Ia menyebut lembaga P3AI sebagai “bengkel perguruan tinggi”, tempat di mana dosen tidak hanya dilatih tetapi juga diperbaiki jika mengalami kendala dalam pelaksanaan pembelajaran.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya pengisian data rekam jejak tridharma dalam sistem SISTER.
Menurutnya, kelalaian administratif dapat menghambat kenaikan jabatan fungsional.
“Ada dosen gagal naik lektor kepala hanya karena satu semester tidak mengisi SISTER. Itu rugi besar,” tegasnya.
Dosen Hebat Menginspirasi
Dalam sambutan penutup, Ketua lembaga P3AI, Emilianus Jehadus, S.S., M.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, tetapi proses penyalaan semangat inovasi dalam diri dosen muda.
“Melalui pelatihan ini, kita ingin menyalakan api kreativitas. Setiap sesi kuliah harus menyentuh pikiran dan hati mahasiswa,” tegasnya.
Ia menyebutkan dua agenda penting yang menjadi fokus utama kegiatan ini, yakni penyusunan RPS inovatif berbasis model Dick & Carey serta penerapan Blended Learning dan Flipped Classroom.
Selain itu, peserta juga diajak mengembangkan bahan ajar multimedia interaktif agar pembelajaran menjadi lebih hidup dan kontekstual.
Mengutip John Dewey, ia mengingatkan bahwa jika dosen masih mengajar dengan cara lama, maka mereka sedang mencuri masa depan mahasiswa.
“Jika kita mengajar mahasiswa hari ini dengan cara kemarin, maka kita mencuri masa depan mereka,” pungkasnya.
Membangun Budaya Pembelajaran Kolaboratif
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini menandai komitmen Unika St. Paulus Ruteng dalam membangun budaya pembelajaran yang kolaboratif dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Dengan semangat profesionalisme, adaptasi teknologi, dan orientasi inovatif, para dosen muda diharapkan mampu menjadi agen transformasi dalam dunia pendidikan tinggi.
“Dosen yang terus belajar adalah dosen yang terus menghidupkan mahasiswa,” tutup Emilianus Jehadus.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News