Berita Ende

Warga Detusoko Ende, Bosan Dengar Materi KB dan Minimnya Peran Suami

Martha Dona, PLKB di Kecamatan Detusoko mengakui tugas di lapangan penuh tantangan, tetapi ia dan tim tetap

Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/HO.PLKB DETUSOKO
PENYULUHAN - Sosialisasi atau penyuluhan KB yang dilakukan oleh PLKB Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo

TRIBUNFLORES.COM, ENDE - Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mencatat progres signifikan dengan mencapai 70 % akseptor baru hingga bulan Oktober 2025. 

Namun, capaian ini tidak lepas dari perjuangan berat para Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang harus menghadapi kendala mulai dari tingkat pemahaman masyarakat yang rendah, rasa bosan, hingga minimnya keterlibatan kaum suami.

Martha Dona, PLKB di Kecamatan Detusoko mengakui tugas di lapangan penuh tantangan, tetapi ia dan tim tetap berkomitmen melaksanakan kewajiban demi keberhasilan program.

Ia menjelaskan, metode KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) seringkali belum cukup untuk menggerakkan pasangan. 

 

Baca juga: Pertamina Patra Niaga Pastikan Penyaluran BBM Subsidi di Kabupaten Ende Terpenuhi

 

 

Banyak pasangan yang tidak langsung menolak, tetapi memilih untuk tidak ikut KB setelah melahirkan. Bahkan, tak jarang petugas mendapati keluhan dari ibu-ibu yang merasa bosan dengan topik KB yang selalu diulang.

"Ada yang bilang, 'Ibu ini kami bosan nih, tiap kali omong itu, tiap kali omong KB.' Mereka omong begitu karena mereka belum merasakan, belum tahu betul tentang pentingnya KB," ujarnya kepada TribunFlores.com, Rabu (19/11/2025).

Ironisnya, kesadaran untuk ber-KB justru sering muncul setelah pasangan mengalami masalah konkret dalam rumah tangga.

"Setelah mereka mengalami anak jarak dekat, atau kendala ekonomi yang tidak cukup, itu otomatis tanpa kami ingatkan, mereka langsung ikut KB. Kami bekerja sama dengan bidan dan kader," ungkapnya.

Faktor ekonomi, di mana kebutuhan rumah tangga mulai dari sandang, pangan, hingga kebutuhan adat di kampung (seperti sambut baru dan perkawinan) tidak tercukupi, menjadi pemicu utama kesadaran ber-KB.

Tantangan terbesar yang terus dihadapi adalah minimnya partisipasi suami (bapak-bapak) dalam kegiatan KB. Petugas mengakui bahwa keterlibatan suami di 20 desa dan 1 kelurahan di Kecamatan Detusoko masih sangat kurang.

"Memang banyak bapak-bapak yang tidak ikut. Tapi syukur puji Tuhan ada beberapa yang mau untuk MOP (Metode Operasi Pria) di tahun-tahun lalu," katanya. Agar suami mau berpartisipasi, diperlukan pemahaman yang intensif dan berulang kali.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved