Kata dia sebagian warga Palue itu pekerjaannya adalah menenun. Sehingga banyak warga di Kampung Poa menenun dibelakang rumah sambil melihat air yang sudah ditadah dengan jerigen berukuran besar. Jika sudah penuh maka cepat-cepat menggantinya dengan wadah yang lain.
"Tidak ada mata air tawar disini, kita andalkan air penyulingan ini dengan air hujan,"ujar dia.
Warga lainnya, Maria Tomi (42) mengaku jika musim hujan warga juga bisa menikmati air hujan dan jika musim kemarau akan sepenuh tergantung pada air penyulingan uap panas bumi.
"Pokoknya begitu sudah yang terjadi, warisan nenek dulu yang kami jaga sampai saat ini. Kalau kami tidak mau jaga, siapa lagi dan ini tugas kami sebagai anak cucu, daripada kami susah,"ujarnya.
Ia berharap uap panas bumi gunung Rokenda terus mengepul sehingga warga bisa memperoleh air minum untuk keperluan sehari-hari.
Ia mengatakan setiap rumah di Desa Rokirole memiliki bak penampung air hujan. Jika musim hujan mereka bisa menggunakan air untuk keperluan cuci dan mandi sedangkan untuk minum mereka tetap menggunakan air penyulingan.
Baca juga: Cerita Mama-mama di Sikka, Gotong-royong Buat Sarung Tenun Ikat Agar Asap Dapur Tetap Mengepul
Berkah Bukit Kesokoja
Pemandangan serupa terjadi di Bukit Nuakaju, Desa Kesokoja, Pulau Palue.
Warga setempat menamai Nuakaju sebagai bukit Salib, karena terdapat sebuah salib besar tertanam mengarah ke laut Flores.
Sepertinya, salib ini yang menjadi simbol keselamatan bukit ini juga sebagai penyelamat orang Kesokoja.
Bagaimana tidak, di bukit inilah warga memperoleh air minum bersih untuk kelangsungan hidup mereka.
Bagi mereka, Rokantenda dan Bukit Salib adalah berkah yang disyukuri tiada akhir.
Puncak gunung Rokatenda yang masih kelihatan, setiap pagi dan sore hari bahkan siang hari mereka menuju perbukitan batu untuk mengambil air uap panas bumi.
Di bukit ini juga terbentang bambu-bambu panjang empat sampai enam meter untuk menyuling uap panas bumi.
Membutuhkan waktu kurang lebih semalam untuk dapat menampung air di jeriken dua puluh sampai tiga puluh lima liter.
Pada pagi harinya warga akan mengambil air dan menggantinya dengan jerigen baru yang nanti akan diambil nanti pada sore hari.