Ince mengungkit berbagai masalah di NTT yang dilakukan oknum anggota Kepolisian. Padahal, Polri adalah aparat negara yang sejatinya menjadi pengayom dan pelindung masyarakat.
Kasus yang menggegerkan publik adalah dugaan kekerasan seksual pada anak di bawah umur oleh eks Kapolres Ngada, AKBP Fajar Lukman. Fajar bahkan mengunggah video ke situs porno luar negeri. Ia juga diduga menggunakan narkoba.
"Polisi dididik, dilatih, dan dipersenjatai negara untuk melindungi warga, bukan malah melakukan kejahatan seperti yang terjadi di Ngada, seorang Kapolres setempat yang kini berstatus non-aktif diduga mencabuli tiga anak di bawah umur," ujar dia.
Selain Fajar Lukman, ada rentetan kasus lain yang ikut melibatkan personil Polri. Deretan kasus ini hendaknya menjadi peringatan serius bagi kepolisian untuk segera melakukan reformasi yang menyeluruh di tubuh kepolisian.
Kasus-kasus tersebut harus diusut tuntas secara transparan dan pelakunya diberikan sanksi pidana untuk menghadirkan keadilan bagi korban dan keluarga korban.
Selain itu, reformasi institusional atas Polri yang lebih mendalam harus segera dilakukan guna mencegah berulangnya kekerasan oleh anggota kepolisian di masa datang.
DPRD, kata dia, dan juga masyarakat akan terus mengawal berbagai reformasi di tubuh kepolisian dan harus melibatkan perubahan sistemik, bukan sekadar revisi aturan atau pelatihan semata.
Baginya, tanpa akuntabilitas yang nyata di tingkat pimpinan Polri, segala upaya untuk menghentikan kekerasan oleh aparat akan sia-sia.
"Berulangnya kasus-kasus kekerasan polisi ini adalah semacam ada impunitas di tubuh kepolisian. Rezim impunitas ini tidak boleh menjadi kultur di kepolisian," kata Ince Sayuna.
Dia menegaskan, Polisi harus menjadi pengayom, pelindung yang adil dan bijaksana bagi rakyat. Dia berharap, perayaan HUT ke 79 ini bisa membawa Polri berbenah diri dan memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat sekaligus menjamin keamanan warga negara. (fan)
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News