Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Wabah penyakit African Swine Faver (ASF) atau demam babi Afrika di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores belum berakhir.
Warga semakin kuatir pasca mendapat informasi bahwa sampel darah ternak babi bantuan Pemerintah Pusat positif virus ASF.
Warga Desa Watotutu di Kecamatan Ile Mandiri, Paulus Weking mengaku trauma mengingat ASF banyak menewaskan ternak mereka selama hampir tiga tahun terakhir. Ia juga takut virus yang bersumber dari ternak bantuan Pemerintah Pusat menular ke babi lainnya.
"Kuatir sekali. Saya punya ada satu ekor dapat dari bantuan pemerintah, tetapi badannya sering gatal dan timbul bintik-bintik merah. Sementara babi lain yang bukan bantuan itu aman," katanya kepada wartawan, Selasa 17 Januari 2023.
Baca juga: Virus ASF Terdeteksi di Flores Timur, Sampel Darah Babi Bantuan Dilaporkan Positif
Menurut dia, petugas dari Dinas Perkebunan dan Peternakan Flores Timur beberapa kali mendatanginya bersama warga setempat untuk memberikan suntikan vaksin, vitamin, dan memberikan edukasi mencegah penyebaran virus.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, drh. Vian Kiti Tokan, mengatakan sebanyak 30 ekor ternak babi bantuan Pemerintah Pusat mati namun belum dipastikan apakah terserang virus ASF atau tidak.
"Kita dapat 50 bantuan ternak babi yang kita salurkan ke dua kelompok dalam wilayah Larantuka. Ada 30 yang mati dan 20 diantaranya sudah karantina," katanya.
Untuk memastikannya, katanya, pihaknya mengirim tujuh sampel darah babi di Laboratorium Penguji Balai Besar Veteriner Denpasar, Bali belum lama ini. Hasilnya menyebutkan satu sampel positif ASF, sementara siasanya terkontaminasi positif penyakit lain.
"Babi yang mati ini 30 ekor, tetapi tidak semuanya disebabkan ASF karena sampel organ yang kita kirim itu negatif ASF dan Hokulera," katanya.
Baca juga: Pengeroyokan ODGJ di Lembata Belum Ada Tersangka, BEKUK akan Demo saat Kapolda NTT ke Lewoleba
Menurutnya, ternak bantuan Pemerintah Pusat dinyatakan positif virus ketika sudah berada di Kota Larantuka kurang lebih satu minggu. Ia memastikan bantuan mulanya belum terpapar ASF karena pendistribusian melewati pemeriksaan PCR dan hasilnya negatif.
Untuk mencegah terjadinya penularan, masyarakat dilarang keras mendistribusikan daging babi yang berasal dari babi sakit ataupun mati akibat penyakit. Pemilik ternak juga diimbau melaporkan kepada petugas apabila mendapati ternaknya mati mendadak.
"Penyakit ASF dapat menular melalui kontak langsung dengan babi peliharaan, binatang dan serangga, peralatan kandang, serta pakan yang terkontaminasi," jelasnya.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan, Sebas Sena Kleden, mengaku sudah membuka lima pos pengamanan untuk mengontrol penyebaran daging dan hewan yang berpotensi menularkan virus.
Baca juga: Jokowi Minta APBN Difokuskan untuk Ciptakan Lapangan Kerja dan Entaskan Kemiskinan
"Kita siapkan pos pengamanan di Desa Boru, Adabang, Deri, Pelabuhan Larantuka, Solor," ungkapnya.
Sebas menerangkan, lima wilayah itu berada di pintu masuk dan keluar Flores Timur. Penyebaran virus tersebut masih mencakup wilayah Larantuka, sementara wilayah pedesaan belum terkontaminasi.
"Positif memang dari babi bantuan. Sejauh ini masih dalam wilayah Kecamatan Larantuka. Petugas terus melakukan pemantauan dan pencegahan," tutupnya.
Berita TribunFlores.Com Lainnya di Google News