Bangsa Niniwe yang sebelumnya disebut sebagai bangsa kafir karena telah berlaku jahat di mata Tuhan dan hendak membinasakan mereka, tetapi berkat pewartaan nabi Yunus, mereka bertobat dengan menunduk di hadapan Allah. Baik hewan maupun manusia menunjukkan pertobatan dan berbalik dari perbuatan mereka yang salah dan berkabung tanda penyesalan atas dosa dan salah mereka.
Semua yang tak berkenan berganti menjadi yang berkenan di hadapan Allah seperti yang disampaikan oleh St Paulus dalam bacaan kedua. Orang harus meninggalkan hal-hal duniawi yang menjerumuskan orang pada dosa dan masuk dalam satu dunia baru di mana Allah sendirilah yang menjadi rajanya.
Karena sebenarnya semua kita dipanggil kepada kekudusan dalam persekutuan bersama sebagai satu keluarga dalam kerajaan surga. Karena bagi Yesus: “waktunya telah genap, kerajaan Allah sudah dekat.” Maka Yesus dengan tahu dan mau memanggil orang-orang yang dikehendakiNya untuk masuk dalam persekutuanNya untuk menjalani misi pewartaan sabda dan pelayanan kasih.
Dan di pesisir danau Galilea itu, Yesus memanggil kedua bersaudara, Andreas dan Simon serta Yakabus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus. Semua mereka adalah penjala ikan. Semua mereka adalah orang-orang pertama yang dipanggil Yesus dan semuanya bersaudara dalam keluarga. Menjadi menarik bahwa ketika Yesus memanggil mereka : “Mari ikutilah Aku” semua bersaudara itu segera meninggalkan jala dan ayah mereka dan mengikuti Yesus. Secara sosial, mereka sudah mapan dengan tugas mereka sebagai nelayan.
Namun, mereka segera meninggalkan jala dan ayah mereka sebagai sebuah simbol ikatan kekeluargaan itu dan mengikuti Yesus. Untuk menjadi pewarta, panggila Yesus tidak hanya sekedar mengikutiNya tetapi pada saat yang sama harus mampu meninggalkan keterikatan atau kelekatan kita baik secara sosial, budaya, ekonomi bahkan psikologis terhadap hal-hal duniawi itu dan pergi mengikuti Yesus. Karena bagi Yesus, tugas sebagai seorang pewarta sabda harus terbebas dari segala keterikatan diri.
Kita semua sudah dipanggil Tuhan menjadi seorang muridNya. Hal terberat yang menjadi penghalang kita adalah sulit meniggalkan keterikatan atau kelekatan atau zona nyaman kita sebagai alasan untuk mengikuti Yesus. Dan pada kenyataannya, banyak dari kita yang masih sulit meninggalkan “jala dan ayah” kita untuk menjadi murid Tuhan untuk menjalankan misiNya. Mari kita belajar dari Nabi Yunus dan para murid Yesus yang pertama untuk selalu siap meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: Semua kita telah terpanggil menjadi murid Tuhan karena pembaptisan. Kedua, untuk itu, kita harus siap menjadi pewarta Sabda bagi orang lain. Ketiga, untuk menjadi pewarta, kita perlu terlebih dahulu meninggalkan begitu banyak keterikatan dalam hidup kita agar kita lebih bebas dan siap menjadi pewarta Sabda.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News