Keuskupan Atambua

Ini Nama Uskup Atambua Pertama Hingga Sekarang Lengkap dengan Profil dan Programnya

Penulis: Hilarius Ninu
Editor: Hilarius Ninu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr.

Visi pastoralnya: Umat Keuskupan Atambua berkembang menjadi Gereja umat yang mandiri dan terlibat dalam masyarakat terutama untuk melakukan perubahan-perubahan yang bernilai/berarti bagi semua orang. Perhatian pada pengorga- nisasian tenaga pastoral (imam dan awam), dan penataan struktur serta pendayagunaannya. Bidang pastoral yang diprioritaskan adalah Pastoral pengembangan iman, pendidikan umat dan pastoral sosial ekonomi.

Penyelenggaraan Sinode III (di Emaus, 1985) merupakan Sinode perdana dalam era kepemimpinannya semenjak menduduki tahta Uskup Atambua tahun 1984. Sinode tersebut menggumuli dan merefleksikan masalah-masalah kegerejaan dan kemasyarakatan dalam terang Firman. Sinode menemukan dua masalah utama yang membelenggu umat yakni praktek dualisme iman dan kemiskinan sebagai masalah krusial yang bersentuhan langsung dengan realita kehidupan masyarakat dan menjadi penghambat perkembangan manusia seutuhnya. Kondisi kehidupan umat dan masyarakat yang dililit oleh kedua masalah itu, menghantar peserta sinode masuk dalam suatu refleksi kritis hingga menemukan langkah strategis pastoral yang lebih tepatguna.

Dari sinode pastoral itu, lahirlah suatu arah baru karya pastoral untuk masa bakti 5 tahun (1985-1990) yakni Pekatan Mutu Hidup Umat/Masyarakat Dengan Tekanan Khusus Pada Peningkatan Taraf Hidup Sosial Ekonomi. Sepintas membaca rumusan arah pastoral tersebut, ada kesan seakan- akan pastoral kita lebih bersifat horizontal, hanya menyibukkan diri dengan urusan-urusan profan seperti ekonomi. Namun bila diteliti dengan seksama maka akan ditemukan bahwa maksud dari rumusan yang berbunyi “Peningkatan mutu hidup umat dan masyarakat,” itu bukan saja urusan peningkatan taraf hidup sosial ekonomi, tetapi menyangkut peningkatan mutu manusia dalam segala aspeknya, termasuk mutu iman, budaya, pendidikan, politik, kesehatan, ling- kungan hidup, dan sebagainya. Dalam konteks pembangunan manusia utuh, jiwa dan badan, maka diterapkan pendekatan pastoral integral yaitu suatu cara pastoral yang memberikan prioritas pada peningkatan kualitas manusia secara utuh.

Sinode Pastoral IV di Emaus, 1991, bertujuan mengevaluasi hasil karya pastoral 5 tahun silam dan meletakkan arah pastoral ke depan. Pada sinode ini, hadir sebagai pendamping ahli: P. Dr. George Kirchberger, SVD; P. Dr. Hubertus Muda, SVD; Rm. Drs. Petrus Turang, Pr; Drs. Anton Amaunut dan Drs. Markus Mau. Hasil pergumulan Sinode Pastoral IV, ternyata kembali menegaskan bahwa masalah krusial yang mengerdilkan manusia adalah praktek dualisme iman dan kemiskinan ekonomi. Bagaimana mengolah persoalan itu supaya tidak mengerdilkan manusia? Peserta sinode menya- dari bahwa persoalan itu bukan saja persoalan pribadi, tetapi persoalan komunitas masyarakat, maka penanganannya pun harus bersama-sama. “Bersama-sama kita bisa memecahkan persoalan”. Kita perlu melakukan gerakan pastoral bersama. Karena itulah ditetapkan suatu arah pastoral untuk periode 5 tahun (1992-1997) yakni: Menuju Hidup Yang Lebih Bermutu dengan mengacu pada visi dan misi yang ditetapkan saat itu.

Adapun visi itu berbunyi: “Umat Keuskupan Atambua ber- sama seluruh masyarakat mengalami dan merasakan kehadiran Allah dan kebaikan-Nya dalam kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang tumbuh dari kekuatan Injil Yesus Kristus.” Sedangkan misinya: “Melanjutkan dan mewujudkan karya perutusan Yesus Kristus guna menjawabi tantangan perkembangan masyarakat dalam kekuatan Roh Kudus.” Tujuan umumnya adalah Hidup umat dan masyarakat lebih bermutu berkat persaudaraan yang dijiwai iman kristiani. Sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan persaudaraan kristiani dan taraf hidup sosial ekonomi melalui kelompok kerja.

