TRIBUNFLORES.COM-LEWOLEBA-Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi kembali melaksanakan Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) pada Agustus 2024.
Ini merupakan bagian dari Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, (MBKM), yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi dalam koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk menempuh pembelajaran di dunia kerja.
Sebagai salah satu unit kerja (Eselon I) yang sudah menjadi mitra pelaksana program sejak tahun sebelumnya, Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat akan melaksanakan program ini di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur dengan mengusung tema “Muda Berdaya untuk Kedaulatan Pangan” (MBKP).
Kegiatan ini akan dilaksanakan di 30 desa yang tersebar di Kabupaten Lembata dengan melibatkan ratusan mahasiswa dan puluhan perangkat desa setempat, kata Anastasia Devi Chandra Sari, Ketua Tim Kerja Program Muda Berdaya untuk Kedaulatan Pangan, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tribun Flores, Jumat, 19 Juli 2024.
Baca juga: Kementerian Pendidikan Memulai Program Makan Sehat Pangan Lokal di Lembata
Anastasia menyebutkann, tema Muda Berdaya untuk Kedaulatan Pangan yang akan berfokus pada pengembangan potensi pangan lokal akan menyertakan berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam prosesnya.
Para mahasiswa/i diharapkan mampu belajar dan bekerja bersama masyarakat untuk mencapai tujuan utama dari program tersebut.
Sebagai bagian terpenting dari keberlangsungan hidup umat manusia, pangan/makan/ menjadi suatu hal yang memiliki tingkat perhatian yang spesial, pun demikian faktanya tidak sejalan dengan status yang dimilikinya.
Kerap kali isu mengenai hal ini menjadi bahan perdebatan yang tidak kunjung usai. Secara lebih mendalam, kandungan yang terdapat pada (bahan) pangan sendiri kerap dikesampingkan, alih-alih mengikuti tren, masyarakat kerap kali lupa akan kandungan yang bersifat manfaat bagi tubuh atau bahkan sebaliknya, malapetaka (penyakit).
Tidak hanya itu, Anastasia menambahkan, faktor lain yang kerap disalahkan atas munculnya fenomena ini di bumi khatulistiwa adalah karena kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan kebutuhan secara mikro.
Kabupaten Lembata, sebagai salah satu penghasil pangan laut, serta keragaman sumber karbohidrat (selain nasi) yang sangat kaya memiliki potensi yang sangat besar dari segi pangan. Kemampuan tanah Lembata dalam menghasilkan bahan-bahan pangan seperti jagung, kacang, umbi-umbian dan lain sebagainya adalah berkah yang perlu untuk dimaksimalkan.
Baca juga: Festival Tani Tenane, Melihat Pangan Lokal Orang Lamalera yang Memandang Lautan Sebagai Kebun
Faktanya, tingkat konsumi bahan pangan ini semakin berkurang di Kabupaten Lembata. Nasi menjadi primadona, makanan kemasan merajalela, hingga “import” makanan menjadi lazim dilakukan.
Habitus menjadi salah satu titik yang disasar, pola konsumsi diharapkan dapat berubah dan menghasilkan budaya pangan yang ‘menyehatkan’.