Polemik Harga Tiket Masuk TNK

Keuskupan Ruteng Nilai Kenaikan Harga Tiket Masuk TNK Kurang Tepat, Ini Pernyataan Resmi Keuskupan

Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

POS-KUPANG.COM/HO-DOK.TRIBUN KOMODO-Binatang purba Komodo di Taman Nasional Komodo,Kabupaten Manggarai Barat.

TRIBUNFLORES.COM, RUTENG - Polemik kenaikan harga tiket masik Taman Nasional Komodo (TNK) masih menjadi perbincangan hingga kini.

Pihak Keuskupan Ruteng buka suara terkait polemik yang terjadi.

Keuskupan membuat pernyataan resmi melalui press release yang diterima TRIBUNFLORES.COM Rabu 27 Juli 2022.

Judul: “Kenaikan Tarif Masuk TN Komodo dan Pentingnya Pariwisata Holistik”

Baca juga: 5 Daerah di Indonesia yang Sedang Dilanda Suhu Dingin, Ini Penjelasan BMKG

 

Terkait dengan polemik kenaikan tarif masuk di Taman Nasional Komodo, Gereja Keuskupan Ruteng hendak menyampaikan beberapa hal berikut:

1. Rencana kenaikan tersebut dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia bersama dengan Pemerintah Provinsi NTT dengan pertimbangan konservasi habitat komodo, yang pada gilirannya mendukung pariwisata yang berkelanjutan.

Namun, protes dari para pelaku pariwisata dan masyarakat yang terdampak memperlihatkan pentingnya mengintegrasikan kondisi perekonomian masyarakat yang barn menggeliat akibat pandemi Covid-19 ke dalam kebijakan pariwisata.

2. Gereja Keuskupan Ruteng tidak henti-hentinya memperjuangkan pariwisata holisitik yang mencakupi semua dimensi kehidupan manusia dan kesejahteraan umum.

Baca juga: Cerita Polisi di NTT, Manfaatkan Waktu Luang Bertani Cabai, Raup Untung Jutaan Rupiah Usai Panen

Secara khusus, kami mengusung tema pariwisata holistik dalam program pastoral Keuskupan Ruteng tahun 2022 int dengan motto: BERPARTISIPASI, BERBUDAYA DAN BERKELANJUTAN. Berpartisipasi berarti pariwisata yang melibatkan dan mensejahterakan masyarakat lokal.

Berbudaya berarti pariwisata yang berakar dan bertumbuh dalam keunikan dan kekayaan kultur dan spiritualitas setempat. Berkelanjutan berarti pariwisata yang merawat dan melestarikan alam ciptaan.

3. Melalui paroki, lembaga gerejawi, biara-biara maupun awam katolik, khususnya para pelaku wisata, Gereja Keuskupan Ruteng telah dan akan terus menerus terlibat untuk mengembangkan pariwisata holistik dari Wae Mokel sampai Selat Sape, Manggarai Raya.

Selain mengelola situs dan program pariwisata rohani, Gereja Katolik berpartisipasi dalam menggerakkan ekonomi kreatif pariwisata umat, menggalakkan pariwisata budaya serta mendorong pariwisata alam.

Lebih dari itu Gereja terlibat dalam menguatkan aspek spiritual dan etis umat sehingga dapat mengupayakan pariwisata yang beradab dan bermartabat serta menangkal dampak negatif yang timbul dari pariwisata.

4. Kami menilai bahwa momentum kenaikan tiket tersebut kuranglah tepat karena dunia pariwisata di Labuan Bajo dan Flores pada umumnya sedang bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.

Halaman
123