Sinode Pastoral V di Emaus, 1997. Sinode ini merupakan yang terakhir dalam masa kepemimpinan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Sinode V menghadirkan sederet narasumber: P. Dr. George Kirchberger, SVD (Ahli Teologi); P. Drs. Huber Tho- mas Hasuli, SVD, MA (Ahli Sosiologi); Rm. Drs. Benyamin Seran, MA (Ahli Pendidikan) dan Rm. Dr. Benyamin Y.Bria, Pr (Ahli Hukum Gereja).

Masalah dualisme iman dan kemiskinan ekonomi kembali ditegaskan oleh Sinode ini sebagai masalah pastoral yang urgen. “Kita memang butuh pelaku perubahan. Dan pelaku perubahan itu harus muncul dari dalam diri, dan dari masyarakat itu sendiri, bukan diinstruksi dari luar atau dari atas”. Untuk itu dibutuhkan perjuangan orang-orang kunci pembangunan di masyarakat akar rumput, seperti para pemangku adat yaitu mereka yang berpengaruh, orang-orang yang berpendidikan dan mereka yang berkedudukan (berkuasa). Perubahan harus berawal dari perubahan pola pikir, pola sikap dan pola laku/tindak. Karena prioritas masalah masih tetap sama, maka visi dan misi serta arah pastoral pun tidak berubah yaitu “Menuju Hidup Yang Lebih Bermutu”.

Berdasarkan arah pastoral itu, maka dibangun suatu strategi pastoral yang terfokus pada pemberdayaan KUB dengan argumen KUB adalah Gereja, dalam kenyataan, sedang bertumbuh dan berkembang dengan dinamis, berpedomankan Injil dan Ajaran Sosial Gereja serta nilai-nilai kultur yang mendahulukan penghargaan terhadap martabat manusia. Selain itu, perhatian kepada orang kecil, tersingkir dan tertindas; upaya dialog antaragama serta kerja sama dengan pemerintah dan pihak lain yang berkehendak baik, juga menjadi strategi berpastoral yang dituntut sejak itu. Langkah strategis lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah meng- upayakan adanya suatu Puslitbang Pastoral.

Pada 2 Januari 2003 bertepatan dengan hari ulang tahun Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, diberkati pula Rumah Baru Keus- kupan Atambua di Lalian Tolu. Sejak saat itu semua urusan pelayanan Bapak Uskup dan Kuria Keuskupan Atambua ber- pusat di Jalan Nela Raya, No.17, Lalian Tolu. Pada 22 April

2003 sesuai Kanon, Mgr. Anton mengajukan Surat pengun- duran diri kepada Sri Paus di Roma. Roma pun merestuinya dan sejak 2 Juni 2007 beliau diangkat sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Atambua sampai 21 September 2007 saat beliau menyerahkan jabatan Uskup Atambua kepada penggantinya Mgr. Dr. Dominikus Saku.

Mgr. Anton Pain Ratu, SVD memasuki usia purnabakti sebagai Uskup Emeritus Keuskupan Atambua dengan memilih tempat peristirahatan di Pastoran SMK Santo Pius X Bitauni, TTU.

4. Mgr. Dr. Dominikus Saku (2007-Sampai Sekarang)

Lahir di Taekas, Tunbaba, TTU, 3 April 1960. Ditahbiskan menjadi imam pada 29 September 1992. Pada 2 Juni 2007 dipilih menjadi Uskup Atambua oleh Paus Bene- diktus XVI menggantikan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD dan ditahbiskan menjadi Uskup Atambua pada 21 September 2007 dengan motto tahbisan: “Vos Amici Mei Estis: Kamu adalah Sahabat- Ku” (Yoh 15:14).

Pada 21 September 2007 tercatat sebagai peristiwa ter- penting dalam sejarah Keuskupan Atambua. Salah seorang putera terbaik dari kalangan imam praja Keuskupan Atambua ditahbiskan menjadi Uskup Atambua. Ini berarti pula telah terbersit kemandirian di bidang ketenagaan atau personalia pastoral yang menjadi cita-cita Gereja Keuskupan Atambua.

Pada 23-29 November 2008 berlangsung Musyawarah Pastoral (Muspas) I di era kepemimpinan Mgr. Dr. Dominikus Saku, atau Muspas VI Keuskupan Atambua. Mulai tahun 2008, panitia-panitia pastoral di tingkat Keuskupan ditingkatkan statusnya menjadi Komisi-komisi dan mengembangkan Pas- toral Pemberdayaan. Periode Quinquinial I Mgr. Dominikus Saku (2007-2012) dengan kekhasan pada pengenalan pastoral mindset, pembentukan komisi-komisi pastoral dan sistem struktur dengan tupoksi (tugas pokok dan aksi) Dewan-dewan Pastoral; merintis dan menyelenggarakan On Going Formation Imamat bagi para Imam se-Keuskupan Atambua, melakukan animasi kinerja pastoral bagi para pelayan pastoral, mendiri- kan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pastoral St. Thomas Aquinas Keuskupan Atambua dengan Yayasan Penelitian Angelicum serta Pastoral Data.

Halaman
1234