Hari Doa Sedunia

Hari Doa Sedunia ke 10 untuk Peduli Ciptaan, Paus Leo XIV Kutip Ensiklik Laudato si'

Editor: Cristin Adal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HUTAN- Hutan Ampupu Kebesani di Detukeli, Ende, Flores, NTT.

Luka-luka ini, katanya, adalah “akibat dari dosa,” sebuah pengkhianatan terhadap perintah Alkitab untuk tidak mendominasi ciptaan, tetapi untuk “mengolah dan memeliharanya,” sebuah panggilan untuk mengolah dan melestarikan Bumi melalui hubungan yang penuh kepedulian dan tanggung jawab.

Keadilan lingkungan sebagai sebuah keharusan moral

Pesan Paus menegaskan kembali komitmen Gereja terhadap “ekologi integral”, sebuah konsep yang menjadi inti dari Laudato si'. Keadilan lingkungan, Bapa Suci menegaskan, bukanlah suatu hal yang abstrak atau sekunder, tetapi merupakan “tugas yang lahir dari iman.”

“Bagi orang beriman,” tulisnya, “alam semesta mencerminkan wajah Yesus Kristus, yang di dalam-Nya segala sesuatu diciptakan dan ditebus.” Dalam hal ini, merawat planet ini tidak hanya menjadi kebutuhan ekologis tetapi juga panggilan spiritual dan moral yang mendalam.

Alam sebagai medan pertempuran

Dia menyesalkan fakta bahwa alam itu sendiri telah menjadi “alat tawar-menawar,” tunduk pada kebijakan dan praktek yang memprioritaskan keuntungan di atas manusia dan planet ini. Dari lahan pertanian yang penuh dengan ranjau darat hingga konflik atas air dan bahan mentah, Paus Leo melukiskan gambaran yang menyedihkan tentang ciptaan yang “berubah menjadi medan perang” untuk kontrol dan dominasi.

Luka-luka ini, katanya, adalah “akibat dari dosa,” sebuah pengkhianatan terhadap perintah Alkitab untuk tidak mendominasi ciptaan, tetapi untuk “mengolah dan memeliharanya,” sebuah panggilan untuk mengolah dan melestarikan Bumi melalui hubungan yang penuh kepedulian dan tanggung jawab.

Keadilan lingkungan sebagai sebuah keharusan moral
Pesan Paus menegaskan kembali komitmen Gereja terhadap “ekologi integral”, sebuah konsep yang menjadi inti dari Laudato si'. Keadilan lingkungan, Bapa Suci menegaskan, bukanlah suatu hal yang abstrak atau sekunder, tetapi merupakan “tugas yang lahir dari iman.”

“Bagi orang beriman,” tulisnya, “alam semesta mencerminkan wajah Yesus Kristus, yang di dalam-Nya segala sesuatu diciptakan dan ditebus.” Dalam hal ini, merawat planet ini tidak hanya menjadi kebutuhan ekologis tetapi juga panggilan spiritual dan moral yang mendalam.

Benih yang berbuah

Mendorong tindakan nyata, Paus Leo menyerukan ketekunan dan cinta dalam menabur “benih-benih keadilan” yang pada waktunya akan menghasilkan buah perdamaian. Ia mengutip proyek Borgo Laudato Si di Castel Gandolfo sebagai contoh nyata bagaimana pendidikan dan kehidupan masyarakat yang berakar pada nilai-nilai ekologi dapat membentuk masa depan yang adil dan penuh harapan.

“Ini mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun,” Paus mengakui, “tetapi tahun-tahun yang melibatkan seluruh ekosistem yang terdiri dari kesinambungan, kesetiaan, kerja sama, dan cinta.”

Sebuah berkat untuk masa depan

Menutup pesannya dengan doa untuk pencurahan Roh Allah, Paus Leo XVI memohon pengharapan akan Kristus yang telah bangkit sebagai cahaya penuntun bagi dunia yang merindukan kesembuhan.

“Semoga [Laudato si'] terus menginspirasi kita,” tulisnya, “dan semoga ekologi integral semakin diterima sebagai jalan yang benar untuk diikuti.” (sumber: vaticannews.va)

Berita TribunFlores.Com Lainnya di Google News