Ketika ada seorang ibu dengan susah payah mencari anaknya yang terkasih dan setelah bertemu memperoleh jawaban sebagaimana Yesus menjawab Bunda Maria:”Mengapa kamu mencari Aku?
Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk2:49), kiranya pada umumnya para ibu pasti akan marah besar, bahkan menempeleng atau menyakiti anaknya.
Bunda Maria juga tidak tahu apa maksud yang dikatakan oleh Yesus kepadanya, tetapi ia tidak marah melainkan “menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya”.
Sikap hati yang tulus dan suci dari seorang ibu, maka Bunda Maria menjadi teladan bagi umat beriman, kesucian hatinya kita kenangkan segera setelah kita mengenangkan Hati Yesus Yang Mahakudus.
Kita semua dipanggil untuk meneladan Bunda Maria, yang berhati tersuci di antara umat manusia. Di dalam hidup sehari-hari kiranya cukup banyak hal yang sering kurang atau tidak kita pahami, padahal kita tersangkut atau terkait di dalamnya.
Maka kiranya apa yang dikatakan oleh St.Ignatius Loyola ini merupakan salah satu bentuk ajakan untuk meneladan kesucian hati Bunda Maria: ”Setiap orang kristiani yang baik tentu lebih bersedia membenarkan pernyataan-pernyataan sesamanya daripada mempersalahkannya.
Jika tak dapat dimengerti, yang menyatakannya hendaklah ditanya apakah yang dimaksudkan; dan jika dia salah, hendaklah dibetulkan dengan cintakasih; dan jika itu belum cukup hendaklah digunakan segala upaya yang sesuai, supaya sampai pada pemahaman yang benar, dan dengan demikian dijauhkan dari kesalahan” (LR no 22).
Dengan cara ini kiranya kita semua akan bersukaria sebagaimana digambarkan oleh nabi Yesaya di bawah ini.
“Aku bersukaria di dalam Tuhan, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya” (Yes 61:10)
Dalam sejarah kehidupan rasanya sukaria yang sungguh mendalam dan besar ketika dalam upacara perkawinan, laki-laki dan perempuan saling berjanji untuk menjadi suami-isteri dan saling mengasihi dalam untung maupun malang.
Sepasang mempelai berpakaian indah menarik dan membahagiakan, demikian pula sanak-saudara maupun pada sahabat/undangan yang datang untuk ikut bergembira dalam pesta perkawinan tersebut.
Rasanya semua hati yang hadir, lebih-lebih sang mempelai, berbinar-binar, bersinar terang yang antara lain menjadi nyata dalam senyuman yang menarik serta menggembirakan.
Mereka yang saling bertemu rasanya tidak ada permusuhan melainkan persahabatan atau persaudaraan yang mengharukan.
Kita semua kiranya berharap suasana macam itu tidak hanya terjadi pada upacara atau pesta perkawinan tetapi juga terjadi dalam hidup sehari-hari, di dalam keluarga, tempat kerja/kantor maupun di tengah-tengah masyarakat.
Maka marilah kita saling membantu atau bergotong-royong menciptakan suasana yang menarik dan menggembirakan tersebut.