ini menjadi kata kunci dalam Pilpres maupun Pilkada."
"Tokoh ini juga bisa diambil darimana saja. Jokowi saja kan bukan orang partai, tapi dicomot, karena dia tokoh populer. Itu akan terjadi di 2024 nanti," imbuh Agus.
Baca juga: Renungan Katolik Hari Ini, Jadilah Saksi Kasih Tuhan Kepada Sesama!
Golkar Optimis Airlangga Hartarto Bakal Diusung Jadi Capres 2024 Bersama Partai Koalisi
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Golkar Ace Hasan Syadzily optimis ketua umum partainya, Airlangga Hartarto bakal diusung menjadi calon presiden (capres) pada Pilpres 2024 mendatang bersama koalisi Indonesia Bersatu.
Adapun koalisi Indonesia bersatu terdiri dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Itu sebagaimana hasil pertemuan nasional (Munas) yang dilakukan partai beringin ini.
“Kalau Golkar sendiri ya kita masih kosnsiten hasil Munas Partai Golkar, di mana Pak Airlangga sebagai Capres,” kata Ace Hasan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (18/5/2022).
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI menambahkan dirinya yakin lantaran Golkar merupakan partai terbesar dalam koalisi tersebut.
Kendati demikian, Ace mengatakan koalisinya hingga saat ini belum merembukkan mengenai figur capres dan cawapres yang akan diusung.
Kata Ace, saat ini Golkar bersama koalisi masih membahas gagasan politik serta strategi pemenangan dari masing-masing partai politik (parpol).
“Kita masih membahas tetang politik gagasannya, platofrm apa, visi apa, serta bagaimama strategi pemenangan yg akan sama-sama diusung oleh masing-masing partai politik,” tuturnya.
Sebagai informasi, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) resmi membentuk koalisi bernama Indonesia Bersatu.
Diketahui, koalisi ini terbentuk saat digelarnya pertemuan antara Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa di Rumah Heritage Jakarta pada Kamis (12/5/2022) lalu.
Baca juga: Meriahkan Bulan Rosario, Wilayah II Paroki Sta. Theresia Mbata Gelar Turnamen Voli
Koalisi ini akan segera merumuskan bentuk kerja sama secara detail dalam waktu dekat.
Selain itu, terbentuknya koalisi ini juga disebut untuk melanjutkan program-program strategis Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sementara, Ketua DPP Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily menyebut koalisi tiga partai politik ini dalam rangka untuk mengakhiri politik identitas dan mengakibatkan polarisasi masyarakat seperti yang terjadi pada Pilpres 2014 dan 2019.
“Tiga partai yang berkumpul sepakat bahwa dalam Pemilu 2024 nanti kita tidak boleh terjebak pada hal yang sama,” ujarnya Jumat (13/5/2022).
Ace juga menginginkan agar Pemilu 2024 menjadi ajang pembuktian siapa yang terbaik dalam kontestasi lima tahunan ini.
“Kami ingin pemilu menjadi ajang kontestasi ide, gagasan, track record, dan prestasi. Kesempatan untuk saling membuktikan diri mana yang terbaik di antara para peserta kontestasi,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pengamat Nilai Koalisi Golkar-PAN-PPP Tak Cocok, Sebut Koalisi di Indonesia Tak Ada yang Mapan