Berita Sikka

Tak Ada Jembatan, Warga Masabewa Sikka Pikul Sepeda Motor Menyebrangi Kali

Penulis: Arnol Welianto
Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KAPELA TUAN MA - TRIBUNFLORES.COM/HO-DIMUS ANGKUT MOTOR - Tidak ada jembatan penghubung membuat sejumlah pemuda terpaksa memanggul motor agar bisa menyeberangi kali Lowo Lamba di Desa Masabewa, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu 8 Mei 2024.

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Arnold Welianto

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Tidak ada jembatan penghubung membuat sejumlah pemuda terpaksa memikul motor agar bisa menyeberangi kali Lowo Lamba di Desa Masabewa, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Derasnya arus kali Lowo Lamba, membuat warga tidak berani menyeberangi sendiri. Mereka harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menyeberangkan motor.

Paskalis, Warga setempat menuturkan, disaat musim hujan dan terjadi banjir di Kali Lowo Lamba, warga harus mengeluarkan biaya pikul motor sebasar Rp.10 Ribu untuk sekelompok pemuda yang menyediakan jasa pikul kendaraan.

Baca juga: Usai Terobos Lampu Merah, Pria di Labuan Bajo Ditabrak, Penabraknya Kabur

 

Kata dia, Siapa saja yang hendak menyeberang kali Lowo Lamba bisa menyewa jasa mereka agar kendaraan roda dua tidak hanyut dibawa derasnya arus banjir.

"Satu motor itu biaya pikul sepuluh ribu, kalau tidak sewa jasa pikul berarti motor bisa hanyut terbawa derasnya banjir,"ujarnya Rabu 8 Mei 2024.

Ia menyebutkan, terdapat dua kali yang menjadi penghambat akses warga disaat musim hujan tiba yaitu kali Leworegi dan kalo Lowo Lamba yang berada di Desa Masebewa Kecamatan Paga. Selain itu, jalur tersebut merupakan akses jalan untuk dua kecamatan yakni kecamatan Paga dan Kecamatan Tanawawo.

Ia hanya berharap kepada pemerintah untuk segera membangun jembatan demi kelancaran akses transportasi bagi masyarakat setempat.

Sementara itu, Benediktus Bata, warga Desa Lenandareta Kecamatan Paga mengatakan saat terjadi banjir, warga yang dari Desa Lenandareta kesulitan menyeberang karena banjir cukup deras.

"Saat banjir kami tidak bisa menyebrang. Terpaksa motor dan barang kami pikul ramai-ramai agar bisa menyebrang," katanya

Kata dia, akibat banjir ini, para siswa dan guru sering terlambat ke sekolah karena harus mengantri di dua kali tersebut karena menunggu kendaraan mereka dipukul sejumlah pemuda.

"Kalau pagi kami ke sekolah itu sering terlambat, karena harus antri di kali untuk menunggu penyedia jasa pikul pikul motor, pagi hari itu ramai sekali,"ujarnya.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News