Gunung Lewotobi Erupsi

Siswa SD Pengungsi Gunung Lewotobi Butuh Buku untuk Belajar di Posko Pengungsian

Penulis: Arnol Welianto
Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BELAJAR - Suasana siswa sekolah dasar belajar literasi di posko pengungsian erupsi gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Sabtu 6 Januari 2024.

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Arnold Welianto

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA -  60 siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bawalatang Desa Nawokote Kecamatan Wulanggitang terpaksa belajar di posko pengungsian di Desa Boru Kecamatan Wulanggitang Kabupaten Flores Timur, Sabtu 6 Januari 2024.

Puluhan anak-anak ini terpaksa belajar di posko pengungsian pasalnya sekolah mereka terdampak abu vulkanik gunung Lewotobi Laki-laki sejak 1 Januari 2024 lalu.

Para siswa yang terdiri dari kelas satu hingga kelas enam ini duduk lesehan untuk mengikuti pelajaran berliterasi dan kegiatan riang gembira agar menghilangkan kejenuhan di posko pengungsian.

Meski demikian, karena minimnya buku bacaan sehingga membuat para siswa ini harus membaca bergantian menggunakan satu buku.

Baca juga: Abu Vulkanik Gunung Lewotobi Hujani Posko Pengungsian saat Warga Sedang Antre Ambil Makanan

 

Theresia Lio Tobi (32) , Guru SDN Bawalatang Desa Nawokote Kecamatan Wulanggitang mengatakan dengan keadaan ditengah ancaman erupsi gunung Lewotobi Laki-laki maka pihak sekolah mengambil inisiatif untuk menggelar kegiatan belajar mengajar di posko pengungsian.

Kegiatan tersebut untuk mengingatkan kembali anak-anak untuk merasakan situasi kegiatan belajar mengajar dan semangat dalam diri anak-anak di posko pengungsian.

Meski demikian, minimnya buku literasi membuat anak-anak jenuh karena hanya satu paket buku literasi.

Baca juga: Pengungsi Gunung Lewotobi Mengaku Sering Makan Terlambat , Anak-Anak Menangis Minta Minum dan Makan

"Kami butuh sekarang buku literasi tambahan bahan bacaan supaya anak-anak bisa berliterasi, karena anak-anak kalau satu buku saja ada kejenuhan, kalau buku yang beragam mereka ada rasa ingin tau untuk membaca,"ujarnya.

Ia dan para siswa hanya berharap kepada pemerintah Kabupaten Flores Timur agar membantu mereka buku literasi agar anak-anak bisa berliterasi di lokasi pengungsian untuk menghilangkan kejenuhan dan merasakan suasana sekolah seperti biasa.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News