Berita NTT

Wartawan Kompas Frans Pati Herin, Menulis dengan Nurani, Mengabdi Lewat Jurnalisme

Ia kemudian mengenang pengalaman pribadinya bersama Frans, saat dirinya memenangkan Pilkada.

Editor: Gordy Donovan
POS-KUPANG.COM/RAY REBON
POSE BERSAMA - Frasiskus Pati Herin didampingi istri dan anak-anak dengan Gubernur NTT, Wapemred Kompas, Rektor Unwira dan semua undangan yang hadir pose bersama saat kegiatan peluncuran buku di Unwira Kupang, Penfui, NTT, Kamis (9/10/2025). 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon

TRIBUNFLORES.COM, KUPANG - Aula Hendrikus Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang pada, Kamis 9 Oktober 2025, menjadi saksi perayaan penting bagi dunia jurnalisme.

Seorang jurnalis Kompas asal Nusa Tenggara Timur, Fransiskus Pati Herin, meluncurkan buku karyanya yang berjudul "Jurnalisme untuk Kemanusiaan".

Kegiatan peluncuran ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkisedek Laka Lena, dan dihadiri oleh Rektor Unwira Kupang, Pater Dr. Stefanus Lio, SVD., S.Fil., MA, anggota DPD RI, unsur Forkopimda NTT, para dosen, mahasiswa, serta para undangan dari berbagai kalangan.

Acara ini juga menghadirkan sejumlah pembicara nasional dan daerah, antara lain RD. Leo Mali, Pr (pengajar filsafat), Tri Andayani (Direktur Utama PT Pelni), Dr. Aqua Dwipayana (pakar komunikasi dan motivator nasional), Eni Nur Efati (Public Relations Indosat), Dion DB Putra (wartawan senior dan Pemimpin Redaksi Pos Kupang), serta Dr. Marsel Robot (pengajar Undana).

Baca juga: Jurnalis Tribun Flores Juara 1 Kompetisi Jurnalistik Kemenkes RI 2024

 

Dalam sambutannya, Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena menyampaikan apresiasi mendalam terhadap karya Frans yang dinilainya luar biasa dan sarat nilai kemanusiaan. 

Menurutnya, buku ini bukan sekadar kumpulan tulisan, tetapi cerminan dari ketulusan seorang jurnalis yang melihat kehidupan manusia dari sisi yang paling sederhana dan menyentuh.

"Saya memuji seorang Frans Pati Herin atas karya yang luar biasa yang dituangkan dalam buku ini. Ia menulis bukan sekadar untuk memberitakan, tetapi menghadirkan sisi humanis dari setiap kisah," ujar Gubernur Melki.

Ia kemudian mengenang pengalaman pribadinya bersama Frans, saat dirinya memenangkan Pilkada.

"Ketika saya menang pilkada, Frans menulis tentang saya, tapi bukan dari sisi politiknya, melainkan sisi humanisnya. Secara pribadi saya anggap hal itu biasa, tapi Frans menjadikannya sesuatu yang menarik dan bermakna. Itu yang harus dijaga. Mau pemimpin atau siapa saja, tugas kita adalah tetap komunikatif," katanya.

Menurut Gubernur Melki, seorang jurnalis yang hebat adalah mereka yang mampu mengubah hal-hal biasa menjadi luar biasa. 

"Yang paling penting dari seorang Frans Pati Herin adalah kemampuannya membuktikan bahwa binaan antara Unwira dan Kompas dapat menjangkau semua titik. Ia bisa hadir di pedalaman, di tempat paling sederhana, hingga di pusat peradaban dunia seperti Amerika, dengan kisah yang sama hebatnya," ungkapnya.

Ia berharap sosok Frans menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama kaum muda NTT, untuk terus menulis dan berkarya dengan hati. 

"Saya berharap Frans menjadi motivasi bagi generasi muda untuk menulis dengan hati dan membangun NTT lewat karya," tambahnya.

