Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA – Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI saat ini tengah gencar mensosialisasikan rencana pengembangan pendidikan berbasis digital di Indonesia.
Program ini sangat didorong untuk segera terealisasi mengingat perkembangan teknologi informasi yang sudah semakin cepat. Dunia pendidikan harus bisa mengikuti percepatan yang saat ini sedang terjadi.
Sekolah dan perguruan tinggi pun harus bisa segera bertransformasi supaya bisa tetap relevan dengan revolusi industry 4.0. Program pendidikan 4.0 harus segera diterapkan untuk mengikuti percepatan ini.
Dengan digitalisasi di institusi pendidikan, metode pembelajaran seharusnya semakin bisa lebih efisien. Peserta Didik juga terdorong untuk lebih melek digital.
Baca juga: Penjabat Bupati Flotim Imbau Bidan Tingkatkan Kualitas Pelayanan Ibu dan Bayi
Microsoft Asia EduTech melakukan riset pada tahun 2016. Pada riset tersebut, 95 persen responden, sepakat bahwa sistem pendidikan terkini sangat membutuhkan support teknologi informasi.
Namun, masih banyak tenaga pendidik yang mengalami kesulitan untuk keep up dengan perkembangan teknologi. Pada akhirnya pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran di kelas bisa maksimal.
Kepala kantor Depag Flotim, Yosef A. Bapaputra, S. Fil., M.M, mengatakan Edutainment adalah sebuah proses pembelajaran yang memadukan pendidikan dan hiburan. Pembelajaran dengan media digital adalah cara menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan peserta didik.
Yosef A. Bapaputra, lebih lanjut berinisiatif memasukan edutainment sebagai satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya peserta didik.
Baca juga: Nelayan Flotim Terima Kapal Motor dan Perahu Bermesin
“Hal ini begitu penting mengingat rata-rata peserta didik zaman ini cenderung bermain game. Menghindari game-game yang tidak berdampak pada edukasi, maka para guru PAKat dilatih bagaimana cara memasukan materi pembelajaran dalam bentuk game,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Yosef juga mengingatkan bahwa kemajuan teknologi perlu dikontrol, agar relasi kedekatan antara guru dan PD tetap terjaga.
“Guru tidak melulu mengirim tugas dan materi lewat media sosial dan mengabaikan relasi tatap muka. Pertanyaannya, apakah Guru PAKat dan Budi Pekerti se-Kabupaten Flores Timur, mampu menjawabi tantangan tersebut? Mengingat masih banyak guru belum meiliki perlengkapan pendukung. Senada dengan itu, Bapaputra mengingatkan bahwa TPG (Tunjangan Profesi Guru), harus dipahami bukan semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan, tetapi diprioritaskan untuk menunjang profesi para guru,”tuturnya.
Lanjutnya, menunjang profesi mengandaikan bahwa para guru harus menggunakan dana tersebut untuk mengadakan perlengkapan pendukung untuk tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik dan pengajar.
Dalam nada guyon, Yosef menegaskan bahwa TPG jangan hanya satu atau dua jam berlabuh di ATM, selanjutnya pergi entah kemana.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari yang dihadiri oleh Para Guru Agama Katolik dan Budi Pekerti se-Kabupaten Flores Timur, bertujuan untuk mengembangkan diri, meningkatkan kerja sama Guru Agama Katolik dan Budi Pekerti, meningkatkan kedisiplinan dan keberaturan kerja guru dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengemban tugas sebagai pengajar, pendidik dan pelatih.