TRIBUNFLORES.COM, RUTENG – Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng akan menjadi tuan rumah Konferensi Internasional “Questioning Tourism: The Role of Catholicism in Asian Tourism” yang berlangsung pada 17–20 September 2025.
Acara ini merupakan kolaborasi Unika Ruteng dengan Initiative for the Study of Asian Catholics (ISAC) dari National University of Singapore (NUS).
Kegiatan ini akan menghimpun 16 pemakalah dan 2 pembicara kunci dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jepang, India, Korea Selatan, Filipina, Singapura, dan Sri Lanka.
Mereka akan membahas isu-isu kritis di persimpangan antara agama, khususnya Katolik, dan pariwisata di Asia.
Baca juga: Mahasiswa Unika St Paulus Ruteng Ikut KKN Tematik "Gentaskin" di NTT
Rektor Unika Santu Paulus Ruteng, Dr. Agustinus Manfred Habur, Lic., Theol.,menyampaikan bahwa konferensi itu akan memadukan kearifan lokal dan nilai-nilai katolik.
“Konferensi ini bukan sekadar forum akademik, tetapi ruang dialog global yang akan memadukan kearifan lokal, nilai-nilai Katolik, dan strategi pembangunan pariwisata yang inklusif,” ungkapnya.
Membahas Isu Strategis Pariwisata dan Agama
Konferensi ini berangkat dari fenomena meningkatnya minat terhadap ziarah dan pengalaman religius dalam pariwisata global, sekaligus kekhawatiran terhadap dampak negatif overtourism.
Dalam konferensi ini juga akan membahas tentang pengelolaan pariwisata yang kurang memperhatikan kepekaan budaya serta spiritual masyarakat local.
Tema-tema yang akan diulas dalam konferensi internasional itu seperti:
- Peran komunitas Katolik dalam pengelolaan destinasi wisata.
- Dampak pariwisata terhadap kohesi sosial.
- Studi kasus pengelolaan situs ziarah di Asia.
- Model pariwisata berkelanjutan yang berbasis komunitas.
Dampak bagi Manggarai dan NTT
Bagi Kabupaten Manggarai, konferensi ini menjadi peluang besar untuk mempromosikan wisata religius.
Diskusi panel akan menyoroti potensi daerah seperti Larantuka dan Ruteng sebagai destinasi ziarah kelas dunia.
Ketua Panitia, Theofilus Acai Ndorang, S.Fil., M.Th mengungkapkan bahwa tamu-tamu internasional yang hadir pada kegiatan itu tentunya dapat mempromosikan Manggarai di mata dunia.
“Kehadiran tamu internasional akan membawa cerita dan pengalaman yang bisa menjadi promosi tak ternilai bagi Manggarai di mata dunia,” jelasnya.
Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat mendorong investasi, memperkuat kebijakan pariwisata berbasis komunitas, membuka peluang usaha lokal, dan meningkatkan infrastruktur wisata.
Agenda Empat Hari
Selama empat hari, peserta akan mengikuti rangkaian kegiatan mulai dari sesi pembukaan, misa, pertunjukan budaya, diskusi panel tematik, hingga penutupan yang diiringi jamuan makan malam dan pertunjukan seni.
Dua pembicara kunci, Prof. Jaeyeon Choe (Glasgow School for Business and Society, Skotlandia) dan Leonard Chrysostomos Epafras (Universitas Gadjah Mada, Indonesia), akan membawakan pandangan strategis tentang masa depan pariwisata religius di Asia.
Menjadi Forum Kolaborasi Global
Dengan dukungan akademisi, praktisi pariwisata, pembuat kebijakan, dan komunitas lokal, konferensi ini diharapkan menjadi wadah kolaborasi global.
Hasilnya akan dituangkan dalam publikasi ilmiah, rekomendasi kebijakan, dan pemetaan potensi wisata religius di Asia.
Penulis Berita: Selvianus Hadun
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News