Sementara itu, Rektor Unwira Kupang, Pater Dr. Stefanus Lio, SVD., S.Fil., MA, menegaskan bahwa kegiatan peluncuran buku ini bukan sekadar pameran atau seremoni akademik, tetapi perayaan atas semangat kemanusiaan yang dihidupkan melalui karya jurnalisme. 

Menurutnya, di tengah dunia yang cepat berubah dan dipenuhi arus informasi yang sering kali kering dari rasa empati, jurnalisme yang berorientasi pada kemanusiaan sangat penting.

"Jurnalisme sejati bukan hanya menyampaikan fakta, tetapi menyalakan nurani, membangkitkan kepedulian, dan memperjuangkan martabat manusia," ujarnya.

Acara ini juga menampilkan pameran foto karya Frans yang menggambarkan kisah hidup manusia tentang perjuangan, penderitaan, harapan, dan cinta. 

Menurut Rektor, foto-foto itu menjadi bentuk kesaksian visual yang memperlihatkan bahwa di balik setiap berita, selalu ada manusia dengan realitas dan pergulatannya.

"Buku yang diluncurkan hari ini menjadi saksi bahwa pena dan lensa masih bisa menjadi alat untuk meneguhkan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui karya-karya ini, kita diajak bukan hanya melihat, tetapi juga merasakan dan memahami realitas sosial dengan hati yang peka," tambahnya.

Rektor Unwira juga memberikan apresiasi kepada Frans dan seluruh pihak yang telah bekerja keras menyukseskan acara tersebut. 

"Anda semua telah menunjukkan bahwa dunia akademik dan jurnalisme dapat berkolaborasi menghadirkan cahaya kemanusiaan di tengah kegelapan informasi yang sering kali manipulatif," tuturnya.

Ia menutup sambutannya dengan pesan penuh makna kepada seluruh jurnalis dan mahasiswa. 

"Teruslah menulis, memotret, dan berkarya dengan hati. Jadikan jurnalisme bukan sekadar profesi, tetapi panggilan untuk menghadirkan kebenaran dan keadilan," pesannya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas, Adi Prinantyo, juga turut memberikan kesan mendalam tentang sosok Frans. 

Ia mengisahkan kembali awal pertemuan mereka pada tahun 2013, ketika Frans masih calon jurnalis dan dirinya menjadi editor desk olahraga.

"Saya diminta menjadi superviser untuk Frans. Kesan saya, dia seorang yang jujur dan tulus. Kejujuran dan ketulusan adalah nilai penting di Kompas," ujar Adi.

Ia menambahkan bahwa kejujuran merupakan nilai utama yang selalu ditekankan oleh almarhum pendiri Kompas, Jakob Oetama. 

"Pak Jakob sering mengingatkan bahwa Kompas tidak mencari wartawan yang paling pintar. Pintar secukupnya saja, tetapi yang terpenting adalah jujur," katanya.

Menurut Adi, Frans bukan hanya jujur dan tulus, tetapi juga cerdas dalam melihat kehidupan dan kisah manusia. 

"Frans bagi saya bukan hanya jujur, tapi juga cerdas. Dalam kesehariannya, ia mampu menemukan kisah-kisah istimewa, menuliskannya menjadi artikel yang kemudian menginspirasi publik," ujarnya.

Ia mencontohkan salah satu tulisan Frans tentang krisis air bersih di Malaka, yang menurutnya menunjukkan riset mendalam, empati, dan ketekunan. 

"Tulisan tentang krisis air bersih di Malaka menunjukkan perjuangan yang luar biasa dan perencanaan yang matang. Sisi kemanusiaan yang banyak diangkat dalam buku ini menjadikan Frans sebagai role model bagi wartawan di Kompas maupun di luar Kompas," katanya.

Adi mengakhiri sambutannya dengan apresiasi dan kebanggaan. 

"Kompas merasa bangga memiliki jurnalis seperti Frans. Ia telah membuktikan bahwa jurnalisme sejati bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi melayani manusia," tegasnya.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved