Kelompok Bersenjata di Papua

Panggilan Terakhir Rosalia Sogen Sebelum Tewas Diserang KKB Papua, Rencana Pulang Kampung

Penulis: Paul Kabelen
Editor: Nofri Fuka
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KORBAN KKB - Suasana di rumah duka Rosalia Rerek Sogen, korban penyerangan KKB Papua, Minggu, 21 Maret 2025. Kelurga Rosalia tinggal di Desa Bantala, Kecamatan Lewolema, Flores Timur, NTT.

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Ponsel Emanuel Suban Sogen (32) terus berdering, Kamis, 20 Maret 2025 siang. Dari layar ponsel muncul nama saudarinya, Rosalia Rerek Sogen (30) yang meneleponnya dari Distrik Anggruk, pedalaman Papua.

Seperti biasa, mereka saling bertukar kabar dan memberi pesan-pesan yang menguatkan. Rosalia rutin mengabarkan orangtuanya lewat ponsel Emanuel meski daerah tempatnya merantau susah signal.

Dalam obrolannya, Rosalia yang mengabdikan diri sebagai seorang guru di Papua berencana pulang menengok orang tuanya di Desa Bantala, Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur, NTT, bulan Mei 2025 mendatang.

Niat pulang kampung setelah merantau cukup lama itu menjadi kabar gembira bagi Agustinus Sogen (Ayah) dan Wilin Hewen (Ibu). Rosalia adalah putri kedua dari tiga bersaudara ini sempat merantau ke Kalimantan.

 

Baca juga: Ini Daftar Nama Korban serta Tujuan KKB Papua Serang Guru dan Nakes asal NTT di Yahukimo

 

 

"Dia sempat beritahu mau pulang kampung bulan Mei. Merantau sejak 2022 lalu, sering telfon dengan orangtuanya lewat saya punya nomor hp," ujar Emanuel, Minggu, 23 Maret 2025.

Panggilan tiga hari lalu itu rupanya untuk yang terakhir kalinya. Suara ramah dari perempuan kelahiran 26 Januari 1995 itu tidak terdengar lagi hingga datang kabar duka tersebut. 

Berdasarkan hasil evakuasi, Rosalia adalah salah satu dari beberapa warga NTT yang terdampak serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Dalam aksi penyerangan itu 6 orang lainnya dikabarkan menderita luka ringan dan berat, sementara Rosalia meninggal dunia.

Rosalia dikenal dermawan. Selama menjadi guru di Distrik Anggruk, dia selalu menyisihkan gajinya untuk membeli peralatan sekolah bagi siswa-siswinya.

"Dia sangat peduli dengan anak-anak di Papua. Muridnya di sekolah tempat ia mengajar selalu diberi buku tulis dan bolpoin," ceritanya.

Emanuel menambahkan, Rosalia bercita-cita sebagai biarawati Katolik, namun tak disetujui ayahnya. Ia akhirnya menempuh pendidikan tinggi di FKIP Matematika Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang hingga lulus.

Kabar duka ini telah sampai ke pihak keluarga di Desa Bantala. Emanuel mulanya ragu saat informasi itu terendus. Setelah dicek melalui kerabat yang merantau dengan korban, juga pihak Yayasan, kabar yang tak pernah disangka akhirnya tersebar.

Emanuel berkali-kali menghubungi Rosalia namum berada di luar jangkauan. Keluarga semakin tersayat luka. Lagi dan lagi Emanuel menghubungi sejumlah pihak. Hasilnya sama, saudarinya termasuk salah satu korban.

"Firasat sudah tidak tenang, ternyata kabar itu benar," ungkap Emanuel. Setelah kabar duka tersebar, rumah orangtuanya didatangi warga yang ikut berduka.

Keluarga hanya bisa menitihkan air mata seraya mendaraskan doa. Mereka berharap jenazah Rosalia Rerek Sogen dipulangkan ke kampung halaman.

"Kami keluarga sangat memohon bantuan, tolong pulangkan almarhum," pinta Emanuel.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News